Film The Blue menjadi film terlaris dengan satu juta penonton di hari pertama liris di seluruh bioskop Indonesia. Kesuksesan film The Blue menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Mereka menyoroti siapa saja pihak yang terlibat dalam pembuatan film. Mulai dari para pemain, hingga perusahaan yang berada dibalik layar. Nama Adelia menjadi makin melejit berkat perannya di film The blue. Para penggemar pun menjuluki Adelia sebagai aktris paling sadis dalam sekali comeback. Setelah nonton bersama di dalam bioskop. Para pemain inti film The Blue menghadiri even promosi sekaligus jumpa fans di Mall yang telah ditetapkan. Semua penonton menyambut dengan riang gembira mereka yang naik di atas panggung. Adelia adalah orang pertama yang menyapa penggemar, diikuti pemain lainnya. Mereka diminta untuk duduk di kursi yang telah disiapkan. “Film The Blue adalah film fantasi terkeren yang pernah aku lihat. Aku merasa sangat puas setelah menonton. Sungguh epic. Grafik yang luar biasa indah.” MC
Mata Adelia bergetar melihat rumah Mbah Dukun telah binasa. Adelia berjalan sempoyongan menuju ke mobilnya. Sampainya di dalam mobil, Adelia berusaha mengatur napasnya yang sesak. “Siapa yang sudah berani membunuh Mbah Dukun!” ujar Adelia pelan. Kedua tangannya terkepal menahan amarah. “Lusi? Atau Mark? Aku tidak peduli! Akan kubunuh kalian semua!” pekiknya penuh kekesalan. “Ini mungkin teguran supaya kamu tidak lagi mendatangi seorang dukun. Kamu harus berhenti percaya dengan ilmu hitam. Dosanya sangat besar, kamu harus segera bertaubat.” Manajer tak pernah berhenti memberi nasihat kepada Adelia. Meskipun ucapannya tak didengar oleh Adelia. Yang penting sang manajer sudah memperingati. “Tutup mulutmu, tugasmu hanya mencari pekerjaan untukku dan menerima gaji dariku. Jangan membuatku ingin memecatmu,” ketus Adelia. Sang manajer itu pun terdiam sembari menghembuskan napas berat. Sebenarnya dia ingin sekali meninggalkan Adelia. Namun, mendiang ibu Adelia telah berpesan padanya agar
Sesuai dengan janji, Mark mengajak Lusi berjalan-jalan sembari menikmati wisata kuliner. Sayangnya mereka tidak bisa mencoba semua jenis makanan karena kebanyakan makanan yang tersedia non halal.“Aku suka sosisnya enak,” ujar Lusi mencicipi sosis.“Coba sini, bibir kamu belepotan,” kata Mark sembari mengusap bibir Lusi yang dihiasi oleh mayones. “Maaf, Sayang. Habisnya sosisnya besar. Jadi, susah makannya.” Lusi melanjutkan menggigit sosis tersebut.“Gak masalah, Sayangku. Aku suka melihatmu menikmati makananmu,” balas Mark mengelus lembut sudut bibir Lusi.“Habis ini pulang yuk! Perutku sudah penuh,” tutur Lusi. “Katanya besok mau pindahan ke rumah Tuan Felix?” tambahnya.Mark mengangguk. Kebetulan Felix masih berada di Cina untuk mengurus pekerjaan. Dan Felix meminta Mark dan Lusi untuk tinggal di Mansion miliknya. Daripada tidur di hotel. ***Felix menyambut kedatangan Mark dan Lusi dengan
Bagaikan tersambar petir. Tubuh Mark kaku setelah mendengar ucapan Lusi. “Sayangku? Apa maksudmu?” tanya Mark gugup. Lusi tersenyum tipis lalu berlari memeluk erat tubuh suaminya. “Barusan aku niruin dialog dari drama yang tadi kulihat,” jawab Lusi menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang suami. Lusi bisa mencium aroma parfum asing di tubuh Mark. Pasti ini aroma parfum dari wanita yang tadi memeluk dan mencium suaminya. “Drama apa, Sayangku? Boleh aku tahu?” tanya Mark. “Drama Cina kok. Jadi, ceritanya itu si suami selingkuh. Mangkanya istrinya minta cerai.” Jawaban Lusi seolah menyindir kelakuan Mark yang mencium Melinda. Kini, rasa bersalah di hati Mark makin besar. Mark sangat ingin mengakui kesalahannya. Akan tetapi, dia terlalu takut jika Lusi tak memaafkannya, dan malah meminta berpisah. Mark tidak sanggup menerima kenyataan terburuk yang akan menimpanya. Jadi, lebih baik dirinya menutup mulut. Dan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. “Aku tidak suka kamu men
Sebenarnya Mark sangat muak ditatap oleh Melinda. Mark juga sudah berkali-kali mengajak Lusi untuk tidur. Akan tetapi, Lusi selalu menolak dengan alasan, filmnya masih terlalu seru untuk ditinggal. Mark tak mungkin memaksa istrinya, dia tak ingin Lusi marah atau merasa tidak nyaman. Akhirnya Mark memutuskan untuk menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Mark sengaja meletakkan kepalanya di paha Lusi. Lusi tersenyum tipis melihat tingkah manja Mark. Tapi, dirinya masih sangat kesal dengan sang suami. Bagi Lusi, kelakuan Mark sama sekali tidak bisa ditoleransi. Lusi menguap lalu berujar, “Sayang, filmnya mulai membosankan. Ayo kita tidur saja.” Mark langsung bangkit dan menggendong Lusi. Tak lupa, dia juga berpamitan pada Felix. “Tidur nyeyak,” balas Felix masih fokus menatap layar besar di depannya. Melinda menatap kepergian Mark dan Lusi dengan tatapan aneh. “Tidak perlu bertingkah begitu. Seperti bukan dirimu saja,” ujar Felix menyadari kecemburuan Melinda. “Maksudmu? Em
“Kamu harus move on dan cari wanita lain. Toh, masih banyak wanita di luar sana yang sifatnya mirip dengan Lusi. Kamu tidak perlu takut. Aku bakal bantu kamu,” tutur Felix sembari menepuk pelan pundak Mark. “Kalau begitu cari wanita yang mau menemaniku dua puluh empat jam saat aku sakit. Cari juga wanita yang sama sekali tidak jijik membasuh pantatku ketika aku buang air besar. Satu lagi, carikan aku wanita yang tidak pernah meminta apa pun kepadaku. Kalau kamu berhasil mendapatkan wanita seperti itu, aku akan meninggalkan Lusi.” Felix terdiam mendengar penuturan Mark. Dari mana dia bisa menemukan wanita seperti itu? “Besok aku akan kembali ke Indonesia. Kamu urus bekerjaanku di sini,” perintah Mark. Felix menatap jengah ke arah Mark. Bisa-bisanya Mark meninggalkan pekerjaannya demi seorang wanita. “Kamu benaran sudah berubah?” sindir Felix meneguk minumannya. “Sepertinya begitu,” balas Mark datar. Kepalanya terasa sangat pusing. “Ya sudah, pergilah tidur. Aku sudah memesan tike
“Sayangku, katakan sesuatu. Aku akan mengabulkan semua yang keluar dari bibirmu,” kata Mark memandang Lusi penuh harap. “Sebentar, aku lagi mikir kok,” jawab Lusi mengerucutkan bibir lucu. Mark setia duduk di atas karpet sembari memeluk kaki Lusi. Dia sangat penasaran dengan jawaban apa yang akan Lusi lontarkan. Mengingat jika selama ini Lusi tidak pernah meminta apa pun darinya. “Sayangku, jangan terlalu lama berpikirnya,” kata Mark sudah tidak sabar. “Aku mau jadi CEO,” kata Lusi asal. Hanya itu yang ada di otaknya saat ini. Mark sedikit tercengang, menjadi CEO tidak semudah itu. Tetapi, bukan Mark jika tidak bisa mewujudkan kemauan sang istri. “Mau jadi CEO di perusahaan mana?” tanya Mark tersenyum lembut. “Benaran? Aku bakalan jadi CEO?” “Gimana kalau kamu menemani CEO Liba Studio untuk melihat secara langsung bagaimana seorang CEO menjalankan pekerjaannya,” kata Mark. “Sayangku, satu hal yang harus kamu tahu. Menjadi seorang CEO tidaklah mudah. Ada banyak pekerjaan yang ha
Setelah membaca surat dari Melinda. Lusi kembali beralih ke kotak emas besar di hadapannya. Kedua bola mata Lusi melotot, melihat gaun indah yang diberikan oleh Melinda. Lusi berdiri menuju kaca besar lalu meletakkan gaun tersebut tepat di depan tubuhnya. “Bagus banget, berat juga gaunnya. Pasti ini mahal,” ucap Lusi menatap dirinya sendiri dari balik cermin. Setelah puas berpose dengan gaun, Lusi kembali menuju kotak tersebut. Ternyata Melinda bukan hanya memberi Lusi sebuah gaun, melainkan satu kotak berisi perhiasan lengkap. Lusi tak menyangka, hadiah kecil yang disebut oleh Melinda di dalam surat, rupanya barang mewah. “Kamu sedang membuka hadiahmu yang belum sempat kamu buka?” tanya Mark. Lusi menoleh ke arah suaminya yang baru saja selesai mandi. “Oh! Kupikir kamu masih ingin berendam.” Lusi menghampiri suaminya, memeluk tubuh sang suami yang hanya mengenakan handuk di bagian bawah. “Ada apa, Sayangku? Kelihatannya kamu lagi senang. Coba kasih tahu aku. Apa yang membuat