Jadi, itulah alasannya mereka langsung kepikiran untuk membalas dendam terhadap Darwin begitu memiliki kemampuan?"Ceritanya sudah selesai," timpal Darwin. Melihat Paula tidak bereaksi, dia berdiri dan berkata, "Ini adalah cerita pertamaku kepada anak-anak ya? Bisa dibilang ini pendidikan prenatal?"Paula terkejut hingga tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Masa Darwin menyebut cerita ini sebagai pendidikan?"Pendidikan prenatal? Apa yang mau kamu ajarkan pada anak-anak?"Darwin menjawab dengan malu-malu, "Mengajarkan mereka untuk bersyukur karena memiliki orang tua yang mencintai mereka."Paula benar-benar kehabisan kata-kata. Siapa yang bisa mengerti? Anak-anak bahkan belum lahir tapi sudah harus tahu bersyukur. Paula sendiri yang memutuskan untuk melahirkan anak ini, mereka adalah hadiah dari langit untuknya. Seharusnya Paula yang harus merasa bersyukur dengan kehadiran anak-anaknya, bukan sebaliknya.Saat Paula baru saja hendak mengoreksi Darwin mengenai hal ini, dia melihat Darwin
"Benaran mau pindah?" tanya Darwin sambil menatap Paula, seakan-akan ingin menebak isi hatinya. Namun, Paula hanya menunduk untuk menghindari tatapannya. Paula bisa merasakan bahwa pertanyaan Darwin kali ini berbeda dengan sebelumnya. Kali ini, nada bicaranya menyiratkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan antara kedua orang itu.Paula yakin bahwa perasaan ini bukan hanya khayalannya semata, juga bukan karena dia bertepuk sebelah tangan. Darwin juga pasti bisa merasakannya, tetapi Paula tidak yakin perasaan ini akan bertahan lama. Karena itulah, dia memilih untuk mundur."Ya," jawabnya pelan.Setelah cukup lama tidak ada tanggapan, Paula bisa merasakan bahwa Darwin sedang menatapnya dengan intens. Perasaan yang membuatnya tertekan itu membuat Paula tidak berani mendongak untuk melihat Darwin. Dia hanya bisa menunduk dan meminum supnya dengan diam.Suara keramik yang saling berbenturan terdengar sangat nyaring dan memecahkan keheningan di ruangan itu."Aku ingin tahu, kamu nggak memben
"Ya." Paula merasa tidak bisa menetap lebih lama lagi di ruangan ini sehingga dia beranjak ingin pergi. Namun, Darwin malah mencengkeram pergelangan tangannya. Paula mengerutkan kening dengan erat. Apa lagi yang ingin dilakukan orang ini? Tadi Darwin tiba-tiba menciumnya saja sudah cukup membuatnya canggung dan malu, apa Paula masih harus bertahan di sini dan mendengarkan Darwin mengatakan mereka bukan teman?"Lepaskan aku!" Nada bicara Paula terdengar sedikit marah. Jika Darwin masih tidak mau melepaskan tangannya, Paula benar-benar akan murka."Maaf, aku terlalu gegabah tadi. Karena kita ini teman, aku seharusnya tahu ke mana kamu akan pindah, 'kan? Jangan pergi dulu, kamu makan saja di sini, aku yang pergi. Darwin berbicara panjang lebar karena takut Paula tidak mau mendengarnya.Paula juga tidak tahu apakah dia harus merasa malu atau marah. Mana ada orang yang mengatakan ingin berteman setelah mencium seorang wanita? Selain itu, wajah Darwin terlihat sangat kasihan seolah-olah Paul
Setelah itu, Wilda memberi jaminan dengan menggunakan reputasi Keluarga Fonda untuk membersihkan nama baik Darwin. Semua orang memuji sikap Keluarga Fonda yang setia kawan ini. Bahkan Paula juga merasa kagum pada Keluarga Fonda yang berani memihak pada Darwin di saat-saat seperti ini. Tindakan ini memang membawa risiko yang cukup besar.Bagaimanapun, selama tuduhan terhadap pria bermarga Churia itu belum ditetapkan dan kejahatan ini belum dipublikasikan, opini publik terhadap Darwin dan Grup Sasongko masih belum akan mereda."Tuan dan Nyonya Sasongko datang!" Kerumunan yang mengelilingi Wilda langsung berlari ke arah sebaliknya. Wilda juga ikut melangkah dengan anggun ke arah kerumunan tersebut. Setelah itu, Paula melihat sepasang suami istri yang sangat rapi dan elegan dari layar televisi.Dari kemiripan wajah pria itu dengan Darwin, Paula bisa menebak bahwa mereka adalah orang tua Darwin. Rhea pernah memberi tahu Paula bahwa orang tua Darwin saling mencintai. Setelah Darwin beranjak
"Tapi, cara ini sepertinya nggak terlalu etis, 'kan?"Wajah Devina menjadi pucat mendengarnya. Dia langsung membentak, "Nona Fonda bukan orang seperti itu, jangan menebak sembarangan." Dalam ingatannya, Cindy adalah gadis polos yang sangat imut, tidak seperti yang dikatakan oleh mereka.Melihat istrinya marah, Yoda berdeham sejenak, "Kami akan hubungi kalian kalau ada kabar baik. Tolong jangan hancurkan reputasi seorang gadis yang nggak bersalah.""Ya, kesehatan kakakku kurang baik. Sampai saat ini dia masih dirawat di rumah sakit, tolong jangan sakiti dia," pungkas Wilda ikut menjelaskan.Namun, Devina malah melihatnya dengan dalam, lalu berjalan dengan cepat ke dalam gedung. Langkah kakinya terlihat jelas sedang marah. Begitu mereka pergi, para wartawan mulai saling berdiskusi."Ternyata Nona Fonda itu penyakitan. Kalau begitu sudah pasti akan sulit menikah.""Orang tua Darwin begitu protektif pada gadis itu juga karena ingin mendekati Keluarga Fonda, 'kan?""Sepertinya pernikahan ke
"Cindy, aku ini Bibi Devina. Dulu kamu sering main di rumah Bibi dan paling suka makan kue kacang merah buatan Bibi. Kamu masih ingat?" tanya Devina dengan bersemangat sambil memegang ponsel itu. Setelah memakai kacamatanya, Devina memandang Paula dengan gembira. Jika tahu anak ini sudah pulang, dia pasti akan pulang lebih awal untuk mengunjunginya.Devina juga menyalahkan Keluarga Fonda yang menutupi berita ini. Jika bukan karena ada yang membocorkan kabar ini, mungkin sampai sekarang semua orang masih belum tahu bahwa Nona Besar Keluarga Fonda telah kembali. Keluarga Fonda juga bahkan tidak pernah mengungkit tentang pesta penyambutan sama sekali.Paula memandang Devina dengan kebingungan. Baru saja dia ingin menjelaskan, tiba-tiba terdengar suara Wilda yang bertanya, "Bibi sedang teleponan dengan Kakak? Kesehatan Kakak kurang baik, dokter nggak mengizinkannya pakai ponsel."Sudah hampir setengah jam dia mengikuti Devina dan Yoda, tetapi Devina terus memperlakukannya dengan dingin. Wi
Baru beberapa detik dia merasa ragu, Rhea, Darwin, dan ayahnya telah melihat sosok Paula di layar."Tentu saja cantik, mirip ibunya waktu masih muda dulu," ucap Yoda duluan. Dia memandang wajah Paula dengan sedikit kerinduan. Saat itu, hubungan kedua keluarga ini sangat baik. Mereka berjuang bersama dalam masa-masa sulit dan memperlakukan satu sama lain dengan tulus. Sayangnya, kemudian mereka berpisah.Paula mengerutkan keningnya dengan pelan. Apakah orang tua Darwin salah mengenalinya sebagai Nona Besar Keluarga Fonda? Jika hanya salah satu yang salah mengenalinya masih bisa dimaklumi, tapi kenapa malah dua-duanya salah? Paula bertanya-tanya apakah dia benar-benar semirip itu dengan Cindy?Tanpa sadar, Paula melihat ke arah Darwin. Darwin terdiam sejenak, lalu tebersit kekhawatiran dan kepanikan dalam matanya."Nenek, kenapa kamu ambil ponselku?" Melihat Paula yang terpaku pada layar itu, Rhea mengira Paula dikejutkan oleh sikap neneknya. Oleh karena itu, dia ingin merebut kembali po
Rhea membatin, 'Paman gugup? Apa yang sedang dia gugupkan?'"Paman, kembalikan ponselku," bisik Rhea. Darwin menoleh melihatnya sekilas, dia sama sekali tidak melonggarkan cengkeramannya.Rhea tidak tahu apa yang dipikirkan pamannya ini. Dia melihat Yoda dan Devina, lalu menarik Darwin keluar dan mengulurkan tangannya. "Paman, kembalikan ponselku. Aku mau jelaskan sama Paula.""Jelaskan apa?" tanya Darwin dengan nada dingin."Ini masalah antara wanita, kamu nggak usah pedulikan," jawab Rhea mencibir. Mendengar hal itu, Darwin mengabaikannya dan langsung masuk ke rumah. Baru saja beranjak masuk, mereka mendengar Wilda sedang membicarakan Paula."Bibi Devina, jangan-jangan yang kamu lihat itu teman Rhea bukan? Sepertinya namanya Paula? Saat pertama kali melihatnya, aku juga terkejut. Dia memang mirip sekali dengan kakakku." Wilda yang akhirnya mengerti situasinya, mulai menyela pembicaraan mereka. Devina menatapnya dengan penasaran, tetapi Darwin dan Rhea sedang tidak berada di sana.Wil
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang