"Kemungkinan bahan peledak," tebak Paula. Sebab, dia mendengar Richie mengetuk kotak itu empat kali dengan jarinya ketika dia dijatuhkan, lalu bergumam samar-samar, "Peri kecil ...."Suara yang dia ucapkan sangat pelan, kemungkinan orang yang memukulnya tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Jadi, Paula juga tidak yakin apakah dia salah dengar atau terlalu banyak berpikir. Namun, "Peri Kecil" adalah game yang pernah dia mainkan sebelumnya. Paula ingat, ada sebuah level di dalam game itu yang sangat sulit. Paula kesulitan melewati level itu dan tersangkut cukup lama. Kebetulan Richie melihatnya dan mengejek kebodohan Paula sambil merebut ponselnya.Namun, Richie malah lebih bodoh darinya karena setiap kali selalu saja mati terkena bahan peledak. Di game itu ada empat lantai dan setiap sudut lantai menyembunyikan satu bom."Kenapa kamu bisa tahu semua ini?" tanya Winelli sambil membelalakkan matanya.Paula melambaikan tangannya, "Antarkan dulu benda ini, nanti kujelaskan padamu."Sulit se
"Jangan buru-buru, di mana alamat yang kalian temukan?" tanya Paula seraya menyuruh Wilson untuk duduk. Wilson tidak mau menuruti perintahnya. Setelah Winelli memberi isyarat pada Wilson, dia baru menarik napas dalam-dalam dan duduk. Setelah itu, dia baru memberi tahu Paula alamatnya dengan enggan.Dalam hatinya berpikir, 'Tuan benar-benar sudah salah menilai orang kali ini. Wanita ini berniat jahat ingin mencelakaimu! Aku benar-benar nggak ingin menuruti perintah Tuan untuk mematuhinya lagi.'"Orang itu nggak ada di sini, di sini cuma ada bahan peledak. Kalian hanya cari mati kalau ke sana," jawab Paula sambil menunjukkan gambar yang dibuatnya Dia juga baru kepikiran saat mendengar percakapan Winelli dan Wilson di telepon tadi. Di dalam game yang dimainkannya itu, musuh memiliki dua kastel. Salah satunya adalah tempat bosnya berada, sedangkan yang lainnya adalah kastel yang dipenuhi dengan bahan peledak. Namun, pemain biasanya akan langsung menyadari kastel yang lebih mencolok dan mat
"Sialan, jangan sentuh aku! Siapa kalian? Apa hak kalian menangkapku?" teriak pria itu sambil meronta-ronta. Wilson melemparkan pandangan tajam dengan tidak sabar, lalu menyuruh bawahannya untuk membungkam mulut pria itu."Nona Paula benar-benar hebat bisa melukis wajah orang ini sampai semirip itu. Kalau bukan karena lukisan Nona Paula, kita pasti sudah tertipu. Dia masih sempat mencari orang yang mirip dengannya untuk dijadikan kambing hitam, pemikirannya teliti sekali." Bawahannya menarik rambut pria itu dan memasukkannya ke mobil.Wilson melihat Richie digendong oleh bawahannya berjalan keluar dari gedung dan menyuruhnya untuk mengenali apakah pria yang mereka tangkap itu adalah pelakunya atau bukan. Dengan mata bengkak, Richie meludahi pria itu dan memakinya, "Bajingan! Akhirnya kamu jatuh ke tanganku juga! Akan kubunuh kamu!""Sudahlah, bawa pergi." Wilson menyuruh bawahannya untuk memasukkan kedua orang itu di mobil yang berbeda karena takut Richie akan membunuh pria itu.Setela
"Ayahnya adalah teman kuliah ibuku dan pernah berusaha mendekati ibuku. Hubungan kedua orang tuaku sangat baik, jadi ibuku menolak ayahnya. Hanya saja, ayahnya masih nggak mau menyerah dan terus mengganggu ibuku. Dia juga bahkan diam-diam bersembunyi di tempat tinggal ibuku dan berniat jahat pada ibuku. Ayahku sangat marah, jadi memukulinya habis-habisan dan mengirimnya ke kantor polisi." Sambil menyesap teh, Darwin memapah Paula untuk duduk di sofa.Paula menatapnya dengan kebingungan. Jarang sekali Darwin berbicara panjang lebar seperti ini. Apalagi masalah ini menyangkut tentang ibunya, Darwin juga sebenarnya tidak perlu menceritakan semuanya."Ternyata begitu," balas Paula mengakhiri pembicaraan ini. Tadinya dia hanya sekadar basa-basi menanyakannya, bukan ingin mencari tahu jawabannya.Namun, sepertinya Darwin tidak berpikir demikian. Dia mengangkat alis dan bertanya, "Nggak tertarik sama urusan keluargaku ya?" Nada bicaranya terdengar agak sedih."Itu masalah privasi ibumu, nggak
Usai bicara, Darwin bahkan melirik Paula sekilas. Paula merasa tak berdaya dan kesal. Sikapnya yang manja ini tidak terlihat seperti presdir yang berwibawa sama sekali."Kalau begitu, apa kamu mau istirahat dulu?" tanya Paula dengan sabar karena mengingat Darwin baru pulang dari kantor polisi. Darwin menepuk-nepuk tempat di sampingnya, mengisyaratkan Paula untuk duduk. Paula bahkan bisa membaca dari matanya bahwa jika dia tidak duduk dengan patuh dan mendengarkan ceritanya sampai selesai, mereka semua tidak akan bisa pergi dari sini."Teruskan ceritamu," timpal Paula sambil menyuguhkan teh untuk mereka berdua.Wajah Darwin tampak samar-samar di antara uap itu, sehingga memberi kesan yang lebih lembut ari biasanya. "Ceritanya sampai mana tadi?" tanyanya sambil menyeruput teh bak seorang pendongeng handal.Paula tidak kuasa menahan tawa melihat sikap Darwin yang tidak biasanya itu. Dia menjawab, "Sampai ayahmu membuat ayahnya dipenjara."Jika hanya masalah pertikaian asmara antara ayah m
Darwin mengangguk, "Memang sudah kejadian lama. Saat itu aku baru berusia sekitar 4 atau 5 tahun. Istri orang itu membawa anak-anaknya berlutut di hadapan ibuku dan memohon ibuku untuk menampung mereka. Kalau nggak, mereka pasti akan mati dipukuli oleh pria itu. Ibuku berhati lunak dan akhirnya menampung mereka. Kami membiayai hidup mereka selama tiga tahun dan bahkan memberi sejumlah besar uang kepada pria itu agar dia nggak datang untuk mencari masalah lagi dengan istri dan anaknya."Mata Paula berkaca-kaca menatap Darwin. "Setelah itu pasti ada sesuatu yang terjadi, 'kan?"Darwin menghindari tatapannya, lalu mengangguk dan melanjutkan, "Saat itu Keluarga Fonda masih di ibu kota dan bertetanggaan dengan Keluarga Sasongko. Ibuku sangat menyukai Cindy dan sering menyuruhnya untuk main ke rumahku. Suatu hari, aku berkelahi dengan anak orang itu demi Cindy. Pembantu di rumah menyadari luka di tubuhku dan langsung mengurung anak itu. Wanita itu awalnya sangat jujur dan lemah lembut, tapi
Jadi, itulah alasannya mereka langsung kepikiran untuk membalas dendam terhadap Darwin begitu memiliki kemampuan?"Ceritanya sudah selesai," timpal Darwin. Melihat Paula tidak bereaksi, dia berdiri dan berkata, "Ini adalah cerita pertamaku kepada anak-anak ya? Bisa dibilang ini pendidikan prenatal?"Paula terkejut hingga tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Masa Darwin menyebut cerita ini sebagai pendidikan?"Pendidikan prenatal? Apa yang mau kamu ajarkan pada anak-anak?"Darwin menjawab dengan malu-malu, "Mengajarkan mereka untuk bersyukur karena memiliki orang tua yang mencintai mereka."Paula benar-benar kehabisan kata-kata. Siapa yang bisa mengerti? Anak-anak bahkan belum lahir tapi sudah harus tahu bersyukur. Paula sendiri yang memutuskan untuk melahirkan anak ini, mereka adalah hadiah dari langit untuknya. Seharusnya Paula yang harus merasa bersyukur dengan kehadiran anak-anaknya, bukan sebaliknya.Saat Paula baru saja hendak mengoreksi Darwin mengenai hal ini, dia melihat Darwin
"Benaran mau pindah?" tanya Darwin sambil menatap Paula, seakan-akan ingin menebak isi hatinya. Namun, Paula hanya menunduk untuk menghindari tatapannya. Paula bisa merasakan bahwa pertanyaan Darwin kali ini berbeda dengan sebelumnya. Kali ini, nada bicaranya menyiratkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan antara kedua orang itu.Paula yakin bahwa perasaan ini bukan hanya khayalannya semata, juga bukan karena dia bertepuk sebelah tangan. Darwin juga pasti bisa merasakannya, tetapi Paula tidak yakin perasaan ini akan bertahan lama. Karena itulah, dia memilih untuk mundur."Ya," jawabnya pelan.Setelah cukup lama tidak ada tanggapan, Paula bisa merasakan bahwa Darwin sedang menatapnya dengan intens. Perasaan yang membuatnya tertekan itu membuat Paula tidak berani mendongak untuk melihat Darwin. Dia hanya bisa menunduk dan meminum supnya dengan diam.Suara keramik yang saling berbenturan terdengar sangat nyaring dan memecahkan keheningan di ruangan itu."Aku ingin tahu, kamu nggak memben
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang