"Cindy, aku ini Bibi Devina. Dulu kamu sering main di rumah Bibi dan paling suka makan kue kacang merah buatan Bibi. Kamu masih ingat?" tanya Devina dengan bersemangat sambil memegang ponsel itu. Setelah memakai kacamatanya, Devina memandang Paula dengan gembira. Jika tahu anak ini sudah pulang, dia pasti akan pulang lebih awal untuk mengunjunginya.Devina juga menyalahkan Keluarga Fonda yang menutupi berita ini. Jika bukan karena ada yang membocorkan kabar ini, mungkin sampai sekarang semua orang masih belum tahu bahwa Nona Besar Keluarga Fonda telah kembali. Keluarga Fonda juga bahkan tidak pernah mengungkit tentang pesta penyambutan sama sekali.Paula memandang Devina dengan kebingungan. Baru saja dia ingin menjelaskan, tiba-tiba terdengar suara Wilda yang bertanya, "Bibi sedang teleponan dengan Kakak? Kesehatan Kakak kurang baik, dokter nggak mengizinkannya pakai ponsel."Sudah hampir setengah jam dia mengikuti Devina dan Yoda, tetapi Devina terus memperlakukannya dengan dingin. Wi
Baru beberapa detik dia merasa ragu, Rhea, Darwin, dan ayahnya telah melihat sosok Paula di layar."Tentu saja cantik, mirip ibunya waktu masih muda dulu," ucap Yoda duluan. Dia memandang wajah Paula dengan sedikit kerinduan. Saat itu, hubungan kedua keluarga ini sangat baik. Mereka berjuang bersama dalam masa-masa sulit dan memperlakukan satu sama lain dengan tulus. Sayangnya, kemudian mereka berpisah.Paula mengerutkan keningnya dengan pelan. Apakah orang tua Darwin salah mengenalinya sebagai Nona Besar Keluarga Fonda? Jika hanya salah satu yang salah mengenalinya masih bisa dimaklumi, tapi kenapa malah dua-duanya salah? Paula bertanya-tanya apakah dia benar-benar semirip itu dengan Cindy?Tanpa sadar, Paula melihat ke arah Darwin. Darwin terdiam sejenak, lalu tebersit kekhawatiran dan kepanikan dalam matanya."Nenek, kenapa kamu ambil ponselku?" Melihat Paula yang terpaku pada layar itu, Rhea mengira Paula dikejutkan oleh sikap neneknya. Oleh karena itu, dia ingin merebut kembali po
Rhea membatin, 'Paman gugup? Apa yang sedang dia gugupkan?'"Paman, kembalikan ponselku," bisik Rhea. Darwin menoleh melihatnya sekilas, dia sama sekali tidak melonggarkan cengkeramannya.Rhea tidak tahu apa yang dipikirkan pamannya ini. Dia melihat Yoda dan Devina, lalu menarik Darwin keluar dan mengulurkan tangannya. "Paman, kembalikan ponselku. Aku mau jelaskan sama Paula.""Jelaskan apa?" tanya Darwin dengan nada dingin."Ini masalah antara wanita, kamu nggak usah pedulikan," jawab Rhea mencibir. Mendengar hal itu, Darwin mengabaikannya dan langsung masuk ke rumah. Baru saja beranjak masuk, mereka mendengar Wilda sedang membicarakan Paula."Bibi Devina, jangan-jangan yang kamu lihat itu teman Rhea bukan? Sepertinya namanya Paula? Saat pertama kali melihatnya, aku juga terkejut. Dia memang mirip sekali dengan kakakku." Wilda yang akhirnya mengerti situasinya, mulai menyela pembicaraan mereka. Devina menatapnya dengan penasaran, tetapi Darwin dan Rhea sedang tidak berada di sana.Wil
Melihat Wilda menoleh ke arahnya, Devina hanya sedikit mengangguk dan berkata, "Nggak usah diantar lagi ya."Merasa dipermalukan, Wilda berlari keluar sambil menangis. Sebelum tiba di depan pintu, terdengar suara Darwin yang ketus dari belakang mengatakan, "Kalau aku mendengarmu menggosipkan Paula sekali lagi, jangan salahkan aku memutus persahabatan dengan Keluarga Fonda."Wilda sangat terkejut hingga terhuyung-huyung. Untungnya, dia tidak terjatuh setelah berpegangan pada kusen pintu. Saat berjalan menjauh, punggungnya masih terlihat memancarkan kekesalan.Dalam hati, Rhea merasa sangat puas, "Paman, terima kasih telah membela Paula.""Nggak usah kamu yang berterima kasih," kata Darwin. Dia terlihat sangat kesal sehingga ucapannya terkesan agak ketus.Rhea sudah terbiasa dengan sikap pamannya ini. Dia berkata dengan manja terhadap Darwin, "Baiklah, aku tahu kamu membantu Paula demi Kak Cindy. Tapi tetap saja aku harus mewakilinya berterima kasih."Darwin mengerutkan keningnya dan hen
"Ayah, aku keluar dulu sebentar," kata Darwin seraya melihat sosok Yoda yang berjalan menuju ruang kerja. Yoda berbalik menatapnya dengan dalam, seolah-olah bisa menebak isi hati Darwin. Darwin langsung terpaku di tempat.Devina adalah orang yang paling memahami Yoda. Melihat Yoda mengepalkan tangannya di punggung, dia tahu bahwa Yoda benar-benar marah saat ini. Meski tidak tahu apa yang membuatnya marah, Devina tetap membujuk Darwin, "Ikut ayahmu ke ruang kerja. Kalau ada urusan lainnya, nanti baru diselesaikan.""Paman, cepat pergi. Kakek jarang-jarang sekali pulang," bujuk Rhea ikut menasihatinya.Wajah Darwin tampak sangat muram, dia tidak berencana untuk patuh. Namun pada saat ini, kakeknya tiba-tiba masuk sambil memegang tongkat. Sama seperti Yoda, dia menatap Darwin dengan intens, lalu berjalan ke arah ruang kerja. Devina mendorong Darwin dengan pelan. Darwin terpaksa mengikuti mereka ke ruang kerja dan menutup pintu kamar itu."Cepat katakan, apa yang terjadi dengan Nona Paula
Ekspresi Yoda tampak rumit, tetapi dia tetap bersikukuh pada pendapatnya, "Kalian nggak tahu, anak itu hilang bertahun-tahun lalu bukan karena kecelakaan. Masalahnya sangat rumit, intinya keluarga kita nggak bisa terlibat dengannya. Kalau nggak, kita pasti akan mengalami bencana besar!""Apa masalahnya?" tanya Darwin.Yoda meliriknya sekilas, "Kamu pikir kenapa Keluarga Fonda langsung mengumumkan kematian anak itu beberapa bulan setelah dia hilang? Karena kematiannya akan lebih baik bagi dirinya sendiri dan Keluarga Fonda.""Apa yang kamu ketahui sebenarnya? Cepat katakan!" Terry tidak suka melihat Yoda bertele-tele.Yoda menggelengkan kepala dan menolak untuk bicara, "Ayah, aku nggak bisa cerita. Kalau diceritakan pun nggak akan menguntungkan bagi Keluarga Sasongko! Intinya, aku mau kamu bersumpah untuk memutuskan hubungan dengan wanita itu!""Nggak mungkin, dia sedang mengandung anakku. Aku sudah berjanji akan merawatnya," ujar Darwin yang sama keras kepalanya seperti ayahnya."Kamu
Yoda dan Terry saling bertukar pandang, lalu Terry menghela napas dan memalingkan wajahnya. Yoda kemudian mengambil tongkat Terry dan mengancam Darwin, "Kamu benar-benar nggak setuju?""Aku nggak mungkin akan setuju," jawab Darwin dengan tegas.Yoda menutup matanya sejenak, lalu memukulkan tongkat itu ke punggung Darwin. Darwin menggertakkan giginya dan tetap diam. Yoda memukulkan tongkat itu berulang-ulang hingga belasan kali, tetapi Darwin tetap teguh pada pendiriannya.Ini adalah pertama kalinya Yoda memukul putranya, dan juga pertama kalinya Darwin dipukul. Wajah Darwin tetap tanpa ekspresi, seolah-olah tidak kesakitan sama sekali. Namun, tangan Yoda telah gemetaran dan tekanan darahnya naik karena terlalu sakit hati."Kamu ... kamu mau membuatku mati kesal?" seru Yoda sambil melemparkan tongkatnya.Saat itu, ponsel Terry tiba-tiba berbunyi. Dia mengangkatnya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tampak tidak tulus. "Oh, ternyata kamu ya sobat lama."Wajah Yoda dan Darwin seketika
Sedari awal, Yoda sendiri memang tidak yakin dengan keputusannya. Oleh karena itu, dia memukul Darwin karena berharap Darwin akan mendukung pendapatnya dan membuktikan bahwa dirinya benar. Sekarang dia tahu, putranya sama keras kepala seperti dirinya. Bahkan jika dipukul sampai mati sekalipun, Darwin tetap tidak akan mengubah pendiriannya.Kalau memang demikian, biarlah para orang tua yang bertindak untuk menghilangkan hambatan bagi anak-anak mereka. Yoda mengatur orang untuk mencari Paula, lebih baik lagi jika bisa mengirimnya ke luar negeri. Di sisi lain, Terry telah membeli tiket pesawat untuk dini hari dan bersiap-siap untuk pergi mengunjungi Jonas.Di luar ruang kerja, Devina dan Rhea berjalan mondar-mandir dengan cemas. Mereka sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam dan Rhea bahkan samar-samar mendengar pamannya dipukul. Namun, dia tidak berani mengungkapkannya karena takut membuat neneknya khawatir.Kemudian, Yoda memanggil para pengawal untuk masuk. Devina khawatir Yoda a
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang