Share

Pre-wedding Tak Terduga

Langkah Lusi terhenti.

Tubuhnya kembali gemetar ketika Lion mengatakan perihal kematian.

Alhasil, ketika Lion pergi, Lusi langsung mencegahnya. "Lion, tunggu!" teriak Lusi.

Ia menarik paksa tangan Lion, sampai lelaki itu berhenti dan menatapnya.

"Ya, ada apa?"

"A--aku menerima tawaranmu!"

Lusi mendadak gugup. Tapi, ia tetap menjawabnya. Entah ini kebodohan Lusi atau bukan. Karena nyatanya, Lusi menerima tawaran Lion, padahal dia belum tahu, pekerjaan apa yang harus dilakukannya.

"Apa kau yakin? Jika kau menerimanya, kau tidak akan bisa mundur, Lusi!" Lion  menahan senyum. Diam-diam, ia mengambil hp dari dalam saku celananyadan menyalakan perekam suara. 

"Bagaimana, apa kau menerima tawarannya, Lusi? Kau tidak akan bisa mundur setelah ini!" Lion mengatakannya sekali lagi dengan nada tegas. Lantas, Lusi dengan hati yang mantap, menjawab, "Ya, aku menerima tawarannya, Lion."

Lion tersenyum puas.

Jika semula, dia ingin menemui klien tepat pada pukul dua siang. Sekarang, dia tidak ingin kesempatan ini hilang begitu saja.

"Kalau begitu, cepat ganti baju! Setelah ini, kita akan melakukan sesi foto pre wedding! Kau hanya punya waktu dua puluh lima menit!" Lion mengatakannya dengan nada tegas. Ia berjalan meninggalkan Lusi.

Hah?

"Apa katamu?!"

"Tidak ada perlawanan, Lusi! Sekarang!" pekik Lion dengan nada tegasnya.

Hal ini membuat Lusi membelalak.

Perjanjian apa yang sudah dia buat dengan laki-laki itu?

Tapi, ia tak punya pilihan.

Menahan ragu, Lusi melangkah ke depan pintu ruangan yang diperintah--menuruti permintaan Lion.

Setelah menunggu beberapa lama, Lusi muncul dengan dress biru yang membuatnya terlihat anggun dan mempesona. Apalagi, riasan di wajah Lusi membuat gadis itu terlihat semakin menawan.

Hal itu membuat Lion terkesiap. Dia tahu Lusi cantik, tapi tidak menyangka jika perempuan itu bisa begitu luar biasa.

"Wah, aku nggak nyangka kalau kamu bisa secantik ini, Lusi," pujinya sembari mengedipkan mata kanannya.

Entah kenapa, dia ingin menggoda Lusi yang wajahnya sudah memerah karena marah dan malu di saat bersamaan.

*******

"Wah, Tuan Lion. Anda dan calon pasangan Anda sudah datang, ya. Silahkan, ayo masuk, sesi fotonya akan segera dimulai," ucap sang fotografer yang berada di depan sebuah ruangan yang....

"Tempatnya terlalu mewah, Lion!" Lusi terkejut ketika dirinya melihat sebuah ruangan dengan dekorasi yang begitu indah di setiap sudutnya.

"Yah, tapi kau harus tahu! Ini hanya pura-pura, Lusi! Ingat itu! Sesi foto ini akan berlangsung setelah kau menandatangi surat perjanjian di antara kita!"

Lion melepas tangan Lusi dan berjalan ke sebuah meja yang mana terdapat sebuah surat perjanjian dengan sebuah materai di atasnya.

"Kemarilah! Kau lihat saja isinya!"

Lusi berjalan dan memperhatikan isi surat itu. Isi perjanjian itu cukup sederhana. Di sana, terdapat sebuah pernyataan yang menandakan bahwa, dia dan Lion akan berada di dalam pernikahan selama dua tahun.

Di dalam surat itu, Lion juga berjanji bahwa dia akan memperlakukan Lusi dengan baik, dengan syarat bahwa Lusi harus menuruti semua perkataan Lion. Jika Lusi berhasil melakukannya sampai dua tahun lamanya. Maka, dia akan mendapat bonus sebesar dua belas milyar sebagai gantinya.

Namun, jika Lusi gagal melakukannya. Maka, dia harus terima untuk mengembalikan gaji dari awal bulan pernikahannya, hingga dia mengajukan untuk berhenti dari tugasnya. Tapi, dia tidak memperdulikan itu. Karena, dia lebih tergiur dengan dua belas milyar yang akan diterimanya.

"Dua belas milyar?! Bukankah angka ini terlalu besar?! Tapi, tidak mungkin aku menolaknya, kan?!" batin Lusi dengan wajah gusar. Gadis itu terdiam untuk sesaat.

Dia tahu jika Lion adalah orang kaya, tapi, dia penasaran, sesungguhnya pekerjaan apa yang telah dijalankan Lion sampai dia berani memberikan bonus kepadanya hingga dua belas milyar!

Selang beberapa saat, Lusi yang tersadar bahwa dia terlalu banyak berpikir, langsung menandatangani surat itu. Setelah itu, Lion berjalan ke samping Lusi sambil menggandeng tangan kanannya.

"Apa kau siap, Lusi?" tanya Lion sembari tersenyum manis di hadapannya. Lili yang melihatnya, ikut tersenyum. Mereka berdua langsung menuju ke depan. Keduanya melakukan foto dengan mesra.

Lusi menyilangkan kedua tangannya di leher Lion. Sedangkan Lion, menaruh kedua tangannya di pinggang Lusi. Sungguh, keduanya terlihat mesra sampai sang fotografer merasa bahwa mereka adalah pasangan yang serasi.

Alhasil, setelah semuanya selesai, sang fotografer baru memberikan pujian itu kepada Lion.

"Tuan Lion, kau beruntung bisa menikahi perempuan secantik dia," puji sang fotografer.

"Sudah pasti aku beruntung akan menikahinya. Dan akan aku pastikan, tidak ada siapa pun yang mampu mengambilnya dariku, hahaha," Lion menggandeng tangan kanan Lusi sambil tersenyum ke arahnya.

"Iuh, jijik banget dengerinnya!" batin Lusi sambil menghembuskan nafas panjang. Ia mengelap keringat di keningnya sambil melirik ke arah luar pintu, berharap agar dirinya bisa cepat-cepat kabur dari makhluk menyebalkan yang berdiri di sampingnya.

"Kamu kenapa, Sayang? Kok ngeliatin pintu terus, dari tadi?" Lion mengelus pipi Lusi seenaknya. Dan itu membuat Lusi menggelengkan kepala.

"Aku mau keluar! Di sini panas! Sesi fotonya udah selesai, belum?" Lusi menaikkan alisnya, enggan melihat sosok Lion.

"Ah, begitu rupanya. Kenapa kamu nggak bilang dari tadi, Sayang?"

Tanpa aba-aba, Lion langsung mengangkat tubuh Lusi, ia memperlakukan gadis itu layaknya seorang ratu.

"Akh! Apa yang kau lakukan, ha?! Jangan macam-macam denganku" Lusi mencubit lengan Lion. Namun, Lion malah tertawa mendengarnya, ia buru-buru mencium pipi Lusi, sampai hal itu membuatnya tersipu malu.

"Astaga, Tuan! Lebih baik Anda keluar dari sini! Tidak sopan jika Anda melakukan hal seperti itu di depan orang yang single, seperti saya."

Sang fotografer itu mengelus dadanya sendiri, ia menggelengkan kepala sambil melirik tajam ke arah Lion.

"Hahaha! Makanya, cari Istri, sana! Dasar tukang iri!"

Lion menjawab kalimat sang fotografer dengan entengnya. Namun, hal itu membuat Lusi keheranan.

Untuk itu, Lusi akhirnya memberanikan diri. "Lion, apa kau mengenal orang ini?" Lusi melirik ke arah sang fotografer. Gadis itu mengamati sang fotografer yang juga tak kalah tampan dan menawan seperti sosok Lion.

Namun, pria itu malah menggeleng.

"Masa, sih? Perasaan, kalian akrab banget, tuh. Jangan-jangan, dia temen kamu, Lion?" Lusi melirik ke arah Lion sambil menaikkan salah satu alisnya. Meski begitu, Lion sama sekali tak menghiraukan pertanyaan Lusi. Justru sebaliknya, dia langsung mengalihkan pembicaraan.

"Sayang, kita langsung pergi aja yuk, dari sini. Aku udah mulai pegel gara-gara gendong kamu kelamaan. Aku juga laper banget. Dan aku yakin, kamu juga laper, kan. Hahaha," ucapnya sembari mencubit hidung Lusi. Tak lama kemudian, dirinya langsung bergegas membawa Lusi pergi dari sana.

Tak lama kemudian, sang fotografer yang berada di dalam ruangan, mengembuskan nafas panjang. Tak mengira jika dirinya telah melihat perempuan yang mirip sekali dengan masa lalu temannya itu.

"Lion, apa kau masih terobsesi dengan masa lalumu sampai kau memilihnya?" batinnya dengan rasa was-was. Sebagai seorang sahabat, Devano tentu saja cemas terhadap lelaki itu.

Ya, dia adalah salah satu orang yang mengetahui Lion seperti apa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status