Share

Bab 41

Penulis: Clarissa
Sean menatap Tiffany dengan serius dan suaranya juga penuh dengan ketulusan. Menyadari bahwa percakapan mereka semakin intim, Genta buru-buru memberi isyarat kepada Chaplin untuk meninggalkan ruangan.

Pintu ruang kerja pun tertutup. Wajah Tiffany memerah saat dia menatap Sean. "Iya."

"Tiffany." Suara Sean terdengar lebih dalam dan serius, "Dalam hubungan suami istri, nggak ada yang namanya utang budi."

Tiffany mengangguk pelan. "Oh ... oke, aku nggak akan mengatakannya lagi."

Sean mengusap keningnya, "Bukan hanya nggak boleh mengatakannya, tapi juga nggak boleh mikir seperti itu."

"Tapi aku merasa sudah berutang budi besar padamu. Kalau nggak mikir seperti itu, aku harus mikir gimana?" tanyanya dengan polos.

Melihat betapa polos dan bodohnya Tiffany, Sean tersenyum tipis. "Kamu bisa menggantinya dengan sesuatu yang sepadan."

"Apa itu?" tanya Tiffany dengan penasaran.

"Kau berutang padaku seorang anak."

Tiffany langsung terdiam.

....

Meskipun Tiffany berhasil menghindari Thalia yang men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
heeemmm perlu d binasakan nih orang...
goodnovel comment avatar
Sarah Siraj
enggak punya adab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 42

    Tiffany menundukkan kepala sambil mengeluarkan buku dan catatan dari tasnya. "Punya uang memang hebat." Sejak neneknya jatuh sakit, Tiffany sangat berharap bisa menjadi orang kaya. Sekarang dia memang sudah menjadi istri orang kaya, tetapi dia masih merasa bahwa hidupnya terasa tidak nyata."Nggak bisa dibilang begitu," kata Julie, cemberut. "Kalau perlu, suruh saja Sean datang dan mempermalukan Leslie. Biar dia berlutut dan minta maaf padamu!"Tiffany menggelengkan kepala. "Lupakan saja.""Kenapa?" tanya Julie dengan bingung."Kalau memang berniat mengejekku, mereka akan selalu menemukan caranya. Kalaupun aku membuktikan bahwa Sean bukan pria tua, jelek, gemuk, dan botak, mereka tetap akan mengejeknya cacat." Tiffany menarik napas panjang dan memasang earphone-nya. "Omongan orang lain nggak usah didengar."Tiffany menikahi Sean untuk merawatnya dan dia tidak ingin menambah masalah bagi Sean.Julie menghela napas dengan kesal. "Jadi Leslie bisa mengejekmu seenaknya?" Jika tidak bisa me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 43

    Tiffany mengerutkan kening melihat pesan itu. Baru saja dia ingin membalas pesan Genta untuk menyuruhnya tidak usah repot-repot, tiba-tiba terdengar keributan di sekitarnya. Secara refleks, Tiffany mendongak dan melihat Taufik yang sudah mendekati usia 50-an itu, berjalan dengan penuh hormat ke arahnya."Nyonya, saya menggantikan Genta untuk menjemput Anda pulang."Suasana langsung menjadi gempar. Mata Leslie terbelalak lebar. "Ayah!" serunya.Taufik menoleh dan menatapnya tajam. "Aku sedang kerja!" Setelah itu, dia kembali menatap Tiffany dengan senyuman penuh hormat. "Nyonya, silakan lewat sini."Tiffany merasakan kepalanya berdenyut. Orang yang disebutkan Genta untuk menjemputnya ternyata ayah Leslie?Suara bisikan di sekitar semakin keras, sedangkan wajah Leslie berubah pucat. Akhirnya, Leslie berlari ke arah Taufik dan mengadangnya. "Ayah pasti lagi bercanda, 'kan? Memangnya Ayah ini siapa? Kenapa Ayah malah jemput jalang rendahan seperti Tiffany ini pulang?""Seberapa hebat gadun

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 44

    Tiffany mengerutkan kening. "Bisa nggak, lain kali nggak usah suruh orang untuk jemput aku lagi? Aku sudah pelajari rute busnya. Dari kampus ke rumah cuma perlu dua kali ganti bus. Mudah saja," lanjutnya.Sean tersenyum tipis. "Apakah dengan naik bus, teman-temanmu akan berhenti menggosipkanmu?"Tiffany terkejut. "Kamu ... tahu semuanya?" Namun setelah dipikir-pikir, jika Sean bisa mengirim ayah Leslie untuk menjemputnya, tentu dia juga sudah mengetahui apa yang terjadi di sekolah.Menyadari hal itu, Tiffany diam-diam mencuri pandang ke arah Sean. Awalnya, Tiffany mengira harus merawat Sean seumur hidup karena telah menikahinya. Namun sekarang, dia semakin merasa bahwa Sean adalah orang yang sulit ditebak.Bahkan sebagai orang yang sehat, Tiffany merasa justru dia yang lebih banyak mendapatkan perhatian dari Sean ....Sean tersenyum tipis lagi. "Kamu benar-benar mengira aku ini pria buta yang nggak peduli dengan apa yang terjadi di luar sana?" Nada bicara Sean terdengar agak mencemooh

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 45

    Tiffany sibuk di dapur selama satu setengah jam. Setelah menaruh hidangan terakhir di meja makan, dia menatap masakan yang tersaji dengan penuh kepuasan, lalu berlari kecil ke arah Sean. "Aku sudah selesai. Kamu mau makan sekarang atau nanti?"Suara Tiffany yang manis menyapa telinga Sean dan dia menjawab dengan tersenyum, "Sekarang.""Kudorong ke meja makan ya," kata Tiffany dengan suara yang penuh semangat. "Aku masak masakan andalanku malam ini. Coba cicipi dan beri tahu aku mana yang paling kamu sukai. Aku bisa memasaknya setiap hari untukmu!"Sambil berbicara, dia mendorong kursi roda Sean ke meja makan. Setelah sampai di sana, Tiffany menyerahkan sebuah sendok dengan senyum lebar. Namun kemudian, dia merasa ada yang kurang tepat. "Oh, aku lupa kamu nggak bisa lihat .... Gimana kalau kusuapi saja?"Sean meliriknya dengan tenang dan tidak bersuara, tetapi dia menyerahkan sendoknya kepada Tiffany dengan patuh. Tiffany mengambil sendok itu dengan hati-hati, lalu mengambil sedikit ika

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 46

    "Kalau kamu kangen sama Nenek, datang saja sendiri. Jangan bawa Sean dulu," ucap Kendra.Hati Tiffany perlahan-lahan semakin cemas. Dia berkata dengan suara rendah, "Aku mengerti."Baru saja Tiffany menutup telepon dari pamannya, bibinya telah meneleponnya. Ini sudah ke-60 kalinya Thalia meneleponnya dalam beberapa hari terakhir. Berhubung kampus Tiffany terlalu besar dan Thalia tidak tahu di mana tempat tinggalnya, satu-satunya cara adalah terus-menerus membombardirnya dengan panggilan telepon.Tiffany meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap layar yang menampilkan nama "Bibi Thalia" dengan perasaan kacau. Setelah beberapa saat, panggilan itu akhirnya berhenti. Namun, Thalia mengirimkan sebuah pesan teks.[ Nak, aku tahu apa yang paling kamu takuti sekarang. Kalau kamu nggak mau nenekmu tahu kamu menikahi seorang pria buta, bawa uang ke sini! ]Tiffany mengernyit dan merasa tubuhnya mulai dingin saat membaca pesan tersebut. Pamannya baru saja memperingatkannya untuk tidak membiar

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 47

    Vernon baru dirawat selama tiga hari, mana mungkin biayanya bisa mencapai 200 juta?Di ujung telepon, Thalia terdengar meremehkan. "Kenapa nggak mungkin? Vernon mengalami cedera serius pada ... bagian pentingnya ...." Thalia tiba-tiba tersadar bahwa topik ini sangat memalukan. Dia kemudian berdeham sejenak dan mengalihkan pembicaraan, "Pokoknya, Vernon terluka parah."Namun, suara Thalia tiba-tiba berhenti sejenak. "Tunggu, kenapa kamu bisa tahu Vernon sudah tiga hari dirawat?"Thalia bahkan tidak memberi tahu Kendra soal Vernon yang terluka parah setelah berkelahi dan hampir kehilangan alat vitalnya. Selama beberapa hari ini, Tiffany juga tidak pernah mengangkat teleponnya. Ini adalah pertama kalinya Thalia menyebutkan tentang Vernon yang dirawat di rumah sakit.Jadi, bagaimana Tiffany bisa tahu bahwa Vernon sudah dirawat selama tiga hari?"Kamu tahu sesuatu tentang Vernon yang dipukuli, bukan?" Suara Thalia tiba-tiba meninggi. "Jangan-jangan kamu terlibat dalam masalah ini?"Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 48

    "Besok akan kuantarkan langsung ke kamar pasien untukmu." Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan, "Kamu kirimkan saja alamatnya padaku nanti."Setelah menutup telepon, Tiffany duduk bersandar di bawah pohon besar di taman kecil dan mencoba untuk menenangkan diri. Hanya Tuhan yang tahu seberapa banyak mental yang terkuras saat dia berbicara dengan Thalia tadi!Tiffany memiliki kelemahan, yaitu pikirannya sering kali lambat dalam menanggapi situasi. Misalnya, saat bertengkar dengan seseorang, dia sering kali baru menemukan cara untuk membalas argumen itu setelah orang tersebut pergi.Setelah beberapa kali mengalami hal ini, Tiffany menyadari bahwa dia bukan tipe orang yang pandai berdebat atau bersiasat. Oleh karena itu, dia selalu berusaha untuk menghindari masalah dan tidak memulai konflik jika memang bisa dihindari.Ucapan yang dikatakannya kepada Thalia di telepon tadi adalah hasil dari renungannya selama beberapa hari menolak menjawab telepon dari Thalia. Namun, memikir

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 49

    "Khawatir ...." Tiffany menguap lagi dan hampir saja menceritakan tentang masalahnya dengan Thalia. Namun kemudian, dia tersadar dan segera menutup mulutnya.Akal sehatnya mengatakan bahwa masalah ini tidak boleh diberitahukan kepada Sean. Mengeluh tentang uang kepadanya akan terlihat seperti meminta uang secara tidak langsung.Jadi, dia tersenyum dan mencoba mengalihkan perhatian dengan berkata, "Aku cuma khawatir sama ujian fisika hari ini.""Aku memang nggak pandai fisika," tambahnya dengan agak gugup. Bulu matanya bergetar dan pandangannya terlihat bingung.Sean mengerutkan kening, tetapi memutuskan untuk tidak membongkar kebohongannya. "Kalau begitu, sebaiknya kamu belajar baik-baik."Tiffany berpikir sejenak, lalu melanjutkan, "Apa aku bisa pulang lebih lambat setelah sekolah nanti? Nggak usah suruh Pak Genta jemput aku. Aku mau belajar di perpustakaan, lalu pulang sendiri naik bus. Boleh?"Setiap hari dijemput oleh Genta terasa lebih seperti sebuah pengawasan dan penghalang kebe

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 463

    Sean terbangun pada malam hari. Saat dia membuka matanya, Tiffany sudah duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangannya sambil tertidur. Di dalam kamar, selain dia dan Tiffany, ada Bronson, Zara, Derek, dan Darmawan.Sean mengerutkan kening sedikit, lalu dengan bantuan Sofyan, dia memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur. "Paman Bronson, Kakek Derek.""Kenapa manggil Paman dan Kakek? Sekarang sudah seharusnya manggil Ayah dan Kakek." Derek menghela napas pelan, "Kami sudah tahu semuanya, jadi kami datang ke sini khusus untuk mendukung Tiffany."Sean sontak terpaku. Dia mengangkat pandangannya ke arah Zara yang berdiri di belakang Bronson. Zara tersenyum padanya, lalu memalingkan wajah.Sean merenung sejenak dan segera memahami alasan di balik semua ini. Dia tidak menyangka Sanny akan menyuruh Genta untuk menyerangnya. Namun, Zara bisa menduganya.Bisa dibilang, setelah lebih dari satu dekade bersama, Zara lebih mengenal Sanny dibanding dirinya sendiri. Fakta bahwa Keluarga Japa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 462

    Tiffany-lah yang menolak mengadakan acara dan tidak ingin mengambil foto pernikahan. Dia sendiri yang mengusulkan untuk langsung mendaftarkan pernikahan mereka dan menganggapnya sudah cukup.Sebab, dia terburu-buru ingin Keluarga Tanuwijaya segera menggunakan uang itu untuk mengobati neneknya.Pada saat itu, Darmawan memang sempat berpikir untuk mengadakan pernikahan yang layak untuk Tiffany di kemudian hari. Sekarang Derek yang mengusulkannya, Darmawan juga tidak keberatan."Kalau begitu, kita putuskan begitu saja!" Derek menghela napas panjang, "Waktu pernikahan ulang nanti, pastikan setiap anggota Keluarga Tanuwijaya datang satu per satu untuk meminta maaf sama cucuku!"Setelah berkata demikian, dia melotot dengan sengit ke arah Darmawan, "Termasuk kamu juga! Cuma dengan beberapa ratus juta saja kamu bawa pulang cucu kesayangan kami. Terlalu murah untukmu!Darmawan tersenyum dan mengangguk, "Benar, benar, memang Keluarga Tanuwijaya yang diuntungkan.""Hmph!" Derek mengelus janggutny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 461

    "Tiffany sudah bangun!?" Derek segera mendekat dengan wajah penuh kejutan dan kebahagiaan sambil menggenggam tangan Tiffany dengan penuh kasih, "Cucu kesayanganku! Keluarga Tanuwijaya siksa kamu ya?"Tiffany terpaku sejenak sebelum menyadari bahwa Derek sengaja mengatakan hal itu di depan Keluarga Tanuwijaya. Derek berbaik hati mengatakan Tiffany adalah anak Keluarga Japardi dan tentu saja Tiffany tidak bisa merusak rencananya.Oleh karena itu, dia tersenyum ringan sambil menggenggam tangan pria tua itu. "Nggak, Kakek Darmawan memperlakukanku dengan sangat baik, nggak ada yang menyiksaku."Derek mengerutkan kening dan merenung sejenak, "Kamu bilang, Kakek Darmawan nggak menyiksamu. Itu berarti, orang lain di Keluarga Tanuwijaya yang menyiksamu, bukan begitu?"Tiffany tertegun, lalu buru-buru menggeleng, "Nggak! Nggak! Semua orang di Keluarga Tanuwijaya memperlakukanku dengan sangat baik."Kecuali Michael dan Sanny."Omong kosong!" Derek mendengus dingin, "Jangan pikir aku nggak tahu ap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 460

    "Jelas-jelas yang menentang adalah anggota keluargamu!"....Tiffany perlahan-lahan membuka matanya. Pertengkaran macam apa ini ...."Nyonya, kamu sudah bangun?" Sofyan segera mengambilkan segelas air saat melihat Tiffany sadar. "Masih sakit nggak?"Ketika melihat Sofyan, Tiffany secara naluriah bergerak mundur. Kemudian, dia bertanya, "Di mana Sean?"Sofyan termangu sejenak. Dia tahu Tiffany menganggap dirinya sama seperti Genta. Jadi, sesudah menghela napas dan menyodorkan air itu kepada Tiffany, dia menjelaskan, "Begini, dulu aku dan Genta dipilih oleh Nona Sanny untuk melayani Tuan Sean.""Setelah Nona Sanny hilang tanpa kabar, kami cuma mendengar perintah Tuan Sean. Sekarang Nona Sanny kembali dan ingin mengendalikan kami lagi.""Genta mendengarkan perintahnya karena memikirkan hubungan lama di antara mereka. Aku nggak punya cara lain, jadi terpaksa berpura-pura patuh. Tapi, di belakang ...."Sofyan menghela napas lagi. "Kamu belajar ilmu medis, jadi seharusnya tahu obat yang dibe

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 459

    Sanny menandatangani surat perjanjian itu dengan tangan gemetaran. Di sisi lain, Carla dihajar sampai babak belur. Dia kesakitan hingga tergeletak tak berdaya di lantai sambil memohon, "Kumohon, jangan pukul aku sampai mati .... Pamanku ...."Sanny akhirnya tidak tahan lagi. "Jangan terus sebut pamanmu!" Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mendekat dan meraih kerah baju Carla dan menamparnya."Pamanmu sekalipun harus berlutut kepada Keluarga Japardi! Kalau kamu menyinggung Keluarga Japardi, nggak akan ada yang bisa menolongmu! Sebaiknya kamu cepat pergi dari sini!"Carla termangu, tahu Sanny sedang memberinya kesempatan. Tanpa berani berbasa-basi lagi, dia bergegas meninggalkan tempat itu dengan wajah babak belur."Zara, kita pergi." Bronson menguap. "Kita harus ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya. Menurut karakter ayahku, dia bisa merobohkan rumah orang kalau aku nggak menahannya."Zara mengangguk, lalu menepuk debu di pakaiannya dan mengikuti Bronson dengan tenang. Di sisi lain, Sanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 458

    Wajahnya mirip, tetapi tatapan dan auranya berbeda. Zara yang berada di bawah kendali Sanny tidak pernah semenawan dan sepercaya diri ini."Zara." Bronson memijat pelipisnya dan menunjuk Carla. "Habisi dia.""Baik." Zara memberi hormat dengan sopan, lalu menghampiri dengan elegan. Saat berikutnya, dia meraih kerah baju Carla dan meninjunya."Lepaskan aku! Kamu nggak boleh menyerangku! Pamanku ...," pekik Carla."Pamanmu juga nggak bisa menolongmu." Zara tersenyum tipis. "Mampuslah kamu, siapa suruh kamu menindas nonaku?"Selama beberapa tahun ini, banyak hal yang dipelajari Zara dari Sanny. Selain kecerdasan emosional seperti merayu pria, masih ada kemampuan bertarung. Meskipun masih kalah dari Genta dan Chaplin, setidaknya ini sudah lebih dari cukup untuk menghajar wanita.Teriakan histeris Carla bergema di koridor, tetapi Bronson seolah-olah tidak mendengarnya. Dia mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, lalu menyalakannya."Omong-omong tentang Zara, masih ada masalah yang harus ki

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 457

    Buruk .... Kata ini sering dilontarkan oleh Sanny. Bahkan, dia juga mengatakan latar belakang Tiffany sangat buruk.Siapa sangka, kata ini malah kembali pada dirinya, kembali pada Keluarga Tanuwijaya. Namun, tidak ada salahnya karena yang berbicara adalah anggota Keluarga Japardi.Sanny yang berlutut di lantai hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat. Setelah menggertakkan gigi, dia menyahut, "Aku tahu Keluarga Tanuwijaya berada di bawah Keluarga Japardi. Tapi, ini adalah urusan pribadi Sean dengan Tiffany. Sebagai keluarga, sebaiknya kita nggak ikut campur."Jika yang dikatakan Bronson benar, Tiffany adalah putri Keluarga Japardi, Sanny tentu tidak bisa memisahkan Sean dengan Tiffany.Semua orang tahu bahwa Keluarga Japardi tidak punya anak laki-laki dan hanya punya anak perempuan. Jika Tiffany adalah putri Bronson, berarti Sean adalah menantu Keluarga Japardi.Seluruh aset Keluarga Japardi akan jatuh ke tangan Sean dan Tiffany suatu hari nanti. Asal tahu saja, aset Keluarga Tanuw

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 456

    Usai mengatakan itu, Derek menatap Sanny dengan tajam.Sanny segera menunduk. "Aku mengerti.""Kamu dan kamu." Derek menunjuk Sofyan dan Chaplin. "Bawa mereka dan ikut aku."Sanny tertegun sesaat sebelum berkata, "Kakek Derek, apa maksudmu? Kondisi Sean nggak baik. Dia harus diopname ....""Opname kepalamu!" Derek mendengus. "Kalau terus di sini, kamu pasti akan melakukan sesuatu lagi. Aku nggak percaya padamu."Derek memelototi Sofyan. "Bawa mereka berdua ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya. Aku mau suruh kakek tua itu jaga mereka baik-baik. Cucu-cucunya telah melukai cucuku!"Sofyan mengangguk. "Baik." Kemudian, dia dan Chaplin membawa Sean dan Tiffany ke lift.Derek menguap, lalu melirik Bronson. "Aku serahkan sisanya kepadamu. Setelah beres, kamu langsung ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya. Kita harus membuat perhitungan dengan pria tua itu.""Baik." Bronson mengangguk, lalu menatap ayahnya pergi bersama kedua orang tadi. Pintu lift akhirnya tertutup.Bronson menoleh menatap Sanny den

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 455

    Carla yang berdiri di samping pun membelalak. "Kak ...."Ucapan Sanny ini sama dengan mengakui bahwa Sean dan Tiffany tak terpisahkan. Lantas, bagaimana dengan dirinya?Carla memegang dinding untuk menopang tubuhnya. Dia datang ke hadapan Sanny dengan susah payah. "Bukannya kamu bilang mereka akan cerai sebentar lagi? Aku calon istri Sean, 'kan?"Derek mengelus janggutnya sambil tersenyum tipis. "Dik, kamu bilang kamu calon istri Sean? Kalau Sean kehilangan tangannya, apa kamu masih mau sama dia? Kamu akan melayaninya nggak?"Begitu mendengarnya, Carla sontak termangu. Dia tentu tidak bersedia! Saat mengetahui Sean buta saja, dia menolak untuk menikah! Jika Sean tidak mengklarifikasi kebenaran, Carla tidak mungkin mempertimbangkan Sean!Lagi pula, siapa yang akan sebodoh Tiffany, menikah dengan orang cacat? Namun, Carla tidak berani mengungkapkan pemikirannya ini. Dia tersenyum tulus sambil menyahut, "Tentu saja mau!"Carla mengira jawabannya ini akan menunjukkan ketulusannya terhadap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status