Hari ini Mark mengajak Lusi pergi ke kebun binatang sesuai dengan keinginan sang istri. Berhubung Alex penasaran ingin melihat suasana kebun binatang yang ada di Indonesia. Alhasil dirinya diajak ikut. Sekalian untuk menjaga Lusi. Mark secara khusus menghubungi pemilik kebun binatang, agar mengizinkan Lusi melihat bayi panda yang belum pernah di publish. Lusi memberanikan diri menyentuh panda itu. “Lucu banget pandanya. Gemas aku,” ungkap Lusi terkagum. “Takut ah, nanti pandanya sakit kalau keseringan disentuh manusia.” Lusi enggan untuk menyentuh panda itu lagi. Bahkan dia melarang Mark yang ingin menyentuh bayi panda itu. Setelah puas mengunjungi bayi panda. Rombongan Lusi berlanjut menyusuri kebun binatang. Melihat berbagai jenis hewan yang ada di sana. Sampai langkah mereka terhenti tepat di depan kandang singa. “Ketika melihat singa, aku jadi teringat dengan peliharaan Felix. Kira-kira mereka sudah sebesar apa sekarang?” Mark mengangguk, membenarkan kalimat Alex. Felix meman
Aldo mengacak rambutnya sendiri saat menyadari jika dirinya telah kalah telak. Uang di atas meja ditarik kembali oleh Felix. Bukan hanya itu, Felix juga mendapatkan Madona, kekasih hatinya. “Sudah kubilang, semua ini hanya permainan. Tidak perlu menanggapinya dengan serius,” ujar Felix tersenyum miring. “Ya sudah, bagaimanapun juga, aku menang. Sesuai dengan perjanjian kita sebelumnya. Malam ini, kekasihmu harus menghabiskan waktu denganku. Kalau kamu merasa keberatan, aku sama sekali tidak masalah. Tapi, bukankah seorang pria yang dipegang adalah ucapannya?” Aldo menoleh ke arah Madona. Sungguh, di lubuk hatinya yang terdalam, dirinya tidak rela jikalau Madona dinodai pria lain. Akan tetapi, Aldo tidak ada pilihan lain. “Maafkan aku, Manis,” ucap Aldo menundukkan kepala, merasa sangat bersalah. “Kamu tidak perlu minta maaf. Janji adalah janji, dan harus ditepati. Sekarang, kamu sedang menunjukkan kualitasmu, dengan menempati janji yang telah kamu sepakati. Aku tidak akan pernah be
Lusi turun dari tubuh besar Mark. Ketika berjalan ke kamar mandi, tubuh Lusi terjatuh. Paha dalamnya terlalu sakit buat berjalan. Mark yang melihat Lusi terduduk di lantai langsung mengenakan kimononya lalu berjalan cepat menghampiri Lusi. Mark segera mengendong istrinya menuju kamar mandi. Mark mendudukkan tubuh Lusi di samping wastafel. Dia juga mengambil handuk untuk membalut tubuh Lusi agar tidak kedinginan. “Maafkan aku, Sayangku. Aku terlalu memaksamu,” tutur Mark merasa bersalah melihat kondisi Lusi. Dengan melempar senyuman, Lusi menjawab, “Aku suka kok, Tuan Mark gak pernah maksa aku. Soalnya aku juga menikmatinya. Aku beneran senang banget.” Lusi memeluk Mark dengan erat. “Kamu ingin berendam air hangat?” tawar Mark. Lusi mengangguk. “Iya, aku pengin berendam sebentar sama kamu,” balasnya cepat. Wajah Lusi sudah merah padam. Mark mengisi bathup dengan air hangat. Dia juga memasukkan bubuk garam mandi dan minyak aromaterapi beraroma rosemary, agar tubuh mereka nanti rile
Mark tersenyum lembut. “Aku hanya bercanda, Sayangku,” jawab Mark. “Bagaimana harimu? Menyenangkan?” tanyanya kemudian. “Setiap hari menyenangkan, apalagi kalau sama kamu.” Jawaban Lusi mampu membuat jantung Mark berdebar kencang. Akhir-akhir ini Lusi suka sekali memujanya. Membuat dirinya melayang tinggi. “Aku merindukanmu, Sayangku.” Mark menggendong tubuh istrinya masuk ke dalam mansion. “Aku sudah masak makanan spesial untukmu loh! Tuan Mark gak mau incip?” tanya Lusi mengelus telinga merah sang suami. “Kebetulan aku sudah sangat lapar, Sayangku,” ujar Mark berjalan menuju dapur. “Tuan Mark gak mau nurunin aku? Aku bisa jalan sendiri kok. Emangnya kamu gak merasa kalau badanku berat?” Badan Lusi sedikit berisi karena kurangnya melakukan kegiatan di rumah. Mark sama sekali tidak masalah dengan berat badan Lusi yang terus bertambah. Malahan Mark lebih suka melihat tubuh semok Lusi, terlihat segar di matanya. Mark baru menurunkan tubuh Lusi dari gendongannya, saat mereka suda
“Tuan Felix! Kapan anda bisa hidup dengan teratur dan rapi!” pekik Miky membuang celana dalam itu di tong sampah. Miky berdiri di depan kamar mandi di mana Felix masih membersihkan tubuh. “Ada apa?” tanya Felix menyadari jika Miky berjaga di depan kamar mandi. “Jangan tidur dengan sembarangan wanita! Besok anda harus segera melakukan tes kesehatan!” Pikir Felix akan ada bahaya yang datang, ternyata Miky mengomel lagi. “Iya,” jawab Felix enteng lalu melanjutkan mandi. Sedangkan Miky berlalu mengecek keadaan kamar. Mulai dari jendela kaca anti peluru, hingga kolong ranjang. Memastikan jika kamar Felix aman dari bahaya. Setelah melakukan pengecekan secara detail, Miky keluar dari dalam kamar Felix. Membiarkan Felix untuk beristirahat dengan tenang. *** Nyonya Maria telah berhasil membeli sebidang tanah yang sangat luas di salah satu wilayah strategis. Dia berniat mendirikan Mall megah dan mewah. Kini tinggal mencari investor yang bersedia untuk bekerja sama. “Ibu akan membangun
Lusi tengah bermanja ria bersama suaminya di dalam kamar. Mereka berdua baru saja melewati adegan ranjang yang begitu panas nan menggairahkan. Lusi sengaja tidak mengajak Mark membersihkan diri, mungkin dia ingin melakukannya lagi. Biasanya seperti itu. “Tuan Mark sekarang badannya makin bagus,” puji Lusi. Mark memfokuskan diri kepada sang istri. “Kamu ‘kan tahu kalau aku suka berolahraga. Setiap hari kamu juga nemenin aku pergi gym. Sudah pasti badanku seperti ini, hm... Sayangku,” jelasnya tersenyum lembut. “Aku jadi minder,” ungkap Lusi membenamkan wajahnya pada dada bidang Mark. “Kenapa harus minder? Sayangku.”“Iya! Tuan Mark ganteng, tinggi, terus perutnya kotak-kotak. Kulit kamu juga putih seperti susu. Pastilah aku minder. Aku ‘kan tidak secantik itu,” rengek Lusi mencubit kecil perut Mark. “Kata siapa kamu tidak secantik itu? Bagiku, kamu sungguh cantik, melebihi seribu bidadari.” Pujian Mark sukses membuat wajah Lusi memanas. Kedua pipinya telah merah padam akibat terl
Pertama kali bertemu dan berbincang beberapa menit. Adelia sudah berani mengajak Mark makan siang bersama. Masalahnya, wanita itu mengajaknya secara personal. Mark tidak suka hal seperti itu. Hidupnya sangat teratur dan berstruktur. “Kenapa diam saja?” tanya Adelia. Mark sangat heran dengan tingkah tidak tahu diri Adelia. Pasti Adelia bisa seberani ini karena ada Nyonya Maria di belakang wanita itu, begitulah pikir Mark. “Kamu mau makan siang bersama? Ayo,” ajak Mark meladeni Adelia. “Beneran mau? Aku tidak tahu restoran mana yang bagus. Aku ikut kamu saja,” jawab Adelia. Mark terkekeh mendengar jawaban Adelia. Mark melepas jasnya lalu mengambil kunci mobil. “Sekarang?” tanya Adelia bingung. “Ya." Keduanya keluar dari dalam ruangan. Mark memberi tahu Mina jika dirinya akan pergi untuk makan siang bersama Adelia. Mina sempat merespons dengan keterkejutan, seolah tidak memperbolehkan Mark pergi bersama Adelia. Akan tetapi, Mark tidak terlalu menggubris tanda dari Mina. Sampai a
Tubuh mereka seketika menegang saat melihat kehadiran Mark. Tanpa basa-basi Mark menawari mereka untuk hengkang dari perusahaan. “Coba kalian pikir dengan otak jernih. Sebuah apel memiliki bagian yang membusuk, apakah kalian akan tetap membiarkan bagian yang membusuk itu? Atau kalian buang untuk mencegah pembusukan di bagian apel yang lain?” Semua orang di dalam ruang kerja itu hanya diam menundukkan kepala. Mereka takut salah bicara, dan mengakibatkan mereka dipecat. Mark menghembuskan napas kecil melihat para CEO tak berkutik. Bahkan Mina yang dari tadi ngomel sambil berteriak kencang, kini hanya diam seribu bahasa. “Baiklah, berhubung ini pertama kalinya kalian membuat kesalahan selama aku memimpin. Aku memberi kalian keringanan dengan memaafkan kesalahan kalian. Tapi, di lain kesempatan, jangan harap belas kasih dariku. Aku tidak akan membuang energiku untuk menegur kalian. Kalian bisa bertanya kepadaku jika ada sesuatu yang membuat kalian kesulitan. Pasti, aku akan dengan sena
Mark berjalan memasuki ruang keluarga. Dia membawa beberapa berkas di tangannya. Kedatangan Mark membuat Ibu Tutik dan Dini sedikit tegang. “Maaf menunggu,” ucap Mark duduk di sofa tunggal. “Aku tidak suka basa-basi, jadi langsung saja. Maksudku mengundang kalian berdua adalah, aku ingin memberi tahu kalian bahwa, semua aset tidak bergerak milik Lusi, telah berganti nama menjadi milik kalian berdua. Aku membaginya seadil mungkin.” “Maksudnya? Aset apa?” tanya Dini tidak mengerti. “Aku membeli banyak tanah, dan bangunan atas nama Lusi. Sekarang, seluruh tanah dan bangunan tersebut telah berganti nama menjadi milik kalian berdua,” jelas Mark. Dini dan Ibu Tutik sangat terkejut. Mereka berdua sampai tidak bisa berkata-kata lagi. “Kenapa? Itu ‘kan milik Lusi, Kenapa diberikan kepada kami?” tanya Ibu Tutik menundukkan kepala. “Anda berhak memilikinya, Ibu. Berkat kebaikan hati, Ibu yang mengizinkan Lusi ikut bersamaku di Inggris,” jawab Mark bersuara lembut. “Maksudku, kami tidak per
Mark tersenyum puas karena telah berhasil membalas perbuatan Nyonya Maria dan Aldo terhadapnya. Sebenarnya, hal seperti ini tidak disenangi oleh Mark. Apalagi sampai harus mengorbankan banyak waktu dan uang. Benar-benar bukan tipe Mark. “Kasihan Nyonya Maria dan Tuan Aldo, mereka harus tidur di penjara. Tetapi, aku gak menyangka, Nyonya Maria yang menghilangkan nyawa Ningsih. Mengapa harus begitu sih jadi orang?” Lusi menggelengkan kepala mengingat perbuatan Nyonya Maria. “Pada akhirnya, semua akan mendapatkan balasan, sesuai dengan yang mereka perbuat,” balas Alex. “Tumben, Mister Alex pintar?” kata Lusi polos. “Aku memang pintar, hanya berpura-pura bodoh saja,” sahut Alex tidak mau ambil pusing. “Sayangku, kamu sudah siap tinggal di Inggris?” tanya Mark menarik perhatian Lusi. “Kita bakal pergi ke Inggris?” Bukannya menjawab, Lusi malah balik bertanya. “Aku ‘kan lagi hamil, emangnya boleh naik pesawat?” tanya Lusi. Lusi menyentuh perutnya yang telah membuncit. Sudah sembilan b
Nyonya Maria menjalani kehidupannya di dalam penjara dengan penuh kehampaan. Dia sangat sedih melihat tangannya tidak dihiasi perhiasan. Nyonya Maria juga mengeluh dengan kondisi kulitnya yang kusam, dan tidak bersih. Keadaan sel yang begitu jorok juga membuat Nyonya Maria sering mengalami demam. “Ada yang ingin bertemu denganmu, keluarlah,” pinta Petugas Polisi meminta Nyonya Maria keluar dari dalam sel. “Bertemu denganku? Siapa?” tanya Nyonya Maria heran. “Nanti kamu juga tahu.” Begitu sampai di ruang temu. Nyonya Maria ingin kembali ke dalam sel. Namun petugas polisi malah menyuruhnya untuk duduk di kursi. “Tatap aku, Madam,” kata Mark tidak senang melihat Nyonya Maria menundukkan wajah. “Kamu mau mengejekku? Aku gak ada waktu buat dengerin ocehanmu,” cetus Nyonya Maria memberanikan diri menatap mata tajam Mark. “Aku tidak suka mengejek orang yang tidak berdaya,” balas Mark menyeringai. “Aku hanya ingin menanyakan perihal keadaanmu saja. Apakah kamu baik-baik saja? Sepertinya
“Dengan kamu yang mengatakan terima kasih, apakah tugasku sudah selesai?” canda Miky.“Sayang sekali, tugasmu belum selesai. Aku masih membutuhkan bantuanmu,” jawab Mark.“Aku senang mendengarnya,” balas Miky.Mark tersenyum tipis kemudian melihat jam berwarna perak di tangan sebelah kanan. Rupanya jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah terlalu larut untuk Mark yang biasanya tidur di jam delapan atau sembilan malam.“Miky, pergilah tidur. Jangan terlalu sering bergadang. Sayangi juga tubuh mudamu, sebelum kamu menyesal sepertiku.” Mark memberi sedikit wejangan kepada Miky.“Apa yang kamu sesali di waktu muda? Boleh aku mengetahuinya?” Karena kalimat Mark, Miky jadi penasaran.“Aku menyesal karena terlalu sering bekerja, tanpa memedulikan kesehatanku. Sekarang aku sudah tua, jadi sedikit merasakan akibat dari kurangnya aku mengatur pola tidur,” jelas Mark menepuk pelan pundak Miky. “Aku pergi tidur dulu. Besok akan ada pertunjukkan yang menakjubkan. Memikirkannya saja, membuat
Mark tidak mungkin membiarkan Aldo hidup tenang di dalam penjara. Mark sengaja menyewa seseorang untuk mengerjai Aldo selama berada di dalam penjara. Keputusan Mark terbukti ampuh, Aldo tak berhenti berbuat kericuhan di dalam sel. Hal tersebut akan membuat Aldo kesulitan untuk mendapat keringanan hukuman. “Dia duluan yang menyenggolku! Dia menghinaku!” teriak Aldo keras. Kalimatnya ditujukan kepada seorang pria suruhan Mark. Para petugas sudah tidak memercayai Aldo lagi, karena Aldo telah terbukti mengalami depresi. Mereka menganggap jika sikap tidak menentu Aldo akibat dari penyakit Aldo. “Lepaskan aku! Kalian harusnya menangkap pria jelek itu!” Aldo berusa melepaskan diri dari genggaman para polisi. Polisi menyeret Aldo menuju sel tunggal. Mereka benar-benar memperlakukan Aldo dengan tidak baik. Sedangkan Aldo hanya bisa mencerocos tidak jelas ketika pintu sel tertutup rapat. *** “Aldo, pasti sangat menderita sekarang,” kata Mark berjalan mendekati Nyonya Maria. Melihat kehad
“Lusi menyewa tim audit untuk memeriksa keuangan perusahaan Asia Victory Grup? Yang benar saja, memangnya siapa Lusi?” tanya Nyonya Maria seperti tidak percaya dengan ucapan Bobi. “Apakah anda tidak tahu? Nona Lusi adalah pemegang sembilan puluh persen saham Liba Company,” kata Bobi. Nyonya Maria dan Aldo sangat terkejut mendengar pernyataan Bobi. “Bukankah, pemilik saham dari Liba Company adalah Mark Junior George?” tanya Aldo nyalang. “Tuan Mark tidak memiliki sepersen pun saham Liba Company. Tuan Smith, selaku pemilik Liba Company, telah menyerahkan seluruh hak perusahaan Liba kepada Nona Lusi. Tuan Mark adalah orang yang menjalankan Liba Company. Astaga, ternyata kalian baru mengetahui fakta ini. Aku pikir, kalian sudah mengetahuinya sebelum aku tahu.” Bobi sedikit meledek Nyonya Maria dan Aldo. Mengetahui kenyataan itu, Nyonya Maria terlihat memendam rasa kesal. Bagaimana bisa dia selama ini begitu santai. Nyonya Maria merasa sangat bodoh. Mark pasti memanfaatkan kewarganegar
Aldo merasakan sakit luar biasa atas sikap Madona yang merendahkannya. Aldo pikir, selama ini Madona tulus berkencan dengan dirinya. Namun, ternyata Madona sama saja seperti kebanyakan wanita.“Kamu wanita murahan yang hanya mengincar harta seorang pria,” desis Aldo menatap Madona penuh kebencian.Bukannya marah telah mendapat hinaan dari Aldo, Madona malah tertawa cukup keras hingga membuat matanya sedikit berair.“Aku bukan wanita murahan. Kamu harus mengeluarkan setidaknya sepuluh juta dolar untuk meniduriku. Bagaimana bisa kamu menyebutku sebagai wanita murahan? Soal mengincar harta dari pria yang kukencani, Kamu pikir aku tipe orang seperti itu? Sedangkan dari kecil aku sudah diperlakukan layaknya seorang putri raja oleh ayahku. Ketika aku lahir, hal pertama yang aku lihat adalah berlian. Tidak sepertimu, aku tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan uang. Bahkan aku tidak pernah mencari uang. Uanglah yang datang kepadaku.”Telinga
Pernyataan Madona terbukti ampuh membuat Mark ketar-ketir. Mark pun meninggalkan ruang rawat Madona, hanya untuk menjemput Lusi. Melihat Mark tergesa-gesa pergi, Madona tersenyum tipis. Mark pasti telah termakan oleh ocehan tidak mendasar dari Madona.“Takut banget kalau Lusi diambil orang,” gumam Madona menggelengkan kepala. Sementara itu, Mark berjalan cepat menuju lift. Saat lift terbuka, Lusi dan Alex muncul.“Sayang? Kamu mau ke mana?” tanya Lusi terkejut melihat Mark.Bukannya menjawab, Mark malah menarik Lusi ke dalam dekapannya, seolah menjauhkan Lusi dari sisi Alex. Tanpa berbicara lebih, Mark menuntun Lusi menuju ke ruangan di mana Madona dirawat.Alex sempat merasa aneh dengan tatapan menusuk Mark yang tertuju padanya. Namun, Alex tak mau ambil pusing. Dia tetap berjalan di belakang sepasang kekasih itu.Begitu sampai di dalam ruang rawat Madona, Lusi berteriak histeris melihat Madona dalam kea
Mina menghembuskan napas lelah, mengetahui fakta bahwa Nanda tak kunjung memperbaiki diri. Bahkan tingkah Nanda makin menjadi-jadi, sangat pemalas, dan tidak mau bangkit.Sudah hampir satu bulan Mina keluar dari apartemen mereka. Nanda masih sama saja. Hal tersebut membuat Mina merasa jengah dan ingin mengakhiri pernikahan mereka.Entah mengapa, rasa cinta Mina pada Nanda seolah memudar seiring berjalannya waktu. Mina seakan tidak mengingat betapa dulu dia sangat memuja Nanda.Sikap dan tingkah Nanda mampu melunturkan segalanya. Terlebih, Nanda selalu melakukan tindak kekerasan terhadap Mina. Makin membuat Mina merasa bila di pernikahan mereka berdua tidak ada masa depan.Kini, yang menjadi tujuan utama Mina bukan lagi soal memperbaiki pernikahan, melainkan mencari cara agar bisa bercerai.Mina bisa saja melaporkan Nanda ke pihak berwajib atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Namun, Mina tidak ingin Nanda di penjara. Jadi,