Ekspresi Yoda tampak rumit, tetapi dia tetap bersikukuh pada pendapatnya, "Kalian nggak tahu, anak itu hilang bertahun-tahun lalu bukan karena kecelakaan. Masalahnya sangat rumit, intinya keluarga kita nggak bisa terlibat dengannya. Kalau nggak, kita pasti akan mengalami bencana besar!""Apa masalahnya?" tanya Darwin.Yoda meliriknya sekilas, "Kamu pikir kenapa Keluarga Fonda langsung mengumumkan kematian anak itu beberapa bulan setelah dia hilang? Karena kematiannya akan lebih baik bagi dirinya sendiri dan Keluarga Fonda.""Apa yang kamu ketahui sebenarnya? Cepat katakan!" Terry tidak suka melihat Yoda bertele-tele.Yoda menggelengkan kepala dan menolak untuk bicara, "Ayah, aku nggak bisa cerita. Kalau diceritakan pun nggak akan menguntungkan bagi Keluarga Sasongko! Intinya, aku mau kamu bersumpah untuk memutuskan hubungan dengan wanita itu!""Nggak mungkin, dia sedang mengandung anakku. Aku sudah berjanji akan merawatnya," ujar Darwin yang sama keras kepalanya seperti ayahnya."Kamu
Yoda dan Terry saling bertukar pandang, lalu Terry menghela napas dan memalingkan wajahnya. Yoda kemudian mengambil tongkat Terry dan mengancam Darwin, "Kamu benar-benar nggak setuju?""Aku nggak mungkin akan setuju," jawab Darwin dengan tegas.Yoda menutup matanya sejenak, lalu memukulkan tongkat itu ke punggung Darwin. Darwin menggertakkan giginya dan tetap diam. Yoda memukulkan tongkat itu berulang-ulang hingga belasan kali, tetapi Darwin tetap teguh pada pendiriannya.Ini adalah pertama kalinya Yoda memukul putranya, dan juga pertama kalinya Darwin dipukul. Wajah Darwin tetap tanpa ekspresi, seolah-olah tidak kesakitan sama sekali. Namun, tangan Yoda telah gemetaran dan tekanan darahnya naik karena terlalu sakit hati."Kamu ... kamu mau membuatku mati kesal?" seru Yoda sambil melemparkan tongkatnya.Saat itu, ponsel Terry tiba-tiba berbunyi. Dia mengangkatnya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tampak tidak tulus. "Oh, ternyata kamu ya sobat lama."Wajah Yoda dan Darwin seketika
Sedari awal, Yoda sendiri memang tidak yakin dengan keputusannya. Oleh karena itu, dia memukul Darwin karena berharap Darwin akan mendukung pendapatnya dan membuktikan bahwa dirinya benar. Sekarang dia tahu, putranya sama keras kepala seperti dirinya. Bahkan jika dipukul sampai mati sekalipun, Darwin tetap tidak akan mengubah pendiriannya.Kalau memang demikian, biarlah para orang tua yang bertindak untuk menghilangkan hambatan bagi anak-anak mereka. Yoda mengatur orang untuk mencari Paula, lebih baik lagi jika bisa mengirimnya ke luar negeri. Di sisi lain, Terry telah membeli tiket pesawat untuk dini hari dan bersiap-siap untuk pergi mengunjungi Jonas.Di luar ruang kerja, Devina dan Rhea berjalan mondar-mandir dengan cemas. Mereka sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam dan Rhea bahkan samar-samar mendengar pamannya dipukul. Namun, dia tidak berani mengungkapkannya karena takut membuat neneknya khawatir.Kemudian, Yoda memanggil para pengawal untuk masuk. Devina khawatir Yoda a
Mendengar ucapan Rhea, Devina hanya mengangguk. Dia punya penilaian sendiri dan bisa melihat siapa yang sebenarnya baik dan siapa sebenarnya yang memiliki niat buruk."Ternyata gadis itu ya. Seingatku, kamu pernah bilang orang tuanya jahat sekali padanya?" Devina mengingat kembali semua perkataan Rhea dulu mengenai Paula. Diam-diam dia merasa kasihan terhadap gadis itu."Orang tuanya memang sedari awal sudah tahu dia bukan putri kandung mereka, jadi sengaja menyiksanya." Rhea mencibir, dia merasa kesal saat membahas tentang orang tua Paula."Dia pasti sangat menderita sendirian, kamu harus banyak merawatnya," kata Devina sambil menepuk punggung tangan Rhea. Rhea mengangguk. Dia tahu bahwa neneknya adalah orang yang baik, tidak seperti beberapa orang yang masih memegang nilai-nilai feodal dan memaksakan prinsip-prinsip tertentu."Nenek lumayan suka padanya ya? Mau ketemu dia? Aku yakin Nenek pasti bakal suka padanya." Sejak kecil, hubungan Rhea dengan neneknya sangat baik. Dulu neneknya
Hati Darwin yang tadinya sangat cemas, kini akhirnya menjadi lega. Untung saja Paula bukan dibawa pergi oleh ayahnya. Namun, Paula pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun, sudah pasti dia telah mendengar semua isi percakapan mereka tadi."Anda tenang saja, kami akan segera temukan Nona Paula sebelum Pak Yoda menemukannya," timpal Wilson, seolah-olah sedang syuting adegan pasangan serasi yang terpisah karena ditentang keluarga."Apa pun caranya," tambah Darwin dengan nada dingin. Setelah itu, dia langsung menutup telepon.Wilson menyeka keringat dingin di dahinya, lalu menyuruh semua bawahannya untuk masuk ke kantor. "Kesampingkan dulu semua tugas saat ini, fokus cari Nona Paula.""Tapi, bukankah Nona Paula menghilang di titik buta kamera CCTV? Mau bagaimana mencarinya?" tanya salah seorang bawahannya. Sebenarnya mereka juga bukan tidak tahu harus bagaimana melakukan pencarian, melainkan saat ini masih ada urusan mendesak di perusahaan yang harus diselesaikan. Dia merasa pekerjaan in
Devina menatap Darwin beberapa detik, lalu menghela napas. "Di luar sana semuanya adalah pengawal, ayahmu nggak mengizinkanmu keluar."Darwin mengerutkan keningnya, sedangkan Rhea merenung cukup lama. Kenapa pamannya menghalangi neneknya untuk menemui Paula? Kenapa kakeknya memukul pamannya dan bahkan mengurungnya di rumah? Apa yang telah terjadi sebenarnya? Bukankah semuanya sudah selesai sebelumnya?"Nenek, kalau Paman nggak keluar, bagaimana dengan perusahaan?" tanya Rhea dengan kebingungan. Devina menarik tangannya, lalu berkata dengan perlahan, "Masih ada kakekmu di di perusahaan, nggak akan ada masalah.""Ayah sudah berapa lama nggak mengurus perusahaan? Orang yang kupromosikan semuanya dia nggak kenal. Ibu, bantu aku. Aku ada urusan penting yang harus diselesaikan." Darwin paham bahwa ibunya adalah tipe orang yang mudah luluh dengan bujukan.Paula memang tidak dibawa pergi oleh ayahnya, tetapi keberadaan Paula masih belum diketahui sampai sekarang. Darwin merasa sangat cemas ter
"Jangan panik, beri dia obat dulu. Antarkan ke rumah sakit." Suara Yoda terdengar sedang gemetaran, hati Rhea jadi semakin merasa bersalah."Kakek jangan panik, aku sudah bawa Nenek ke rumah sakit. Kakek nggak boleh panik," ujar Rhea sambil menghibur kakeknya dan menginstruksikan pengawal untuk bekerja.Hanya dalam sekejap, di depan pintu hanya tersisa dua orang pembantu. Dari jendela, Darwin melihat ibunya dibawa Rhea ke mobil, lalu dia membuka pintu untuk keluar. Pembantu di luar langsung menghalanginya, "Tuan Darwin, Tuan Yoda sudah berpesan nggak boleh membiarkan Anda keluar.""Minggir." Darwin melemparkan tatapan dingin yang membuat kedua orang itu gemetar dan tidak berani lagi mencegatnya. Darwin bergegas ke garasi untuk mengeluarkan mobil, lalu menelepon Wilson dengan ponsel cadangannya untuk menanyakan keadaan Paula.Tak lama kemudian, dia menerima pesan dari Rhea.[ Kami ketemu Kakek di tengah perjalanan. Kakek dan Nenek baik-baik saja, Paman tenang saja. ]Darwin akhirnya me
"Mungkin itu cuma kesialan sesaat," ujar Paula. Dia yakin setiap manusia punya keberuntungan sendiri. Namun, dia tidak mengenal pemuda itu sehingga hanya bisa menghiburnya demikian.Pemuda itu tersenyum sambil menggeleng, lalu berkata, "Kamu mungkin nggak akan percaya kalau mendengar ceritaku. Sejak aku kecil sampai sekarang, setiap jerih payahku selalu berakhir dengan kegagalan."Paula bisa melihat kesedihan pada sorot mata pemuda itu, tahu bahwa pemuda itu tidak bercanda. Lagi pula, ada begitu banyak genius yang kurang beruntung di dunia ini. Kalau pemuda ini bernasib sama seperti mereka, bakatnya akan sangat disayangkan. Mungkin saja, Paula bisa membantunya?"Apa aku boleh melihat hasil karyamu?" Paula mendapati ada banyak manuskrip di atas meja. Hanya dengan melihat tingkat kerapiannya, Paula tahu betapa seriusnya pemuda ini dengan pekerjaannya."Aku menulisnya cuma karena merasa bosan." Pemuda itu kurang pintar berinteraksi dengan orang. Wajah dan telinganya pun memerah karena Pau