Share

Ancaman sang Ibu

Lusi menghela napas. "Terserah apa katamu. Tapi, jika kedua orang tuamu cukup pintar seperti dirimu. Bisa saja mereka melakukan pelacakan dan menyelidiki dari mana aku berasal, dan apa saja kegiatan yang selama ini kulakukan, bukan? Bagaimana jika pada akhirnya, mereka tahu kalo aku hanya sebatas wanita murahan yang selama ini bekerja sebagai pelacur?!"

Tangan Lusi mengepal, menahan gemetar membayangkan itu semua.

"Hsst, diam dan percayakan ini padaku!" Lion menempelkan jemarinya di bibir Lusi. Ia sangat ingin membuat Lusi kembali mempercayainya.

Lusi pun menganggukkan kepala. Mereka berdua kini memasuki rumah megah itu tanpa ada rasa gusar ataupun cemas.

Meski begitu, sayangnya ketika mereka berada di depan pintu rumah tersebut, keduanya mendapat lemparan daging busuk yang masih segar.

"Bagus sekali, pelayan! Terima kasih karena sudah menyambut pewaris utama di keluarga ini dengan baik! Kalian boleh pergi, sekarang!" pekik Ibu Lion dengan tatapan penuh kebencian.

"Keterlaluan! Apa begini caramu menyambut anakmu sendiri, ha?!" Lion berteriak kencang sembari melototkan kedua mata.

"Anak yang mana maksudmu, ha?! Ibu tidak pernah punya anak yang membangkang dan bertindak semaunya kayak kamu, ya! Anak kayak gitu sudah jelas bukan anak kandungku! Kamu lebih buruk dari seekor babi, Lion!" jawab wanita paruh baya itu sembari bertepuk tangan, seolah ia sedang memberinya ucapan selamat atas label barunya di rumah ini.

"Prang!"

Lion bertindak brutal. Ia bersemangat untuk membanting barang-barang di sekitarnya. Mulai dari meja, kursi, hingga televisi.

"Ibu! Perhatikan sikapmu, Bu! Aku ke sini nggak sendirian, Bu! Aku ke sini bersama Istriku! Dan kau menyambutnya dengan daging busukmu itu?! Keluar kau dari rumah ini!" pekik Lion dengan wajah penuh amarah.

"Istri mana yang kau maksud itu, ha?! Kamu pikir, Ibu nggak ngerti kalo kamu nikah kontrak sama perempuan lain, karena kamu nggak mau dijodohkan sama Sisy?! Dasar, tolol! Kamu mau menghancurkan integritas keluarga ini kah, Lion?! Apa kau masih waras, ha?!" pekik sang ibu dengan nada tinggi.

Perempuan paruh baya itu kini menatap Lusi dengan tatapan kesal. Ia berjalan ke arahnya dan menjambak rambutnya.

"Ngaku, kamu! Kamu disuruh Lion untuk nikah kontrak, kan?! Ayo, ngaku!"

Sang Ibu terus saja menjambak rambut perempuan itu. Lusi yang diperlakukan seperti hewan liar, seketika menitikkan air mata. Tubuhnya gemetar, hingga dia tak mampu menjawab pertanyaan dari Ibu Lion.

"Brak!"

"Cukup, Ibu! Jangan berani menyentuh Istriku dengan tangan kotormu itu! Aku tidak sudi kau menyakitinya!" pekiknya sembari mendorong tubuh sang Ibu hingga jatuh ke lantai.

"Lion! Dasar keterlaluan! Berani kau mendorong Ibu dan membuatku jatuh, ha! Sejak kapan kau jadi anak durhaka sampai kau lebih memilih perempuan asing dariapda Ibu, ha?! Apa otakmu itu sudah tidak berfungsi, ha?!" pekik sang Ibu.

Wanita paruh baya itu berdiri dan mencengkeram kerah baju Lusi. Ia memberikan pukulan kepadanya beberapa kali, hingga pipinya memerah.

"Puas kamu, ha?! Lihat itu! Puas kamu bikin anak saya jadi pembangkang?! Dasar wanita kurang ajar?! Apa kau menggunakan cara kotor untuk merampas semua harta anakku?! Kenapa kau tega melakukan ini, ha?!" pekik sang ibu dengan nada tinggi.

Lusi yang berdiri di sana hanya bisa menundukkan kepala. Gadis itu sama sekali tak mampu melakukan apapun, kecuali menangisi nasibnya.

Namun, Lion yang merasa kesal, langsung saja melepasnya dengan mudah. Ia berjalan mendekati Lusi dan menggenggam tangan kanannya.

"Cukup, Bu! Tindakanmu itu keterlaluan!"

"Keterlaluan gimana, ha?! Ibu mana yang nggak kaget kalo kamu jadi anak durhaka kayak gini, Lion?!"

"Durhaka?! Kapan Ibu menyebutku penurut, ha?! Selama ini Lion selalu nurut sama Ibu! Tapi, untuk masalah hati, maaf, Bu! Yang berhak memutuskan itu Lion! Bukan Ibu!" Lion berteriak dengan nada kesal. Ia sama sekali tak menyangka jika perempuan sepertinya hanya akan menyusahkannya.

"Terserah apa katamu, Lion! Tapi, jika kamu nggak memutuskan hubungan dengan dia! Awas saja! Ibu tidak akan segan mengeluarkanmu dari KK dan menyita semua asetmu! Pikirkan itu!" jawab sang ibu dengan senyum licik di wajahnya.

Lusi yang mendengar hal itu seketika bergidik ngeri. Kini, ia merasa bersalah karena telah menjadi penyebab kericuhan keluarga Lion.

"Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status