Sudah jam lima sore, Alex heran melihat Lusi yang masih asyik membaca buku. Biasanya jam segini Lusi akan disibukkan dengan kegiatan memasak untuk makan malam. “Gak masak makan malam?” tanya Alex. “Ada banyak pelayan di rumah ini. Tuan Mark juga punya koki. Kenapa aku harus mengotori tanganku? Lagi pula, Tuan Mark bakal makan malam di luar. Jadi, aku gak mau masak.” Jawaban Lusi di luar perkiraan Alex. Semenjak di ruqyah, sikap Lusi menjadi jauh lebih tegas. Bahkan Lusi sudah tidak pernah menangis karena melihat hal-hal kecil yang mengharukan. Berbeda sekali dengan Lusi dulu. “Tapi aku sudah kelaparan. Dan aku hanya ingin makan masakanmu,” rengek Alex bertingkah seperti anak kecil. “Gimana kalau kita pesan pizza! Aku pengin makan pizza!” cetus Lusi. Alex menghembuskan napas lalu menjawab, “Baiklah, aku akan memesan pizza.” Alex membuka ponselnya dan mulai memesan pizza kesukannya. Tak lupa, dia juga memesan pizza sesuai dengan yang diinginkan Lusi. Alex menatap Lusi yang meleta
Mark benar-benar menyuruh anak buah Alex untuk mengawasi Adelia dua puluh empat jam. Hal tersebut Mark lakukan bukan tanpa alasan. Dia ingin memastikan jika Adelia tidak menemui dukun lagi. Mark juga sengaja memperpadat jadwal syuting Adelia agar wanita yang doyan bersekutu dengan setan itu, tidak bisa melakukan kegiatan lain, selain pergi syuting film.Hari ini adalah hari terakhir Adelia menjalankan proses syuting. Itu artinya, sudah enam bula berlalu. Sebagai hadiah untuk Adelia, Mark mengirim tiket liburan kepada Adelia. Namun, karena Mark tidak ikut, Adelia tidak ingin pergi berlibur. Mark pun tidak bisa memaksa.“Satu minggu lagi Adelia akan melakukan promosi film,” tutur Mark menatap sang istri yang sedang memakai skincare di depan kaca rias.“Benaran? Wah, bisa gak? Aku bertemu sama Mbak Adelia? Dia pasti kaget banget waktu lihat aku,” pungkas Lusi tersenyum senang.Lusi berdiri dari tempat duduknya lalu duduk di pangkuan sang suami. Mark sangat menyukai tingkah Lusi yang beran
Film The Blue menjadi film terlaris dengan satu juta penonton di hari pertama liris di seluruh bioskop Indonesia. Kesuksesan film The Blue menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Mereka menyoroti siapa saja pihak yang terlibat dalam pembuatan film. Mulai dari para pemain, hingga perusahaan yang berada dibalik layar. Nama Adelia menjadi makin melejit berkat perannya di film The blue. Para penggemar pun menjuluki Adelia sebagai aktris paling sadis dalam sekali comeback. Setelah nonton bersama di dalam bioskop. Para pemain inti film The Blue menghadiri even promosi sekaligus jumpa fans di Mall yang telah ditetapkan. Semua penonton menyambut dengan riang gembira mereka yang naik di atas panggung. Adelia adalah orang pertama yang menyapa penggemar, diikuti pemain lainnya. Mereka diminta untuk duduk di kursi yang telah disiapkan. “Film The Blue adalah film fantasi terkeren yang pernah aku lihat. Aku merasa sangat puas setelah menonton. Sungguh epic. Grafik yang luar biasa indah.” MC
Mata Adelia bergetar melihat rumah Mbah Dukun telah binasa. Adelia berjalan sempoyongan menuju ke mobilnya. Sampainya di dalam mobil, Adelia berusaha mengatur napasnya yang sesak. “Siapa yang sudah berani membunuh Mbah Dukun!” ujar Adelia pelan. Kedua tangannya terkepal menahan amarah. “Lusi? Atau Mark? Aku tidak peduli! Akan kubunuh kalian semua!” pekiknya penuh kekesalan. “Ini mungkin teguran supaya kamu tidak lagi mendatangi seorang dukun. Kamu harus berhenti percaya dengan ilmu hitam. Dosanya sangat besar, kamu harus segera bertaubat.” Manajer tak pernah berhenti memberi nasihat kepada Adelia. Meskipun ucapannya tak didengar oleh Adelia. Yang penting sang manajer sudah memperingati. “Tutup mulutmu, tugasmu hanya mencari pekerjaan untukku dan menerima gaji dariku. Jangan membuatku ingin memecatmu,” ketus Adelia. Sang manajer itu pun terdiam sembari menghembuskan napas berat. Sebenarnya dia ingin sekali meninggalkan Adelia. Namun, mendiang ibu Adelia telah berpesan padanya agar
Sesuai dengan janji, Mark mengajak Lusi berjalan-jalan sembari menikmati wisata kuliner. Sayangnya mereka tidak bisa mencoba semua jenis makanan karena kebanyakan makanan yang tersedia non halal.“Aku suka sosisnya enak,” ujar Lusi mencicipi sosis.“Coba sini, bibir kamu belepotan,” kata Mark sembari mengusap bibir Lusi yang dihiasi oleh mayones. “Maaf, Sayang. Habisnya sosisnya besar. Jadi, susah makannya.” Lusi melanjutkan menggigit sosis tersebut.“Gak masalah, Sayangku. Aku suka melihatmu menikmati makananmu,” balas Mark mengelus lembut sudut bibir Lusi.“Habis ini pulang yuk! Perutku sudah penuh,” tutur Lusi. “Katanya besok mau pindahan ke rumah Tuan Felix?” tambahnya.Mark mengangguk. Kebetulan Felix masih berada di Cina untuk mengurus pekerjaan. Dan Felix meminta Mark dan Lusi untuk tinggal di Mansion miliknya. Daripada tidur di hotel. ***Felix menyambut kedatangan Mark dan Lusi dengan
Bagaikan tersambar petir. Tubuh Mark kaku setelah mendengar ucapan Lusi. “Sayangku? Apa maksudmu?” tanya Mark gugup. Lusi tersenyum tipis lalu berlari memeluk erat tubuh suaminya. “Barusan aku niruin dialog dari drama yang tadi kulihat,” jawab Lusi menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang suami. Lusi bisa mencium aroma parfum asing di tubuh Mark. Pasti ini aroma parfum dari wanita yang tadi memeluk dan mencium suaminya. “Drama apa, Sayangku? Boleh aku tahu?” tanya Mark. “Drama Cina kok. Jadi, ceritanya itu si suami selingkuh. Mangkanya istrinya minta cerai.” Jawaban Lusi seolah menyindir kelakuan Mark yang mencium Melinda. Kini, rasa bersalah di hati Mark makin besar. Mark sangat ingin mengakui kesalahannya. Akan tetapi, dia terlalu takut jika Lusi tak memaafkannya, dan malah meminta berpisah. Mark tidak sanggup menerima kenyataan terburuk yang akan menimpanya. Jadi, lebih baik dirinya menutup mulut. Dan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. “Aku tidak suka kamu men
Sebenarnya Mark sangat muak ditatap oleh Melinda. Mark juga sudah berkali-kali mengajak Lusi untuk tidur. Akan tetapi, Lusi selalu menolak dengan alasan, filmnya masih terlalu seru untuk ditinggal. Mark tak mungkin memaksa istrinya, dia tak ingin Lusi marah atau merasa tidak nyaman. Akhirnya Mark memutuskan untuk menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Mark sengaja meletakkan kepalanya di paha Lusi. Lusi tersenyum tipis melihat tingkah manja Mark. Tapi, dirinya masih sangat kesal dengan sang suami. Bagi Lusi, kelakuan Mark sama sekali tidak bisa ditoleransi. Lusi menguap lalu berujar, “Sayang, filmnya mulai membosankan. Ayo kita tidur saja.” Mark langsung bangkit dan menggendong Lusi. Tak lupa, dia juga berpamitan pada Felix. “Tidur nyeyak,” balas Felix masih fokus menatap layar besar di depannya. Melinda menatap kepergian Mark dan Lusi dengan tatapan aneh. “Tidak perlu bertingkah begitu. Seperti bukan dirimu saja,” ujar Felix menyadari kecemburuan Melinda. “Maksudmu? Em
“Kamu harus move on dan cari wanita lain. Toh, masih banyak wanita di luar sana yang sifatnya mirip dengan Lusi. Kamu tidak perlu takut. Aku bakal bantu kamu,” tutur Felix sembari menepuk pelan pundak Mark. “Kalau begitu cari wanita yang mau menemaniku dua puluh empat jam saat aku sakit. Cari juga wanita yang sama sekali tidak jijik membasuh pantatku ketika aku buang air besar. Satu lagi, carikan aku wanita yang tidak pernah meminta apa pun kepadaku. Kalau kamu berhasil mendapatkan wanita seperti itu, aku akan meninggalkan Lusi.” Felix terdiam mendengar penuturan Mark. Dari mana dia bisa menemukan wanita seperti itu? “Besok aku akan kembali ke Indonesia. Kamu urus bekerjaanku di sini,” perintah Mark. Felix menatap jengah ke arah Mark. Bisa-bisanya Mark meninggalkan pekerjaannya demi seorang wanita. “Kamu benaran sudah berubah?” sindir Felix meneguk minumannya. “Sepertinya begitu,” balas Mark datar. Kepalanya terasa sangat pusing. “Ya sudah, pergilah tidur. Aku sudah memesan tike
Mark berjalan memasuki ruang keluarga. Dia membawa beberapa berkas di tangannya. Kedatangan Mark membuat Ibu Tutik dan Dini sedikit tegang. “Maaf menunggu,” ucap Mark duduk di sofa tunggal. “Aku tidak suka basa-basi, jadi langsung saja. Maksudku mengundang kalian berdua adalah, aku ingin memberi tahu kalian bahwa, semua aset tidak bergerak milik Lusi, telah berganti nama menjadi milik kalian berdua. Aku membaginya seadil mungkin.” “Maksudnya? Aset apa?” tanya Dini tidak mengerti. “Aku membeli banyak tanah, dan bangunan atas nama Lusi. Sekarang, seluruh tanah dan bangunan tersebut telah berganti nama menjadi milik kalian berdua,” jelas Mark. Dini dan Ibu Tutik sangat terkejut. Mereka berdua sampai tidak bisa berkata-kata lagi. “Kenapa? Itu ‘kan milik Lusi, Kenapa diberikan kepada kami?” tanya Ibu Tutik menundukkan kepala. “Anda berhak memilikinya, Ibu. Berkat kebaikan hati, Ibu yang mengizinkan Lusi ikut bersamaku di Inggris,” jawab Mark bersuara lembut. “Maksudku, kami tidak per
Mark tersenyum puas karena telah berhasil membalas perbuatan Nyonya Maria dan Aldo terhadapnya. Sebenarnya, hal seperti ini tidak disenangi oleh Mark. Apalagi sampai harus mengorbankan banyak waktu dan uang. Benar-benar bukan tipe Mark. “Kasihan Nyonya Maria dan Tuan Aldo, mereka harus tidur di penjara. Tetapi, aku gak menyangka, Nyonya Maria yang menghilangkan nyawa Ningsih. Mengapa harus begitu sih jadi orang?” Lusi menggelengkan kepala mengingat perbuatan Nyonya Maria. “Pada akhirnya, semua akan mendapatkan balasan, sesuai dengan yang mereka perbuat,” balas Alex. “Tumben, Mister Alex pintar?” kata Lusi polos. “Aku memang pintar, hanya berpura-pura bodoh saja,” sahut Alex tidak mau ambil pusing. “Sayangku, kamu sudah siap tinggal di Inggris?” tanya Mark menarik perhatian Lusi. “Kita bakal pergi ke Inggris?” Bukannya menjawab, Lusi malah balik bertanya. “Aku ‘kan lagi hamil, emangnya boleh naik pesawat?” tanya Lusi. Lusi menyentuh perutnya yang telah membuncit. Sudah sembilan b
Nyonya Maria menjalani kehidupannya di dalam penjara dengan penuh kehampaan. Dia sangat sedih melihat tangannya tidak dihiasi perhiasan. Nyonya Maria juga mengeluh dengan kondisi kulitnya yang kusam, dan tidak bersih. Keadaan sel yang begitu jorok juga membuat Nyonya Maria sering mengalami demam. “Ada yang ingin bertemu denganmu, keluarlah,” pinta Petugas Polisi meminta Nyonya Maria keluar dari dalam sel. “Bertemu denganku? Siapa?” tanya Nyonya Maria heran. “Nanti kamu juga tahu.” Begitu sampai di ruang temu. Nyonya Maria ingin kembali ke dalam sel. Namun petugas polisi malah menyuruhnya untuk duduk di kursi. “Tatap aku, Madam,” kata Mark tidak senang melihat Nyonya Maria menundukkan wajah. “Kamu mau mengejekku? Aku gak ada waktu buat dengerin ocehanmu,” cetus Nyonya Maria memberanikan diri menatap mata tajam Mark. “Aku tidak suka mengejek orang yang tidak berdaya,” balas Mark menyeringai. “Aku hanya ingin menanyakan perihal keadaanmu saja. Apakah kamu baik-baik saja? Sepertinya
“Dengan kamu yang mengatakan terima kasih, apakah tugasku sudah selesai?” canda Miky.“Sayang sekali, tugasmu belum selesai. Aku masih membutuhkan bantuanmu,” jawab Mark.“Aku senang mendengarnya,” balas Miky.Mark tersenyum tipis kemudian melihat jam berwarna perak di tangan sebelah kanan. Rupanya jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah terlalu larut untuk Mark yang biasanya tidur di jam delapan atau sembilan malam.“Miky, pergilah tidur. Jangan terlalu sering bergadang. Sayangi juga tubuh mudamu, sebelum kamu menyesal sepertiku.” Mark memberi sedikit wejangan kepada Miky.“Apa yang kamu sesali di waktu muda? Boleh aku mengetahuinya?” Karena kalimat Mark, Miky jadi penasaran.“Aku menyesal karena terlalu sering bekerja, tanpa memedulikan kesehatanku. Sekarang aku sudah tua, jadi sedikit merasakan akibat dari kurangnya aku mengatur pola tidur,” jelas Mark menepuk pelan pundak Miky. “Aku pergi tidur dulu. Besok akan ada pertunjukkan yang menakjubkan. Memikirkannya saja, membuat
Mark tidak mungkin membiarkan Aldo hidup tenang di dalam penjara. Mark sengaja menyewa seseorang untuk mengerjai Aldo selama berada di dalam penjara. Keputusan Mark terbukti ampuh, Aldo tak berhenti berbuat kericuhan di dalam sel. Hal tersebut akan membuat Aldo kesulitan untuk mendapat keringanan hukuman. “Dia duluan yang menyenggolku! Dia menghinaku!” teriak Aldo keras. Kalimatnya ditujukan kepada seorang pria suruhan Mark. Para petugas sudah tidak memercayai Aldo lagi, karena Aldo telah terbukti mengalami depresi. Mereka menganggap jika sikap tidak menentu Aldo akibat dari penyakit Aldo. “Lepaskan aku! Kalian harusnya menangkap pria jelek itu!” Aldo berusa melepaskan diri dari genggaman para polisi. Polisi menyeret Aldo menuju sel tunggal. Mereka benar-benar memperlakukan Aldo dengan tidak baik. Sedangkan Aldo hanya bisa mencerocos tidak jelas ketika pintu sel tertutup rapat. *** “Aldo, pasti sangat menderita sekarang,” kata Mark berjalan mendekati Nyonya Maria. Melihat kehad
“Lusi menyewa tim audit untuk memeriksa keuangan perusahaan Asia Victory Grup? Yang benar saja, memangnya siapa Lusi?” tanya Nyonya Maria seperti tidak percaya dengan ucapan Bobi. “Apakah anda tidak tahu? Nona Lusi adalah pemegang sembilan puluh persen saham Liba Company,” kata Bobi. Nyonya Maria dan Aldo sangat terkejut mendengar pernyataan Bobi. “Bukankah, pemilik saham dari Liba Company adalah Mark Junior George?” tanya Aldo nyalang. “Tuan Mark tidak memiliki sepersen pun saham Liba Company. Tuan Smith, selaku pemilik Liba Company, telah menyerahkan seluruh hak perusahaan Liba kepada Nona Lusi. Tuan Mark adalah orang yang menjalankan Liba Company. Astaga, ternyata kalian baru mengetahui fakta ini. Aku pikir, kalian sudah mengetahuinya sebelum aku tahu.” Bobi sedikit meledek Nyonya Maria dan Aldo. Mengetahui kenyataan itu, Nyonya Maria terlihat memendam rasa kesal. Bagaimana bisa dia selama ini begitu santai. Nyonya Maria merasa sangat bodoh. Mark pasti memanfaatkan kewarganegar
Aldo merasakan sakit luar biasa atas sikap Madona yang merendahkannya. Aldo pikir, selama ini Madona tulus berkencan dengan dirinya. Namun, ternyata Madona sama saja seperti kebanyakan wanita.“Kamu wanita murahan yang hanya mengincar harta seorang pria,” desis Aldo menatap Madona penuh kebencian.Bukannya marah telah mendapat hinaan dari Aldo, Madona malah tertawa cukup keras hingga membuat matanya sedikit berair.“Aku bukan wanita murahan. Kamu harus mengeluarkan setidaknya sepuluh juta dolar untuk meniduriku. Bagaimana bisa kamu menyebutku sebagai wanita murahan? Soal mengincar harta dari pria yang kukencani, Kamu pikir aku tipe orang seperti itu? Sedangkan dari kecil aku sudah diperlakukan layaknya seorang putri raja oleh ayahku. Ketika aku lahir, hal pertama yang aku lihat adalah berlian. Tidak sepertimu, aku tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan uang. Bahkan aku tidak pernah mencari uang. Uanglah yang datang kepadaku.”Telinga
Pernyataan Madona terbukti ampuh membuat Mark ketar-ketir. Mark pun meninggalkan ruang rawat Madona, hanya untuk menjemput Lusi. Melihat Mark tergesa-gesa pergi, Madona tersenyum tipis. Mark pasti telah termakan oleh ocehan tidak mendasar dari Madona.“Takut banget kalau Lusi diambil orang,” gumam Madona menggelengkan kepala. Sementara itu, Mark berjalan cepat menuju lift. Saat lift terbuka, Lusi dan Alex muncul.“Sayang? Kamu mau ke mana?” tanya Lusi terkejut melihat Mark.Bukannya menjawab, Mark malah menarik Lusi ke dalam dekapannya, seolah menjauhkan Lusi dari sisi Alex. Tanpa berbicara lebih, Mark menuntun Lusi menuju ke ruangan di mana Madona dirawat.Alex sempat merasa aneh dengan tatapan menusuk Mark yang tertuju padanya. Namun, Alex tak mau ambil pusing. Dia tetap berjalan di belakang sepasang kekasih itu.Begitu sampai di dalam ruang rawat Madona, Lusi berteriak histeris melihat Madona dalam kea
Mina menghembuskan napas lelah, mengetahui fakta bahwa Nanda tak kunjung memperbaiki diri. Bahkan tingkah Nanda makin menjadi-jadi, sangat pemalas, dan tidak mau bangkit.Sudah hampir satu bulan Mina keluar dari apartemen mereka. Nanda masih sama saja. Hal tersebut membuat Mina merasa jengah dan ingin mengakhiri pernikahan mereka.Entah mengapa, rasa cinta Mina pada Nanda seolah memudar seiring berjalannya waktu. Mina seakan tidak mengingat betapa dulu dia sangat memuja Nanda.Sikap dan tingkah Nanda mampu melunturkan segalanya. Terlebih, Nanda selalu melakukan tindak kekerasan terhadap Mina. Makin membuat Mina merasa bila di pernikahan mereka berdua tidak ada masa depan.Kini, yang menjadi tujuan utama Mina bukan lagi soal memperbaiki pernikahan, melainkan mencari cara agar bisa bercerai.Mina bisa saja melaporkan Nanda ke pihak berwajib atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Namun, Mina tidak ingin Nanda di penjara. Jadi,