Mendengar ucapan Rhea, Devina hanya mengangguk. Dia punya penilaian sendiri dan bisa melihat siapa yang sebenarnya baik dan siapa sebenarnya yang memiliki niat buruk."Ternyata gadis itu ya. Seingatku, kamu pernah bilang orang tuanya jahat sekali padanya?" Devina mengingat kembali semua perkataan Rhea dulu mengenai Paula. Diam-diam dia merasa kasihan terhadap gadis itu."Orang tuanya memang sedari awal sudah tahu dia bukan putri kandung mereka, jadi sengaja menyiksanya." Rhea mencibir, dia merasa kesal saat membahas tentang orang tua Paula."Dia pasti sangat menderita sendirian, kamu harus banyak merawatnya," kata Devina sambil menepuk punggung tangan Rhea. Rhea mengangguk. Dia tahu bahwa neneknya adalah orang yang baik, tidak seperti beberapa orang yang masih memegang nilai-nilai feodal dan memaksakan prinsip-prinsip tertentu."Nenek lumayan suka padanya ya? Mau ketemu dia? Aku yakin Nenek pasti bakal suka padanya." Sejak kecil, hubungan Rhea dengan neneknya sangat baik. Dulu neneknya
Hati Darwin yang tadinya sangat cemas, kini akhirnya menjadi lega. Untung saja Paula bukan dibawa pergi oleh ayahnya. Namun, Paula pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun, sudah pasti dia telah mendengar semua isi percakapan mereka tadi."Anda tenang saja, kami akan segera temukan Nona Paula sebelum Pak Yoda menemukannya," timpal Wilson, seolah-olah sedang syuting adegan pasangan serasi yang terpisah karena ditentang keluarga."Apa pun caranya," tambah Darwin dengan nada dingin. Setelah itu, dia langsung menutup telepon.Wilson menyeka keringat dingin di dahinya, lalu menyuruh semua bawahannya untuk masuk ke kantor. "Kesampingkan dulu semua tugas saat ini, fokus cari Nona Paula.""Tapi, bukankah Nona Paula menghilang di titik buta kamera CCTV? Mau bagaimana mencarinya?" tanya salah seorang bawahannya. Sebenarnya mereka juga bukan tidak tahu harus bagaimana melakukan pencarian, melainkan saat ini masih ada urusan mendesak di perusahaan yang harus diselesaikan. Dia merasa pekerjaan in
Devina menatap Darwin beberapa detik, lalu menghela napas. "Di luar sana semuanya adalah pengawal, ayahmu nggak mengizinkanmu keluar."Darwin mengerutkan keningnya, sedangkan Rhea merenung cukup lama. Kenapa pamannya menghalangi neneknya untuk menemui Paula? Kenapa kakeknya memukul pamannya dan bahkan mengurungnya di rumah? Apa yang telah terjadi sebenarnya? Bukankah semuanya sudah selesai sebelumnya?"Nenek, kalau Paman nggak keluar, bagaimana dengan perusahaan?" tanya Rhea dengan kebingungan. Devina menarik tangannya, lalu berkata dengan perlahan, "Masih ada kakekmu di di perusahaan, nggak akan ada masalah.""Ayah sudah berapa lama nggak mengurus perusahaan? Orang yang kupromosikan semuanya dia nggak kenal. Ibu, bantu aku. Aku ada urusan penting yang harus diselesaikan." Darwin paham bahwa ibunya adalah tipe orang yang mudah luluh dengan bujukan.Paula memang tidak dibawa pergi oleh ayahnya, tetapi keberadaan Paula masih belum diketahui sampai sekarang. Darwin merasa sangat cemas ter
"Jangan panik, beri dia obat dulu. Antarkan ke rumah sakit." Suara Yoda terdengar sedang gemetaran, hati Rhea jadi semakin merasa bersalah."Kakek jangan panik, aku sudah bawa Nenek ke rumah sakit. Kakek nggak boleh panik," ujar Rhea sambil menghibur kakeknya dan menginstruksikan pengawal untuk bekerja.Hanya dalam sekejap, di depan pintu hanya tersisa dua orang pembantu. Dari jendela, Darwin melihat ibunya dibawa Rhea ke mobil, lalu dia membuka pintu untuk keluar. Pembantu di luar langsung menghalanginya, "Tuan Darwin, Tuan Yoda sudah berpesan nggak boleh membiarkan Anda keluar.""Minggir." Darwin melemparkan tatapan dingin yang membuat kedua orang itu gemetar dan tidak berani lagi mencegatnya. Darwin bergegas ke garasi untuk mengeluarkan mobil, lalu menelepon Wilson dengan ponsel cadangannya untuk menanyakan keadaan Paula.Tak lama kemudian, dia menerima pesan dari Rhea.[ Kami ketemu Kakek di tengah perjalanan. Kakek dan Nenek baik-baik saja, Paman tenang saja. ]Darwin akhirnya me
"Mungkin itu cuma kesialan sesaat," ujar Paula. Dia yakin setiap manusia punya keberuntungan sendiri. Namun, dia tidak mengenal pemuda itu sehingga hanya bisa menghiburnya demikian.Pemuda itu tersenyum sambil menggeleng, lalu berkata, "Kamu mungkin nggak akan percaya kalau mendengar ceritaku. Sejak aku kecil sampai sekarang, setiap jerih payahku selalu berakhir dengan kegagalan."Paula bisa melihat kesedihan pada sorot mata pemuda itu, tahu bahwa pemuda itu tidak bercanda. Lagi pula, ada begitu banyak genius yang kurang beruntung di dunia ini. Kalau pemuda ini bernasib sama seperti mereka, bakatnya akan sangat disayangkan. Mungkin saja, Paula bisa membantunya?"Apa aku boleh melihat hasil karyamu?" Paula mendapati ada banyak manuskrip di atas meja. Hanya dengan melihat tingkat kerapiannya, Paula tahu betapa seriusnya pemuda ini dengan pekerjaannya."Aku menulisnya cuma karena merasa bosan." Pemuda itu kurang pintar berinteraksi dengan orang. Wajah dan telinganya pun memerah karena Pau
"Kenapa kamu begitu percaya pada takhayul sih?" ejek Paula sambil tersenyum menatapnya. Dia tidak menyembunyikan harapannya terhadap pemuda itu.Pemuda itu sepertinya tidak pintar menolak permintaan orang. Namun, dia benar-benar khawatir kesialannya akan menular kepada Paula. Jadi, dia terus mengulangi kata yang sama, yaitu tidak boleh karena Paula bisa menjadi sial nanti."Aku nggak takut sial kok. Asal kamu tahu, aku orang yang sangat beruntung!" Paula tidak memiliki kepercayaan diri saat mengatakan ini. Jika dirinya beruntung, mana mungkin dibawa pulang oleh keluarga yang salah dan diusir Keluarga Ignasius?"Begini saja, aku akan menceritakan kisah hidupku kepadamu dulu," ujar pemuda itu saat melihat Paula masih bersikeras. Dia menarik sebuah kursi dan duduk di depan Paula.Paula mengangguk, lalu pemuda itu mulai bercerita, "Namaku Tristan. Delapan belas tahun lalu, aku jatuh ke sumur tempat aku menolongmu tadi. Penutup sumur itu terbuka setengah dan tertutup setengah. Nggak ada yan
"Semua sudah berlalu." Paula tidak tahu bagaimana cara menghibur Tristan. Baik Tristan ataupun gadis itu, mereka sama-sama patut dikasihan."Masih ada kelanjutan cerita. Di pemakaman orang tuaku, aku melihat mitra ayahku ditikam orang. Kemudian, keluarganya bangkrut, bahkan istri dan anaknya mengalami kecelakaan. Suatu malam hari, ada pria berpakaian hitam yang menerobos masuk ke rumahku.""Pria itu bertanya apa aku melihat liontin giok itu? Aku bilang nggak pernah, tapi dia nggak percaya dan ingin membunuhku. Aku bersikeras melawan, sampai-sampai menahan bilah dengan tangan kosong beberapa kali. Pada akhirnya, aku berhasil menggores lengannya.""Dia cuma bilang aku punya nyali besar, lalu pergi begitu saja. Keesokan harinya, kakek dan nenekku tiba-tiba mengantarku ke panti asuhan." Tristan menarik napas dalam-dalam. Sampai sekarang, dia tidak tahu alasan pria berpakaian hitam itu ingin membunuhnya.Paula terpikir akan berbagai kemungkinan. Sepertinya, identitas gadis itu tidak biasa.
Sejak saat itu, Tristan percaya bahwa dirinya memang bernasib sial.Paula menyerahkan kartu nama Harry sambil berkata, "Aku percaya pada ilmu pengetahuan, jadi tolong singkirkan prasangka buruk pada dirimu sendiri. Aku rasa bakatmu nggak seharusnya dikubur begitu saja. Ini adalah kerugian bagi masyarakat. Coba pertimbangkan tawaranku, ya?"Untung saja, Paula selalu membawa kartu nama yang diberikan Harry kepadanya. Jika tidak, dia terpaksa memberikan nomor teleponnya kepada Tristan. Paula yakin Tristan akan tergerak karena ketenaran Harry."Apa aku boleh meminjam bukumu ini?" tanya Paula yang tidak ingin melepaskan buku yang dibaca sebelumnya.Tristan tampak dilema. Dia khawatir barang miliknya memiliki aura negatif yang akan membuat nasib Paula menjadi sial."Kalau terjadi sesuatu padaku, aku bakal tanggung jawab sendiri. Nggak ada kaitannya denganmu." Ketika melihat Tristan hanya terdiam, Paula meneruskan, "Aku benar-benar menyukai ceritamu ini. Kalau nggak dibaca sampai habis, aku n
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang