“Sayangku, katakan sesuatu. Aku akan mengabulkan semua yang keluar dari bibirmu,” kata Mark memandang Lusi penuh harap. “Sebentar, aku lagi mikir kok,” jawab Lusi mengerucutkan bibir lucu. Mark setia duduk di atas karpet sembari memeluk kaki Lusi. Dia sangat penasaran dengan jawaban apa yang akan Lusi lontarkan. Mengingat jika selama ini Lusi tidak pernah meminta apa pun darinya. “Sayangku, jangan terlalu lama berpikirnya,” kata Mark sudah tidak sabar. “Aku mau jadi CEO,” kata Lusi asal. Hanya itu yang ada di otaknya saat ini. Mark sedikit tercengang, menjadi CEO tidak semudah itu. Tetapi, bukan Mark jika tidak bisa mewujudkan kemauan sang istri. “Mau jadi CEO di perusahaan mana?” tanya Mark tersenyum lembut. “Benaran? Aku bakalan jadi CEO?” “Gimana kalau kamu menemani CEO Liba Studio untuk melihat secara langsung bagaimana seorang CEO menjalankan pekerjaannya,” kata Mark. “Sayangku, satu hal yang harus kamu tahu. Menjadi seorang CEO tidaklah mudah. Ada banyak pekerjaan yang ha
Setelah membaca surat dari Melinda. Lusi kembali beralih ke kotak emas besar di hadapannya. Kedua bola mata Lusi melotot, melihat gaun indah yang diberikan oleh Melinda. Lusi berdiri menuju kaca besar lalu meletakkan gaun tersebut tepat di depan tubuhnya. “Bagus banget, berat juga gaunnya. Pasti ini mahal,” ucap Lusi menatap dirinya sendiri dari balik cermin. Setelah puas berpose dengan gaun, Lusi kembali menuju kotak tersebut. Ternyata Melinda bukan hanya memberi Lusi sebuah gaun, melainkan satu kotak berisi perhiasan lengkap. Lusi tak menyangka, hadiah kecil yang disebut oleh Melinda di dalam surat, rupanya barang mewah. “Kamu sedang membuka hadiahmu yang belum sempat kamu buka?” tanya Mark. Lusi menoleh ke arah suaminya yang baru saja selesai mandi. “Oh! Kupikir kamu masih ingin berendam.” Lusi menghampiri suaminya, memeluk tubuh sang suami yang hanya mengenakan handuk di bagian bawah. “Ada apa, Sayangku? Kelihatannya kamu lagi senang. Coba kasih tahu aku. Apa yang membuat
Mark tak menyangka, Adelia merupakan anak dari Tuan Bambang. Selama mengenal Tuan Bambang, lelaki tua itu tidak pernah menyinggung soal keluarga. “Setelah lima tahun terpuruk akibat skandal video porno. Akhirnya anakku bisa bangkit kembali. Semua itu berkat kepercayaanmu terhadap kemampuan berakting anakku,” ungkap Tuan Bambang. Mark tersenyum tipis lalu berkata, “Andai saja kutahu jika Adelia adalah anakmu. Pasti sudah lama kubantu. Supaya anakmu tidak berlarut-larut dalam keterpurukan.” Tiba-tiba sikap Mark berubah. “Sungguh? Sayangnya pada waktu itu namamu tidak terlintas di pikiranku,” tutur Tuan Bambang. “Wah... Ternyata Mbak Adelia memiliki seorang ayah yang keren,” puji Lusi. “Maaf, sebelumnya anda mengatakan jika Mbak Adelia sempat terjerat skandal video porno. Tapi, kenapa aku tidak mengetahuinya? Sepertinya aku tidak pernah mendengarnya dari mana pun.” Tuan Bambang membungkam bibirnya. Dia menyesal telah membuka rahasia besar keluarganya, yang selama ini dia tutup rapat.
“Yang akan aku lakukan pertama kali adalah berdoa, dan memohon pertolongan kepada Tuhan. Lalu menyelamatkan Putri dari cengkraman Tuan Bambang yang kejam.” “Apa pun yang akan kamu lakukan, aku selalu mendukungmu, Sayangku,” jawab Mark mengelus punggung Lusi lembut. “Kamu mau tidur atau membersihkan tubuh terlebih dahulu?” tawarnya. “Tubuhku terlalu lelah, Sayang. Boleh gak malam ini langsung tibur dalam kondisi kotor begini? Tapi gak enak soalnya tubuhku lengket semua.” Dengan diselingi suara tawa kecil, Mark menjawab, “Sini aku mandiin, Sayangku. Biar kamu tidak terlalu lelah.” Mark turun dari atas ranjang lalu menggendong Lusi menuju kamar mandi. “Terima kasih, Sayang. Kamu manis sekali,” puji Lusi mengagumi sikap lembut Mark. *** Kesuksesan film The Blue masih bertahan meski para pemain sudah tidak melakukan promosi lagi. Hal tersebut membuat nama Adelia makin naik, dan dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Adelia jadi kebanjiran pekerjaan. Banyak produser yang menghubungin
“Ayah berteman dengan Lusi dan Mark?” tanya Adelia menatap nyalang ayahnya. “Ayah juga menceritakan semua yang terjadi kepadaku ke Mark?” “Tentu saja, mereka berdua ‘kan sepasang suami istri. Sudah kubilang, mereka adalah temanku, memangnya kenapa?” tanya Tuan Bambang tidak mengerti. “Ayah beneran menganggap mereka berdua teman dan menceritakan masa laluku?” Adelia sama sekali tak menyangka jika ayahnya sendiri lah yang menghancurkan dirinya. “Kamu tidak perlu panik begitu, Mark dan Lusi sudah mengatakan jika mereka tidak peduli dengan masa lalumu. Yang mereka lihat sekarang adalah kemampuanmu dalam memerankan peran. Sudah, kamu jangan khawatir.” Mendengar jawaban sang ayah, Adelia sudah tidak mampu menampung amarahnya lagi. Dia berteriak dan menjerit. Memaki kelakuan sang ayah yang menurutnya sangat mengecewakan. Tuan Bambang yang memiliki sifat dasar temperamen, tak tinggal diam ketika Adelia dengan tidak sopan mengoloknya. Ayah dan anak itu pun terlibat dalam percekcokkan sen
“Hm... Rasa baksonya enak. Kenyal berurat. Aku suka banget,” ungkap Lusi menikmati bakso.“Beneran enak? Wah, kukira cuma aku saja yang merasakannya. Habisnya kalau makan bakso, aku gak pernah ke tempat lain. Selalu di sini,” jawab Putri senang.Pandangan Lusi beralih kepada Alex yang hanya melihat bakso di dalam mangkuk.“Incip dulu, nanti kalau kamu gak suka, biar aku yang habisin,” ujar Lusi pada Alex.“Masalahnya aku sedang diet makan daging dan tepung,” jawab Alex meraih garpu dan sendok di depannya.“Dietnya ditunda dulu. Lagian, ngapain sih kamu diet segala? Setiap hari 'kan berolahraga,” pungkas Lusi.“Benar banget kata, Mbak Lusi. Mumpung di sini, jangan diet. Nanti saja dietnya,” sambung Putri.Akhirnya Alex menggagalkan program dienya, demi menghargai Lusi dan Putri.“Itu satpam yang ngikutin kamu gak ikut makan?” tanya Lusi pada Putri.“Tadi sudah aku ajak. Tapi orangnya gak
Adelia menarik pisaunya yang sempat menusuk perut Miky. Miky terjatuh di atas lantai marmer. Adelia tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia berlari kencang sebelum Miky menahannya lagi. Semua orang berteriak panik saat melihat Adelia menyerang para pegawai kantor tanpa pandang bulu. Cipratan darah mulai menghiasi furniture di dalam ruangan. Entah sudah berapa orang yang terluka akibat perbuatan Adelia. Adelia kesal saat menyadari jika peluru di dalam pistol telah habis. Padahal dia ingin menggunakan pistol untuk menembak kepala Mark.***Mina yang baru keluar lift dari lantai paling atas gedung. Sangat terkejut melihat kondisi di lantai utama kantor yang sudah dalam kondisi keos. Aroma Anyir menyeruak ke penjuru ruangan, hingga membuat Mina ingin muntah.Mina menghubungi polisi agar segera datang. Mungkin kantornya didatangi oleh sekelompok teroris atau semacamnya. Mina sangat bingung dengan apa yang terjadi. Seharian dia hanya berada di lantai paling atas gedung, untuk memeriksa berba
Baru satu hari ditahan, Adelia sudah melukai teman satu selnya. Hal tersebut sempat membuat kegaduhan. Berujung dengan pemindahan Adelia dari rutan ke rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa pun, Adelia terus memberontak, seperti orang kesetanan. Dia juga sering menyebut nama jin yang selalu mengusik dirinya. “Jika kondisi Nyonya Adelia seperti ini terus. Kemungkinan tindakan hukum tidak bisa berlanjut,” tandas seorang polisi kepada Mark. “Aku ingin melihat data mengenai kondisi mental Adelia. Apakah sudah diperiksa? Dia melenyapkan lima nyawa pegawai yang bekerja di kantorku. Kamu pikir keluarga para korban akan menerima keputusan polisi? Adelia harus dihukum sesuai dengan perbuatannya.” Nyali polisi tersebut menciut mendengar nada tegas Mark. “Kondisi mental apanya? Adelia manusia normal tanpa kecacatan mental. Laporkan seperti itu, dan segera tarik Adelia keluar dari rumah sakit jiwa,” perintah Mark penuh penekanan. “Tapi, Tuan Mark. Kesehatan mental Adelia memang terganggu,” sa