Chapter: Segenggam Harapan (Tamat)Keesokan harinya, tepat di hari Senin pagi. Farel menyarankan bibinya untuk mendatangi Ariana. Tak hanya itu, Beliau juga diminta untuk menjelaskan pekerjaan yang nantinya akan dikerjakan oleh Ariana. Alhasil, dirinya pun segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah Ariana. Di sana, Farel menyuruh Devan untuk meninggalkan keduanya. Sebelum itu, dia mengucapkannya melalui telepon yang dia miliki. Tak lama kemudian, ketika Farel berangkat dengan sang bibi, Beliau pun bertanya dengan sopan kepada keponakannya. "Farel, gimana kalo Bibi nanti nggak bisa bayar perempuan itu? Kamu kan tahu, Bibi memang baru aja pindah di sini. Sebenernya, kalo untuk makan dan biaya kehidupan sehari-hari, uangnya masih cukup. Tapi, kalo untuk bayarin perempuan itu, gimana? Bibi bingung loh, Farel." Wanita berkerudung hitam itu melihat ke arah Farel dengan wajah gelisahnya. Namun, tak lama kemudian, Farel menghembuskan nafas panjang. "Nggak papa, Bi. Nanti, Farel juga ikut bantuin Bibi untuk bayar gajinya. Lag
Terakhir Diperbarui: 2023-10-16
Chapter: Penjelasan BermaknaFarel dan Devan saling beradu dalam diam, keduanya hendak menimbang satu sama lain. Lalu, tak lama setelah itu, Devan kembali angkat bicara. "Ariana, Farel sama aku berusaha menyelamatkan kamu, tadi. Terus, pas itu, Farel nyamar jadi pemulung. Tapi, nggak taunya dia itu udah bawa temennya. Keduanya langsung nyergap orang yang udah jahatin kamu, kemarin. Makanya itu, hehehe," ucap Devan sambil tertawa. Lelaki itu hanya bisa diam ketika dirinya berusaha untuk tak mengerti apa-apa. "Hah?! Yang bener aja dong, Devan! Apa katamu tadi?! Beneran, nih?! Jadi, kalian berdua berusaha menangkap orang itu, ya?!" Ariana menaikkan salah satu alisnya. Lantas, keduanya mengangguk kan kepala. Ariana langsung menghembuskan nafas panjang, mengusap peluh di kepalanya, sambil menunggu momen yang tepat, untuknya berbicara. "Huh, untung aja kalo gitu," balas Ariana dengan perasaan ragu. Meski demikian, kedua matanya menoleh ke beberapa arah. Lantas, dirinya langsung memberi salam dan pergi ke dalam ruma
Terakhir Diperbarui: 2023-10-05
Chapter: Penangkapan Paksa "Siapa yang menyelamatkan siapa, Farel?! Jangan mengada-ngada! Kalo kamu membongkar kasus ini, bisa-bisa Istriku kenapa-napa lagi!" bentak Devan dari dalam mobil. Lelaki itu melirik Farel sekilas. Lantas, ia meneguk ludahnya sendiri. "Seratus! Aku nggak nyangka kamu sepintar itu. Tapi, kamu tenang aja. Aku ke sini untuk ngasih pilihan ke kamu. Yang penting, aku kan udah ngasih tahu kamu lokasinya di sini. Kalo urusan kamu mau ngehajar dia atau enggak, itu urusan kamu. Lagian, aku udah tahu satu korban yang berhasil kabur dari rumah itu," ucap Farel."Apa maksudmu, ha?!" pekik Devan dengan suara lantang. Lelaki itu merasa geram setengah mati. Ingin rasanya dia menghajar Farel, karena baginya, apa yang dia lakukan sama saja membuang waktu percuma."Enggak ada. Aku cuman mau kamu amati aja, siapa orang-orang mereka. Lihat, mereka semua sedang mengobrol di halaman depan rumah. Berpakaian seperti orang biasa. Terlihat seperti orang baik pada umumnya. Tidak ada yang aneh. Rumah mereka juga
Terakhir Diperbarui: 2023-10-01
Chapter: Pancingan Amarah! Dari kejadian itu, Devan semakin gencar melindungi Ariana. Dirinya tak segan-segan menelepon wanitanya, sekalipun dia berada di hari yang sibuk. Beberapa jam sekali, Devan menyempatkan diri untuk ke kamar mandi dan menelpon istrinya. Ketika jam kerja selesai, dirinya juga tak segan-segan untuk langsung pulang. Sementara itu, Farel langsung bergegas mencari tahu. Tentu saja, dia tidak melakukannya sendiri. Karena, setelah lima hari lamanya, dia menghubungi Devan dan mengajaknya ke suatu tempat. "Van, kamu ada waktu luang, nggak? Kayaknya, aku udah menemukan pelakunya. Dan berita baiknya, aku tahu siapa orang ini. Kamu mau ngasih dia pelajaran?" tanya Farel sembari tersenyum sinis, di balik teleponnya. Deg!Devan menghembuskan nafas panjang. Mulanya, ia kebingungan dengan kalimat Farel yang agak dominan mengarah ke perkelahian. "Tunggu dulu, apa dia adalah seorang wanita? Atau laki-laki? Ariana sebelumnya sudah pernah bercerita denganku. Hanya saja, aku tidak tahu apakah yang meneror
Terakhir Diperbarui: 2023-09-28
Chapter: TraumaDevan yang di hari itu bekerja, sama sekali tak bisa konsen terhadap pekerjaannya. Ia kebingungan memikirkan sang istri yang bertahan di rumah. "Ya Allah, tolong lindungi Istriku," batinnya meraung keras. Sementara itu, Ariana yang sedari tadi di rumah, menghela napas panjang. Dia merasa sedikit tenang ketika seorang wanita yang merupakan tetangga sebelah rumahnya datang dan menghampirinya. "Assalamu'alaikum, Mbak Ariana." Wanita bernama Yunita itu, memanggil nama Ariana dengan suara lantang. Tak lama kemudian, Ariana berlari kecil ke depan rumah. "Wa'alaikumussalam, Mbak Yunita," balas wanita itu dengan suara lirih. "Ya Allah, Mbak. Untung Mbak Ariana nggak kenapa-napa. Saya tuh cemas loh, Mbak. Dari tadi, saya lihat kalo Mbak didatengin sama dua orang itu. Orang yang biasa nyari perempuan buat dijadiin pekerja kayak gitu," ucap wanita itu dengan suara lirih. Kedua matanya melihat ke kanan dan kiri, mengawasi daerah sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada satu pun yang ada di
Terakhir Diperbarui: 2023-07-14
Chapter: Menyelamatkan ArianaAriana yang masih berada di dalam kamar, mencoba untuk menenangkan diri. Alhasil, dia benar-benar menghubungi suaminya melalui sebuah pesan. Devan yang saat itu masih berada di jam kerja, tidak sempat melihatnya. Namun, karena hp Devan diletakkan di sebuah meja yang letaknya berdekatan dengan kursi milik ayah Farel. Beliau langsung memberitahukan hal itu kepada Devan. "Van, ada SMS dari Istri kamu," ucap sang ayah dengan wajah gelisah. Beliau menoleh ke arah Devan. Lelaki itu spontan menoleh ke arah ayah Farel. Lalu, dia berjalan ke meja dan mengambil hpnya. "Iya, Pak. Makasih, saya lihat dulu, ya," balas Devan sembari tersenyum. Devan mengambil hp dan kemudian membaca isi pesannya. "Astaghfirullah, Ariana? Kenapa ini?" batin Devan dengan wajah gelisah. Ayah Farel yang mengetahuinya, langsung menoleh ke arah Devan. "Ada masalah apa, Van? Kenapa mukanya ditekuk gitu?" tanya lelaki itu dengan suara lirih. Devan segera menoleh, menceritakan apa yang terjadi. "Ini, Istri saya lagi a
Terakhir Diperbarui: 2023-07-03
Chapter: Surga Penyelamat Di bawah cahaya matahari yang menyengat, Devano melempar hp kesayangannya. "Cih, dasar brengsek! Kenapa bajingan itu keras kepala sekali?!" Devano berdecah kesal sembari menatap ke kaca bagian samping. Sementara itu, Roger yang berada di sampingnya tersenyum sinis, spontan mengancam. "Bagaimana, Devano?! Apa kau tahu di mana keberadaan Lion? Aku tidak mau tahu, ya! Si brengsek itu harus segera ditemukan! Kalo kamu nggak berhasil melakukannya! Kau tahu hal buruk apa yang akan terjadi padamu, kan? Aku tidak segan-segan membatalkan semua kontrak kerja sama yang selama ini kita jalin, Devano!" "Kau pikir aku takut, Roger?!" Devano menatapnya dengan tatapan sinis. "Apa maksudmu, hah?!" Roger membalasnya sambil menggigit bibir bawahnya tatkala ia ketakutan. "Jangan pura-pura tidak tahu, Roger! Aku tahu jika kamu memainkan kecurangan di perusahaan milikmu sendiri! Dan jika kedua orang tuamu tahu! Aku yakin, mereka tidak akan pernah menganggap mu sebagai anaknya lagi! Apa kam
Terakhir Diperbarui: 2024-11-27
Chapter: Ke Mana Kita Pergi?Lion berusaha keras untuk melintasi jalanan yang lengang. Dia mencari cara agar mobil itu tak lagi mengikutinya. Dan hal itu, tak jarang membuatnya sesekali melintasi jalanan di perkampungan, pasar, bahkan rumah sakit, dan juga mall. Suasana kali itu benar-benar tegang. Namun, Lion memutuskan untuk berhenti di mall. Dengan cepat, dia menyuruh Lusi untuk keluar dari mobil dan berjalan memasuki mall. "Lusi, kita berhenti di sini saja, ya. Ayo kita pergi," ucap lelaki itu sembari mengulurkan tangan kanannya. Hampir saja lelaki itu membuka pintu mobil, sampai akhirnya, Lusi yang masih waras, menjawab perkataan lelaki itu dengan nada gusar. "Hei, apa kau sudah gila, Lion?! Kau tahu jika badan kita ini busuk, kan?! Apa kau pikir, para penjaga akan memperbolehkan kita memasuki mall, ha?! Yang benar saja!" Lusi berusaha keras menyadarkan Lion akan hal itu. Sampai akhirnya, Lion tertawa lirih. "Akh, payah. Kenapa aku tidak memikirkannya sejak tadi, yah?! Kau benar juga! Baiklah, k
Terakhir Diperbarui: 2024-08-06
Chapter: Mobil Pembawa Malapetaka"Lion, kenapa kau tidak menuruti perkataan Ibumu saja daripada harus bersama denganku?" Lusi bertanya dengan suara lirih. Ia menoleh ke arah Lion dengan tatapan ragu. "Jangan mengatakan apapun, Lusi! Aku benar-benar membencinya seumur hidupku! Kau tidak tahu apa yang selama ini sudah kulewati dengannya, kan?! Jika kau mengetahuinya! Kau mungkin akan kecewa, dan tidak bertanya kenapa aku melakukan hal ini!" Lion tersenyum tipis sembari mengendarai mobilnya. Lusi yang duduk di sampingnya, seketika menundukkan kepala. Di satu sisi, Lusi merasa jika dia adalah satu-satunya objek permasalahan untuk saat ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Dia sendiri juga tidak berhak menilai Lion hanya karena permasalahan yang dimiliknya. "Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi. Sekarang, kita mau ke mana, Lion?" tanya Lusi berusaha lembut. "Ke rumahku yang lain." "Rumahmu yang lain? Hahaha, yang benar saja? Memangnya, kamu punya berapa rumah sampai kamu bisa pindah seenaknya?" Wanita itu kini m
Terakhir Diperbarui: 2024-08-06
Chapter: Ancaman sang IbuLusi menghela napas. "Terserah apa katamu. Tapi, jika kedua orang tuamu cukup pintar seperti dirimu. Bisa saja mereka melakukan pelacakan dan menyelidiki dari mana aku berasal, dan apa saja kegiatan yang selama ini kulakukan, bukan? Bagaimana jika pada akhirnya, mereka tahu kalo aku hanya sebatas wanita murahan yang selama ini bekerja sebagai pelacur?!"Tangan Lusi mengepal, menahan gemetar membayangkan itu semua."Hsst, diam dan percayakan ini padaku!" Lion menempelkan jemarinya di bibir Lusi. Ia sangat ingin membuat Lusi kembali mempercayainya. Lusi pun menganggukkan kepala. Mereka berdua kini memasuki rumah megah itu tanpa ada rasa gusar ataupun cemas. Meski begitu, sayangnya ketika mereka berada di depan pintu rumah tersebut, keduanya mendapat lemparan daging busuk yang masih segar. "Bagus sekali, pelayan! Terima kasih karena sudah menyambut pewaris utama di keluarga ini dengan baik! Kalian boleh pergi, sekarang!" pekik Ibu Lion dengan tatapan penuh kebencian. "Keterlaluan!
Terakhir Diperbarui: 2024-08-06
Chapter: Kau Sudah Gila, Lion!Lusi dan Lion dengan cepat kembali ke kediaman Lion.Perjalanan hari itu sungguh panjang dan melelahkan untuk Lusi.Sebab, keduanya harus mengurus visa Lusi."Kenapa kita ke sini, Lion?" bingung, Lusi."Dua hari lagi, aku mau ajak kamu ke rumahku."Deg!"A--apa katamu? Ke rumahmu, Lion? Ke--kenapa?" Lusi menelan ludahnya sendiri. Ia tak menyangka hal ini akan terjadi."Sekali lagi membantah, kau bisa saja kuusir dari sini, dan kita akan langsung membatalkan perjanjiannya, Lusi!" Lion mengancam Lusi dengan kata-katanya. Lelaki itu telah bersumpah bahwa dia tak akan mau memberikan jaminan apapun jika Lusi memutuskan untuk berhenti. Lusi hanya bisa mengerutkan bibirnya dan pergi.Namun, Lion tak mempermasalahkannya. Pasalnya, dia sedang memikirkan rencana selanjutnya. Drrt!Getaran ponsel membuat Lion sadar ada panggilan untungnya."LION! APA YANG KAU LAKUKAN?""Halo Roger, tumben sekali kau menelponku? Ada apa, Kak?" tanya Lion cepat.Ia sudah mengira jika saudaranya sendiri akan me
Terakhir Diperbarui: 2024-07-15
Chapter: Pre-wedding Tak TerdugaLangkah Lusi terhenti.Tubuhnya kembali gemetar ketika Lion mengatakan perihal kematian.Alhasil, ketika Lion pergi, Lusi langsung mencegahnya. "Lion, tunggu!" teriak Lusi. Ia menarik paksa tangan Lion, sampai lelaki itu berhenti dan menatapnya."Ya, ada apa?""A--aku menerima tawaranmu!" Lusi mendadak gugup. Tapi, ia tetap menjawabnya. Entah ini kebodohan Lusi atau bukan. Karena nyatanya, Lusi menerima tawaran Lion, padahal dia belum tahu, pekerjaan apa yang harus dilakukannya. "Apa kau yakin? Jika kau menerimanya, kau tidak akan bisa mundur, Lusi!" Lion menahan senyum. Diam-diam, ia mengambil hp dari dalam saku celananyadan menyalakan perekam suara. "Bagaimana, apa kau menerima tawarannya, Lusi? Kau tidak akan bisa mundur setelah ini!" Lion mengatakannya sekali lagi dengan nada tegas. Lantas, Lusi dengan hati yang mantap, menjawab, "Ya, aku menerima tawarannya, Lion."Lion tersenyum puas.Jika semula, dia ingin menemui klien tepat pada pukul dua siang. Sekarang, dia tidak i
Terakhir Diperbarui: 2024-07-15