Lusi turun dari tubuh besar Mark. Ketika berjalan ke kamar mandi, tubuh Lusi terjatuh. Paha dalamnya terlalu sakit buat berjalan. Mark yang melihat Lusi terduduk di lantai langsung mengenakan kimononya lalu berjalan cepat menghampiri Lusi. Mark segera mengendong istrinya menuju kamar mandi. Mark mendudukkan tubuh Lusi di samping wastafel. Dia juga mengambil handuk untuk membalut tubuh Lusi agar tidak kedinginan. “Maafkan aku, Sayangku. Aku terlalu memaksamu,” tutur Mark merasa bersalah melihat kondisi Lusi. Dengan melempar senyuman, Lusi menjawab, “Aku suka kok, Tuan Mark gak pernah maksa aku. Soalnya aku juga menikmatinya. Aku beneran senang banget.” Lusi memeluk Mark dengan erat. “Kamu ingin berendam air hangat?” tawar Mark. Lusi mengangguk. “Iya, aku pengin berendam sebentar sama kamu,” balasnya cepat. Wajah Lusi sudah merah padam. Mark mengisi bathup dengan air hangat. Dia juga memasukkan bubuk garam mandi dan minyak aromaterapi beraroma rosemary, agar tubuh mereka nanti rile
Mark tersenyum lembut. “Aku hanya bercanda, Sayangku,” jawab Mark. “Bagaimana harimu? Menyenangkan?” tanyanya kemudian. “Setiap hari menyenangkan, apalagi kalau sama kamu.” Jawaban Lusi mampu membuat jantung Mark berdebar kencang. Akhir-akhir ini Lusi suka sekali memujanya. Membuat dirinya melayang tinggi. “Aku merindukanmu, Sayangku.” Mark menggendong tubuh istrinya masuk ke dalam mansion. “Aku sudah masak makanan spesial untukmu loh! Tuan Mark gak mau incip?” tanya Lusi mengelus telinga merah sang suami. “Kebetulan aku sudah sangat lapar, Sayangku,” ujar Mark berjalan menuju dapur. “Tuan Mark gak mau nurunin aku? Aku bisa jalan sendiri kok. Emangnya kamu gak merasa kalau badanku berat?” Badan Lusi sedikit berisi karena kurangnya melakukan kegiatan di rumah. Mark sama sekali tidak masalah dengan berat badan Lusi yang terus bertambah. Malahan Mark lebih suka melihat tubuh semok Lusi, terlihat segar di matanya. Mark baru menurunkan tubuh Lusi dari gendongannya, saat mereka suda
“Tuan Felix! Kapan anda bisa hidup dengan teratur dan rapi!” pekik Miky membuang celana dalam itu di tong sampah. Miky berdiri di depan kamar mandi di mana Felix masih membersihkan tubuh. “Ada apa?” tanya Felix menyadari jika Miky berjaga di depan kamar mandi. “Jangan tidur dengan sembarangan wanita! Besok anda harus segera melakukan tes kesehatan!” Pikir Felix akan ada bahaya yang datang, ternyata Miky mengomel lagi. “Iya,” jawab Felix enteng lalu melanjutkan mandi. Sedangkan Miky berlalu mengecek keadaan kamar. Mulai dari jendela kaca anti peluru, hingga kolong ranjang. Memastikan jika kamar Felix aman dari bahaya. Setelah melakukan pengecekan secara detail, Miky keluar dari dalam kamar Felix. Membiarkan Felix untuk beristirahat dengan tenang. *** Nyonya Maria telah berhasil membeli sebidang tanah yang sangat luas di salah satu wilayah strategis. Dia berniat mendirikan Mall megah dan mewah. Kini tinggal mencari investor yang bersedia untuk bekerja sama. “Ibu akan membangun
Lusi tengah bermanja ria bersama suaminya di dalam kamar. Mereka berdua baru saja melewati adegan ranjang yang begitu panas nan menggairahkan. Lusi sengaja tidak mengajak Mark membersihkan diri, mungkin dia ingin melakukannya lagi. Biasanya seperti itu. “Tuan Mark sekarang badannya makin bagus,” puji Lusi. Mark memfokuskan diri kepada sang istri. “Kamu ‘kan tahu kalau aku suka berolahraga. Setiap hari kamu juga nemenin aku pergi gym. Sudah pasti badanku seperti ini, hm... Sayangku,” jelasnya tersenyum lembut. “Aku jadi minder,” ungkap Lusi membenamkan wajahnya pada dada bidang Mark. “Kenapa harus minder? Sayangku.”“Iya! Tuan Mark ganteng, tinggi, terus perutnya kotak-kotak. Kulit kamu juga putih seperti susu. Pastilah aku minder. Aku ‘kan tidak secantik itu,” rengek Lusi mencubit kecil perut Mark. “Kata siapa kamu tidak secantik itu? Bagiku, kamu sungguh cantik, melebihi seribu bidadari.” Pujian Mark sukses membuat wajah Lusi memanas. Kedua pipinya telah merah padam akibat terl
Pertama kali bertemu dan berbincang beberapa menit. Adelia sudah berani mengajak Mark makan siang bersama. Masalahnya, wanita itu mengajaknya secara personal. Mark tidak suka hal seperti itu. Hidupnya sangat teratur dan berstruktur. “Kenapa diam saja?” tanya Adelia. Mark sangat heran dengan tingkah tidak tahu diri Adelia. Pasti Adelia bisa seberani ini karena ada Nyonya Maria di belakang wanita itu, begitulah pikir Mark. “Kamu mau makan siang bersama? Ayo,” ajak Mark meladeni Adelia. “Beneran mau? Aku tidak tahu restoran mana yang bagus. Aku ikut kamu saja,” jawab Adelia. Mark terkekeh mendengar jawaban Adelia. Mark melepas jasnya lalu mengambil kunci mobil. “Sekarang?” tanya Adelia bingung. “Ya." Keduanya keluar dari dalam ruangan. Mark memberi tahu Mina jika dirinya akan pergi untuk makan siang bersama Adelia. Mina sempat merespons dengan keterkejutan, seolah tidak memperbolehkan Mark pergi bersama Adelia. Akan tetapi, Mark tidak terlalu menggubris tanda dari Mina. Sampai a
Tubuh mereka seketika menegang saat melihat kehadiran Mark. Tanpa basa-basi Mark menawari mereka untuk hengkang dari perusahaan. “Coba kalian pikir dengan otak jernih. Sebuah apel memiliki bagian yang membusuk, apakah kalian akan tetap membiarkan bagian yang membusuk itu? Atau kalian buang untuk mencegah pembusukan di bagian apel yang lain?” Semua orang di dalam ruang kerja itu hanya diam menundukkan kepala. Mereka takut salah bicara, dan mengakibatkan mereka dipecat. Mark menghembuskan napas kecil melihat para CEO tak berkutik. Bahkan Mina yang dari tadi ngomel sambil berteriak kencang, kini hanya diam seribu bahasa. “Baiklah, berhubung ini pertama kalinya kalian membuat kesalahan selama aku memimpin. Aku memberi kalian keringanan dengan memaafkan kesalahan kalian. Tapi, di lain kesempatan, jangan harap belas kasih dariku. Aku tidak akan membuang energiku untuk menegur kalian. Kalian bisa bertanya kepadaku jika ada sesuatu yang membuat kalian kesulitan. Pasti, aku akan dengan sena
Menurut hasil pemeriksaan, Lusi mengalami keguguran. Kondisi kandungan Lusi terlalu lemah, sehingga tak mampu untuk bertahan. Ditambah tidak ada yang mengetahui kehamilan Lusi. Termasuk Lusi sendiri. Kejadian tersebut sempat membuat Mark down dan menyalahkan dirinya sendiri. Untungnya Lusi sudah menerima dengan iklas. Bahkan Lusi lah yang terus menyemangati Mark. Alex tak luput dari rasa bersalah. Pasalnya, dia lah orang yang mengawasi Lusi selama Mark tidak berada di samping Lusi. Bisa-bisanya dirinya tak menyadari jika Lusi tengah hamil. “Mister Alex juga gak perlu minta maaf terus. Ini bukan salahmu, Mas. Semua ini sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Belum rezeki kami memiliki seorang anak,” tutur Lusi menenangkan Alex. Suaranya terdengar sangat lirih. *** Pasca keguguran, kondisi fisik Lusi menjadi sangat lemah. Untuk berjalan saja dia tidak mampu. Mark tak tinggal diam, dia berusaha melakukan yang terbaik agar Lusi bisa kembali sembuh. Mulai dari memulihkan kondisi fisik Lusi, hi
Begitu melihat keadaan Lusi, Pak Ustaz langsung tahu jika Lusi sedang terkena santet. Pak Ustaz menyarankan untuk melakukan ruqyah. Mark yang tidak mengerti maksud Pak Ustaz, hanya bisa mengikuti seperti air mengalir. Mark mengelus kening Lusi dengan sapuan lembut. Hati Mark sangat sakit melihat Lusi tidak bisa melakukan apa pun. Hanya berbaring lemas di atas ranjang, seperti orang lumpuh. “Aku nyusahin kamu ‘kan? Maafkan aku,” kata Lusi bersuara serak. Mark menggelengkan kepala lalu menjawab, “Kata siapa kamu nyusahin aku? Aku sama sekali tidak keberatan dengan keadaanmu. Aku sangat mencintaimu.” Lusi merasa lega setelah mendengar penuturan Mark. Sebelah tangannya terulur untuk mengelus rahang tegas sang suami. Senyuman merekah dari wajah Lusi yang pucat pasi. “Lusi, kamu yang sabar. Kita akan melakukan ruqyah kepadamu. Kamu sedang dikerjai oleh orang jahat,” tutur Bu Ustaz mengelus perut Lusi yang membesar seperti orang hamil. Lusi mengangguk. “Aku merasa aneh. Hampir setiap s