Rhea membatin, 'Paman gugup? Apa yang sedang dia gugupkan?'"Paman, kembalikan ponselku," bisik Rhea. Darwin menoleh melihatnya sekilas, dia sama sekali tidak melonggarkan cengkeramannya.Rhea tidak tahu apa yang dipikirkan pamannya ini. Dia melihat Yoda dan Devina, lalu menarik Darwin keluar dan mengulurkan tangannya. "Paman, kembalikan ponselku. Aku mau jelaskan sama Paula.""Jelaskan apa?" tanya Darwin dengan nada dingin."Ini masalah antara wanita, kamu nggak usah pedulikan," jawab Rhea mencibir. Mendengar hal itu, Darwin mengabaikannya dan langsung masuk ke rumah. Baru saja beranjak masuk, mereka mendengar Wilda sedang membicarakan Paula."Bibi Devina, jangan-jangan yang kamu lihat itu teman Rhea bukan? Sepertinya namanya Paula? Saat pertama kali melihatnya, aku juga terkejut. Dia memang mirip sekali dengan kakakku." Wilda yang akhirnya mengerti situasinya, mulai menyela pembicaraan mereka. Devina menatapnya dengan penasaran, tetapi Darwin dan Rhea sedang tidak berada di sana.Wil
Melihat Wilda menoleh ke arahnya, Devina hanya sedikit mengangguk dan berkata, "Nggak usah diantar lagi ya."Merasa dipermalukan, Wilda berlari keluar sambil menangis. Sebelum tiba di depan pintu, terdengar suara Darwin yang ketus dari belakang mengatakan, "Kalau aku mendengarmu menggosipkan Paula sekali lagi, jangan salahkan aku memutus persahabatan dengan Keluarga Fonda."Wilda sangat terkejut hingga terhuyung-huyung. Untungnya, dia tidak terjatuh setelah berpegangan pada kusen pintu. Saat berjalan menjauh, punggungnya masih terlihat memancarkan kekesalan.Dalam hati, Rhea merasa sangat puas, "Paman, terima kasih telah membela Paula.""Nggak usah kamu yang berterima kasih," kata Darwin. Dia terlihat sangat kesal sehingga ucapannya terkesan agak ketus.Rhea sudah terbiasa dengan sikap pamannya ini. Dia berkata dengan manja terhadap Darwin, "Baiklah, aku tahu kamu membantu Paula demi Kak Cindy. Tapi tetap saja aku harus mewakilinya berterima kasih."Darwin mengerutkan keningnya dan hen
"Ayah, aku keluar dulu sebentar," kata Darwin seraya melihat sosok Yoda yang berjalan menuju ruang kerja. Yoda berbalik menatapnya dengan dalam, seolah-olah bisa menebak isi hati Darwin. Darwin langsung terpaku di tempat.Devina adalah orang yang paling memahami Yoda. Melihat Yoda mengepalkan tangannya di punggung, dia tahu bahwa Yoda benar-benar marah saat ini. Meski tidak tahu apa yang membuatnya marah, Devina tetap membujuk Darwin, "Ikut ayahmu ke ruang kerja. Kalau ada urusan lainnya, nanti baru diselesaikan.""Paman, cepat pergi. Kakek jarang-jarang sekali pulang," bujuk Rhea ikut menasihatinya.Wajah Darwin tampak sangat muram, dia tidak berencana untuk patuh. Namun pada saat ini, kakeknya tiba-tiba masuk sambil memegang tongkat. Sama seperti Yoda, dia menatap Darwin dengan intens, lalu berjalan ke arah ruang kerja. Devina mendorong Darwin dengan pelan. Darwin terpaksa mengikuti mereka ke ruang kerja dan menutup pintu kamar itu."Cepat katakan, apa yang terjadi dengan Nona Paula
Ekspresi Yoda tampak rumit, tetapi dia tetap bersikukuh pada pendapatnya, "Kalian nggak tahu, anak itu hilang bertahun-tahun lalu bukan karena kecelakaan. Masalahnya sangat rumit, intinya keluarga kita nggak bisa terlibat dengannya. Kalau nggak, kita pasti akan mengalami bencana besar!""Apa masalahnya?" tanya Darwin.Yoda meliriknya sekilas, "Kamu pikir kenapa Keluarga Fonda langsung mengumumkan kematian anak itu beberapa bulan setelah dia hilang? Karena kematiannya akan lebih baik bagi dirinya sendiri dan Keluarga Fonda.""Apa yang kamu ketahui sebenarnya? Cepat katakan!" Terry tidak suka melihat Yoda bertele-tele.Yoda menggelengkan kepala dan menolak untuk bicara, "Ayah, aku nggak bisa cerita. Kalau diceritakan pun nggak akan menguntungkan bagi Keluarga Sasongko! Intinya, aku mau kamu bersumpah untuk memutuskan hubungan dengan wanita itu!""Nggak mungkin, dia sedang mengandung anakku. Aku sudah berjanji akan merawatnya," ujar Darwin yang sama keras kepalanya seperti ayahnya."Kamu
Yoda dan Terry saling bertukar pandang, lalu Terry menghela napas dan memalingkan wajahnya. Yoda kemudian mengambil tongkat Terry dan mengancam Darwin, "Kamu benar-benar nggak setuju?""Aku nggak mungkin akan setuju," jawab Darwin dengan tegas.Yoda menutup matanya sejenak, lalu memukulkan tongkat itu ke punggung Darwin. Darwin menggertakkan giginya dan tetap diam. Yoda memukulkan tongkat itu berulang-ulang hingga belasan kali, tetapi Darwin tetap teguh pada pendiriannya.Ini adalah pertama kalinya Yoda memukul putranya, dan juga pertama kalinya Darwin dipukul. Wajah Darwin tetap tanpa ekspresi, seolah-olah tidak kesakitan sama sekali. Namun, tangan Yoda telah gemetaran dan tekanan darahnya naik karena terlalu sakit hati."Kamu ... kamu mau membuatku mati kesal?" seru Yoda sambil melemparkan tongkatnya.Saat itu, ponsel Terry tiba-tiba berbunyi. Dia mengangkatnya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tampak tidak tulus. "Oh, ternyata kamu ya sobat lama."Wajah Yoda dan Darwin seketika
Sedari awal, Yoda sendiri memang tidak yakin dengan keputusannya. Oleh karena itu, dia memukul Darwin karena berharap Darwin akan mendukung pendapatnya dan membuktikan bahwa dirinya benar. Sekarang dia tahu, putranya sama keras kepala seperti dirinya. Bahkan jika dipukul sampai mati sekalipun, Darwin tetap tidak akan mengubah pendiriannya.Kalau memang demikian, biarlah para orang tua yang bertindak untuk menghilangkan hambatan bagi anak-anak mereka. Yoda mengatur orang untuk mencari Paula, lebih baik lagi jika bisa mengirimnya ke luar negeri. Di sisi lain, Terry telah membeli tiket pesawat untuk dini hari dan bersiap-siap untuk pergi mengunjungi Jonas.Di luar ruang kerja, Devina dan Rhea berjalan mondar-mandir dengan cemas. Mereka sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam dan Rhea bahkan samar-samar mendengar pamannya dipukul. Namun, dia tidak berani mengungkapkannya karena takut membuat neneknya khawatir.Kemudian, Yoda memanggil para pengawal untuk masuk. Devina khawatir Yoda a
Mendengar ucapan Rhea, Devina hanya mengangguk. Dia punya penilaian sendiri dan bisa melihat siapa yang sebenarnya baik dan siapa sebenarnya yang memiliki niat buruk."Ternyata gadis itu ya. Seingatku, kamu pernah bilang orang tuanya jahat sekali padanya?" Devina mengingat kembali semua perkataan Rhea dulu mengenai Paula. Diam-diam dia merasa kasihan terhadap gadis itu."Orang tuanya memang sedari awal sudah tahu dia bukan putri kandung mereka, jadi sengaja menyiksanya." Rhea mencibir, dia merasa kesal saat membahas tentang orang tua Paula."Dia pasti sangat menderita sendirian, kamu harus banyak merawatnya," kata Devina sambil menepuk punggung tangan Rhea. Rhea mengangguk. Dia tahu bahwa neneknya adalah orang yang baik, tidak seperti beberapa orang yang masih memegang nilai-nilai feodal dan memaksakan prinsip-prinsip tertentu."Nenek lumayan suka padanya ya? Mau ketemu dia? Aku yakin Nenek pasti bakal suka padanya." Sejak kecil, hubungan Rhea dengan neneknya sangat baik. Dulu neneknya
Hati Darwin yang tadinya sangat cemas, kini akhirnya menjadi lega. Untung saja Paula bukan dibawa pergi oleh ayahnya. Namun, Paula pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun, sudah pasti dia telah mendengar semua isi percakapan mereka tadi."Anda tenang saja, kami akan segera temukan Nona Paula sebelum Pak Yoda menemukannya," timpal Wilson, seolah-olah sedang syuting adegan pasangan serasi yang terpisah karena ditentang keluarga."Apa pun caranya," tambah Darwin dengan nada dingin. Setelah itu, dia langsung menutup telepon.Wilson menyeka keringat dingin di dahinya, lalu menyuruh semua bawahannya untuk masuk ke kantor. "Kesampingkan dulu semua tugas saat ini, fokus cari Nona Paula.""Tapi, bukankah Nona Paula menghilang di titik buta kamera CCTV? Mau bagaimana mencarinya?" tanya salah seorang bawahannya. Sebenarnya mereka juga bukan tidak tahu harus bagaimana melakukan pencarian, melainkan saat ini masih ada urusan mendesak di perusahaan yang harus diselesaikan. Dia merasa pekerjaan in