Tubuh mereka seketika menegang saat melihat kehadiran Mark. Tanpa basa-basi Mark menawari mereka untuk hengkang dari perusahaan. “Coba kalian pikir dengan otak jernih. Sebuah apel memiliki bagian yang membusuk, apakah kalian akan tetap membiarkan bagian yang membusuk itu? Atau kalian buang untuk mencegah pembusukan di bagian apel yang lain?” Semua orang di dalam ruang kerja itu hanya diam menundukkan kepala. Mereka takut salah bicara, dan mengakibatkan mereka dipecat. Mark menghembuskan napas kecil melihat para CEO tak berkutik. Bahkan Mina yang dari tadi ngomel sambil berteriak kencang, kini hanya diam seribu bahasa. “Baiklah, berhubung ini pertama kalinya kalian membuat kesalahan selama aku memimpin. Aku memberi kalian keringanan dengan memaafkan kesalahan kalian. Tapi, di lain kesempatan, jangan harap belas kasih dariku. Aku tidak akan membuang energiku untuk menegur kalian. Kalian bisa bertanya kepadaku jika ada sesuatu yang membuat kalian kesulitan. Pasti, aku akan dengan sena
Menurut hasil pemeriksaan, Lusi mengalami keguguran. Kondisi kandungan Lusi terlalu lemah, sehingga tak mampu untuk bertahan. Ditambah tidak ada yang mengetahui kehamilan Lusi. Termasuk Lusi sendiri. Kejadian tersebut sempat membuat Mark down dan menyalahkan dirinya sendiri. Untungnya Lusi sudah menerima dengan iklas. Bahkan Lusi lah yang terus menyemangati Mark. Alex tak luput dari rasa bersalah. Pasalnya, dia lah orang yang mengawasi Lusi selama Mark tidak berada di samping Lusi. Bisa-bisanya dirinya tak menyadari jika Lusi tengah hamil. “Mister Alex juga gak perlu minta maaf terus. Ini bukan salahmu, Mas. Semua ini sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Belum rezeki kami memiliki seorang anak,” tutur Lusi menenangkan Alex. Suaranya terdengar sangat lirih. *** Pasca keguguran, kondisi fisik Lusi menjadi sangat lemah. Untuk berjalan saja dia tidak mampu. Mark tak tinggal diam, dia berusaha melakukan yang terbaik agar Lusi bisa kembali sembuh. Mulai dari memulihkan kondisi fisik Lusi, hi
Begitu melihat keadaan Lusi, Pak Ustaz langsung tahu jika Lusi sedang terkena santet. Pak Ustaz menyarankan untuk melakukan ruqyah. Mark yang tidak mengerti maksud Pak Ustaz, hanya bisa mengikuti seperti air mengalir. Mark mengelus kening Lusi dengan sapuan lembut. Hati Mark sangat sakit melihat Lusi tidak bisa melakukan apa pun. Hanya berbaring lemas di atas ranjang, seperti orang lumpuh. “Aku nyusahin kamu ‘kan? Maafkan aku,” kata Lusi bersuara serak. Mark menggelengkan kepala lalu menjawab, “Kata siapa kamu nyusahin aku? Aku sama sekali tidak keberatan dengan keadaanmu. Aku sangat mencintaimu.” Lusi merasa lega setelah mendengar penuturan Mark. Sebelah tangannya terulur untuk mengelus rahang tegas sang suami. Senyuman merekah dari wajah Lusi yang pucat pasi. “Lusi, kamu yang sabar. Kita akan melakukan ruqyah kepadamu. Kamu sedang dikerjai oleh orang jahat,” tutur Bu Ustaz mengelus perut Lusi yang membesar seperti orang hamil. Lusi mengangguk. “Aku merasa aneh. Hampir setiap s
“Aku tidak tahu kalau Lusi memiliki seorang bibi,” sahut Nyonya Maria menatap remeh Bu Ustaz.Bu Ustaz hanya tersenyum menanggapi sikap Nyonya Maria.Mark masih terbengong sembari terus menatap Adelia yang menurutnya sangat cantik malam ini. “Aduh, aku gak tahan berada di tempat ini terlalu lama. Nyonya Maria ayo kita pulang,” ajak Adelia.“Baiklah, aku juga tidak kuat menahan bau busuk yang keluar dari badan Lusi,” ledek Nyonya Maria menatap jijik ke arah Lusi. “Menantuku yang paling manis, aku pergi dlu ya. Lekas sembuh,” pamit Nyonya Maria enggan menyentuh Lusi.Lusi tak menghiraukan komentar buruk dari ibu metuanya. Yang dia ingat hanya perkataan baik Nyonya Maria. Lusi pun tersenyum lalu menjawab, “Terima kasih, Nyonya Maria sudah menjengukku.”“Dasar wanita gila,” batin Nyonya Maria berlalu keluar kamar bersama Adelia.Bu Ustaz segera mencegah Mark yang berjalan mengikuti Adelia. Bu Ustaz juga menari
Awalnya Pak Ustaz melarang Gus Nam yang akan mengirim balasan untuk Mbah Dukun. Akan tetapi, Gus Nam kekeh melakukannya, sehingga Pak Ustaz membiarkan. Sekarang, Pak Ustaz fokus kepada Lusi dan Mark yang masih pingsan. Gus Nam tengah melakukan ritual pengembalian santet kepada Mbah Dukun. Sekarang giliran Mbah Dukun yang harus membayar semua perbuatannya. Sebenarnya Gus Nam tidak perlu melakukan hal tersebut. Tetapi, dia sama sekali tidak menyukai pekerjaan dukun yang suka mengirim santet. Setelah berhasil mengirim balasan. Tubuh Gus Nam ambruk di rerumputan. Mulutnya mengeluarkan darah segar. Penjaga yang sedari tadi mengawasi Gus Nam, langsung membopong tubuh Gus Nam ke halaman belakang rumah. “Sangat keras kepala,” kata Pak Ustaz melihat kondisi Gus Nam. Tak lama kemudian Lusi terbangun dari pingsannya. Bu Ustaz segera memberi Lusi segelas air putih. Kondisi Lusi yang masih lemas itu tak mampu berkata-kata. Lusi merasa pusing mencium bau anyir dari sisa muntahan yang menodai m
“Aku akan menemuinya lalu mencekik lehernya,” tukas Lusi yakin. Alex sedikit tersentak mendengar pernyataan Lusi. Pasalnya, selama ini Lusi tidak pernah mengatakan hal sekejam itu. “Kamu bisa mencekik leher orang lain?” tanya Alex bermaksud bercanda. “Mungkin saja aku bisa melakukannya. Sekarang, aku sudah tidak takut pada apa pun. Aku akan menjadi wanita pintar dan kuat,” jawab Lusi. “Wow, aku tersentuh.” Lusi tertawa kecil. *** Mina tak pernah melunturkan senyuman manis di wajahnya. Sampai membuat Mark bergidik ngeri. Dia pikir Mina sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Mark juga sempat menawarkan diri untuk mengantar Mina ke rumah sakit. “Aku lega bisa melihatmu lagi. Aku juga merasa sangat bersyukur mengetahui jika kondisi Lusi sudah membaik,” tutur Mina. “Jadi itu yang membuatmu tersenyum dari tadi?” tanya Mark. “Emangnya aku senyum?” balas Mina. “Oh ya! Kamu tidak ingin membalas perbuatan Adelia?” tanya Mina. “Tentu, aku akan membalas perbuatannya. Tapi, aku tidak
Sudah jam lima sore, Alex heran melihat Lusi yang masih asyik membaca buku. Biasanya jam segini Lusi akan disibukkan dengan kegiatan memasak untuk makan malam. “Gak masak makan malam?” tanya Alex. “Ada banyak pelayan di rumah ini. Tuan Mark juga punya koki. Kenapa aku harus mengotori tanganku? Lagi pula, Tuan Mark bakal makan malam di luar. Jadi, aku gak mau masak.” Jawaban Lusi di luar perkiraan Alex. Semenjak di ruqyah, sikap Lusi menjadi jauh lebih tegas. Bahkan Lusi sudah tidak pernah menangis karena melihat hal-hal kecil yang mengharukan. Berbeda sekali dengan Lusi dulu. “Tapi aku sudah kelaparan. Dan aku hanya ingin makan masakanmu,” rengek Alex bertingkah seperti anak kecil. “Gimana kalau kita pesan pizza! Aku pengin makan pizza!” cetus Lusi. Alex menghembuskan napas lalu menjawab, “Baiklah, aku akan memesan pizza.” Alex membuka ponselnya dan mulai memesan pizza kesukannya. Tak lupa, dia juga memesan pizza sesuai dengan yang diinginkan Lusi. Alex menatap Lusi yang meleta
Mark benar-benar menyuruh anak buah Alex untuk mengawasi Adelia dua puluh empat jam. Hal tersebut Mark lakukan bukan tanpa alasan. Dia ingin memastikan jika Adelia tidak menemui dukun lagi. Mark juga sengaja memperpadat jadwal syuting Adelia agar wanita yang doyan bersekutu dengan setan itu, tidak bisa melakukan kegiatan lain, selain pergi syuting film.Hari ini adalah hari terakhir Adelia menjalankan proses syuting. Itu artinya, sudah enam bula berlalu. Sebagai hadiah untuk Adelia, Mark mengirim tiket liburan kepada Adelia. Namun, karena Mark tidak ikut, Adelia tidak ingin pergi berlibur. Mark pun tidak bisa memaksa.“Satu minggu lagi Adelia akan melakukan promosi film,” tutur Mark menatap sang istri yang sedang memakai skincare di depan kaca rias.“Benaran? Wah, bisa gak? Aku bertemu sama Mbak Adelia? Dia pasti kaget banget waktu lihat aku,” pungkas Lusi tersenyum senang.Lusi berdiri dari tempat duduknya lalu duduk di pangkuan sang suami. Mark sangat menyukai tingkah Lusi yang beran
Mark berjalan memasuki ruang keluarga. Dia membawa beberapa berkas di tangannya. Kedatangan Mark membuat Ibu Tutik dan Dini sedikit tegang. “Maaf menunggu,” ucap Mark duduk di sofa tunggal. “Aku tidak suka basa-basi, jadi langsung saja. Maksudku mengundang kalian berdua adalah, aku ingin memberi tahu kalian bahwa, semua aset tidak bergerak milik Lusi, telah berganti nama menjadi milik kalian berdua. Aku membaginya seadil mungkin.” “Maksudnya? Aset apa?” tanya Dini tidak mengerti. “Aku membeli banyak tanah, dan bangunan atas nama Lusi. Sekarang, seluruh tanah dan bangunan tersebut telah berganti nama menjadi milik kalian berdua,” jelas Mark. Dini dan Ibu Tutik sangat terkejut. Mereka berdua sampai tidak bisa berkata-kata lagi. “Kenapa? Itu ‘kan milik Lusi, Kenapa diberikan kepada kami?” tanya Ibu Tutik menundukkan kepala. “Anda berhak memilikinya, Ibu. Berkat kebaikan hati, Ibu yang mengizinkan Lusi ikut bersamaku di Inggris,” jawab Mark bersuara lembut. “Maksudku, kami tidak per
Mark tersenyum puas karena telah berhasil membalas perbuatan Nyonya Maria dan Aldo terhadapnya. Sebenarnya, hal seperti ini tidak disenangi oleh Mark. Apalagi sampai harus mengorbankan banyak waktu dan uang. Benar-benar bukan tipe Mark. “Kasihan Nyonya Maria dan Tuan Aldo, mereka harus tidur di penjara. Tetapi, aku gak menyangka, Nyonya Maria yang menghilangkan nyawa Ningsih. Mengapa harus begitu sih jadi orang?” Lusi menggelengkan kepala mengingat perbuatan Nyonya Maria. “Pada akhirnya, semua akan mendapatkan balasan, sesuai dengan yang mereka perbuat,” balas Alex. “Tumben, Mister Alex pintar?” kata Lusi polos. “Aku memang pintar, hanya berpura-pura bodoh saja,” sahut Alex tidak mau ambil pusing. “Sayangku, kamu sudah siap tinggal di Inggris?” tanya Mark menarik perhatian Lusi. “Kita bakal pergi ke Inggris?” Bukannya menjawab, Lusi malah balik bertanya. “Aku ‘kan lagi hamil, emangnya boleh naik pesawat?” tanya Lusi. Lusi menyentuh perutnya yang telah membuncit. Sudah sembilan b
Nyonya Maria menjalani kehidupannya di dalam penjara dengan penuh kehampaan. Dia sangat sedih melihat tangannya tidak dihiasi perhiasan. Nyonya Maria juga mengeluh dengan kondisi kulitnya yang kusam, dan tidak bersih. Keadaan sel yang begitu jorok juga membuat Nyonya Maria sering mengalami demam. “Ada yang ingin bertemu denganmu, keluarlah,” pinta Petugas Polisi meminta Nyonya Maria keluar dari dalam sel. “Bertemu denganku? Siapa?” tanya Nyonya Maria heran. “Nanti kamu juga tahu.” Begitu sampai di ruang temu. Nyonya Maria ingin kembali ke dalam sel. Namun petugas polisi malah menyuruhnya untuk duduk di kursi. “Tatap aku, Madam,” kata Mark tidak senang melihat Nyonya Maria menundukkan wajah. “Kamu mau mengejekku? Aku gak ada waktu buat dengerin ocehanmu,” cetus Nyonya Maria memberanikan diri menatap mata tajam Mark. “Aku tidak suka mengejek orang yang tidak berdaya,” balas Mark menyeringai. “Aku hanya ingin menanyakan perihal keadaanmu saja. Apakah kamu baik-baik saja? Sepertinya
“Dengan kamu yang mengatakan terima kasih, apakah tugasku sudah selesai?” canda Miky.“Sayang sekali, tugasmu belum selesai. Aku masih membutuhkan bantuanmu,” jawab Mark.“Aku senang mendengarnya,” balas Miky.Mark tersenyum tipis kemudian melihat jam berwarna perak di tangan sebelah kanan. Rupanya jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah terlalu larut untuk Mark yang biasanya tidur di jam delapan atau sembilan malam.“Miky, pergilah tidur. Jangan terlalu sering bergadang. Sayangi juga tubuh mudamu, sebelum kamu menyesal sepertiku.” Mark memberi sedikit wejangan kepada Miky.“Apa yang kamu sesali di waktu muda? Boleh aku mengetahuinya?” Karena kalimat Mark, Miky jadi penasaran.“Aku menyesal karena terlalu sering bekerja, tanpa memedulikan kesehatanku. Sekarang aku sudah tua, jadi sedikit merasakan akibat dari kurangnya aku mengatur pola tidur,” jelas Mark menepuk pelan pundak Miky. “Aku pergi tidur dulu. Besok akan ada pertunjukkan yang menakjubkan. Memikirkannya saja, membuat
Mark tidak mungkin membiarkan Aldo hidup tenang di dalam penjara. Mark sengaja menyewa seseorang untuk mengerjai Aldo selama berada di dalam penjara. Keputusan Mark terbukti ampuh, Aldo tak berhenti berbuat kericuhan di dalam sel. Hal tersebut akan membuat Aldo kesulitan untuk mendapat keringanan hukuman. “Dia duluan yang menyenggolku! Dia menghinaku!” teriak Aldo keras. Kalimatnya ditujukan kepada seorang pria suruhan Mark. Para petugas sudah tidak memercayai Aldo lagi, karena Aldo telah terbukti mengalami depresi. Mereka menganggap jika sikap tidak menentu Aldo akibat dari penyakit Aldo. “Lepaskan aku! Kalian harusnya menangkap pria jelek itu!” Aldo berusa melepaskan diri dari genggaman para polisi. Polisi menyeret Aldo menuju sel tunggal. Mereka benar-benar memperlakukan Aldo dengan tidak baik. Sedangkan Aldo hanya bisa mencerocos tidak jelas ketika pintu sel tertutup rapat. *** “Aldo, pasti sangat menderita sekarang,” kata Mark berjalan mendekati Nyonya Maria. Melihat kehad
“Lusi menyewa tim audit untuk memeriksa keuangan perusahaan Asia Victory Grup? Yang benar saja, memangnya siapa Lusi?” tanya Nyonya Maria seperti tidak percaya dengan ucapan Bobi. “Apakah anda tidak tahu? Nona Lusi adalah pemegang sembilan puluh persen saham Liba Company,” kata Bobi. Nyonya Maria dan Aldo sangat terkejut mendengar pernyataan Bobi. “Bukankah, pemilik saham dari Liba Company adalah Mark Junior George?” tanya Aldo nyalang. “Tuan Mark tidak memiliki sepersen pun saham Liba Company. Tuan Smith, selaku pemilik Liba Company, telah menyerahkan seluruh hak perusahaan Liba kepada Nona Lusi. Tuan Mark adalah orang yang menjalankan Liba Company. Astaga, ternyata kalian baru mengetahui fakta ini. Aku pikir, kalian sudah mengetahuinya sebelum aku tahu.” Bobi sedikit meledek Nyonya Maria dan Aldo. Mengetahui kenyataan itu, Nyonya Maria terlihat memendam rasa kesal. Bagaimana bisa dia selama ini begitu santai. Nyonya Maria merasa sangat bodoh. Mark pasti memanfaatkan kewarganegar
Aldo merasakan sakit luar biasa atas sikap Madona yang merendahkannya. Aldo pikir, selama ini Madona tulus berkencan dengan dirinya. Namun, ternyata Madona sama saja seperti kebanyakan wanita.“Kamu wanita murahan yang hanya mengincar harta seorang pria,” desis Aldo menatap Madona penuh kebencian.Bukannya marah telah mendapat hinaan dari Aldo, Madona malah tertawa cukup keras hingga membuat matanya sedikit berair.“Aku bukan wanita murahan. Kamu harus mengeluarkan setidaknya sepuluh juta dolar untuk meniduriku. Bagaimana bisa kamu menyebutku sebagai wanita murahan? Soal mengincar harta dari pria yang kukencani, Kamu pikir aku tipe orang seperti itu? Sedangkan dari kecil aku sudah diperlakukan layaknya seorang putri raja oleh ayahku. Ketika aku lahir, hal pertama yang aku lihat adalah berlian. Tidak sepertimu, aku tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan uang. Bahkan aku tidak pernah mencari uang. Uanglah yang datang kepadaku.”Telinga
Pernyataan Madona terbukti ampuh membuat Mark ketar-ketir. Mark pun meninggalkan ruang rawat Madona, hanya untuk menjemput Lusi. Melihat Mark tergesa-gesa pergi, Madona tersenyum tipis. Mark pasti telah termakan oleh ocehan tidak mendasar dari Madona.“Takut banget kalau Lusi diambil orang,” gumam Madona menggelengkan kepala. Sementara itu, Mark berjalan cepat menuju lift. Saat lift terbuka, Lusi dan Alex muncul.“Sayang? Kamu mau ke mana?” tanya Lusi terkejut melihat Mark.Bukannya menjawab, Mark malah menarik Lusi ke dalam dekapannya, seolah menjauhkan Lusi dari sisi Alex. Tanpa berbicara lebih, Mark menuntun Lusi menuju ke ruangan di mana Madona dirawat.Alex sempat merasa aneh dengan tatapan menusuk Mark yang tertuju padanya. Namun, Alex tak mau ambil pusing. Dia tetap berjalan di belakang sepasang kekasih itu.Begitu sampai di dalam ruang rawat Madona, Lusi berteriak histeris melihat Madona dalam kea
Mina menghembuskan napas lelah, mengetahui fakta bahwa Nanda tak kunjung memperbaiki diri. Bahkan tingkah Nanda makin menjadi-jadi, sangat pemalas, dan tidak mau bangkit.Sudah hampir satu bulan Mina keluar dari apartemen mereka. Nanda masih sama saja. Hal tersebut membuat Mina merasa jengah dan ingin mengakhiri pernikahan mereka.Entah mengapa, rasa cinta Mina pada Nanda seolah memudar seiring berjalannya waktu. Mina seakan tidak mengingat betapa dulu dia sangat memuja Nanda.Sikap dan tingkah Nanda mampu melunturkan segalanya. Terlebih, Nanda selalu melakukan tindak kekerasan terhadap Mina. Makin membuat Mina merasa bila di pernikahan mereka berdua tidak ada masa depan.Kini, yang menjadi tujuan utama Mina bukan lagi soal memperbaiki pernikahan, melainkan mencari cara agar bisa bercerai.Mina bisa saja melaporkan Nanda ke pihak berwajib atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Namun, Mina tidak ingin Nanda di penjara. Jadi,