Di depan matanya sendiri, Alexana Bliss menyaksikan tunangannya tengah berhubungan badan dengan adik tiri yang menyiksa Xana selama 13 tahun belakangan ini.
“Hmmhh, aaahh!”
Desahan kedua manusia laknat itu saling bersahutan sementara Xana menutup mulutnya dnegan telapak tangan, menahan suara apa pun yang ingin keluar.
Saat ini pukul 1 dini hari. Xana baru saja pulang kantor dan berniat untuk mengejutkan sang kekasih. Sebelumnya ia memang mengatakan kalau ia tidak bisa menemui Lius, tunangannya tersebut, karena harus lembur.
Xana datang dengan mengendap-endap, toh ia tahu sandi kamar apartemen bernomor 32 tersebut.
Namun, sesampainya ia di sana tadi, Xana mendengar suara-suara tidak senonoh dari dalam kamar Lius dan menyaksikan perselingkuhan pria yang paling ia percaya tersebut dari sela-sela pintu kamar yang terbuka.
Rasa sesak di dada muncul hingga mengguncang hatinya. Dunia tempat ia berpijak terasa hancur hingga membuatnya jatuh ke lubang tak berujung.
Akan tetapi, pada akhirnya, Xana keluar dari sana tanpa menimbulkan suara apa pun, sama seperti saat ia masuk.
“Aaaargh!” Baru ketika ia ada di jalanan yang sepi, Xana mulai berteriak. Ia merasa seperti sedang dipermainkan, hingga kemudian Xana tertawa.
Sekalipun air mata mengucur deras dari sepasang matanya.
“Hahaha, dasar berengsek!”
Kakinya yang sudah berusaha melangkah itu mulai runtuh. Wanita itu jatuh, terduduk di lantai trotoar di malam yang sepi, dingin, dan sunyi. Tawanya masih ada, disertai air mata. Ada rasa sakit yang tidak bisa digambarkan, juga rasa pilu yang membuatnya frustrasi.
Karena perasaan-perasaan itu pula, Xana kemudian memaksakan dirinya untuk bangkit dan melakukan sesuatu untuk menghibur dirinya.
Di malam yang sama itu pula, Xana mengganti pakaian formal kantornya menjadi sebuah gaun hitam yang indah, glamor dan sangat terbuka. Wajahnya masih pucat, tapi sepasang matanya tidak sayu sekalipun agak sembab.
Wanita itu berjalan menuju kelab yang tak jauh dari sana.
Di dalam sana, pesta sedang berlangsung. Suara musik dan tawa terdengar dengan begitu jelas, seakan mengatakan kalau dunia tidak akan peduli pada perasaan Xana yang sedang hancur karena melihat tunangannya berselingkuh tadi.
Xana tak akan bisa menikmati pesta, sehingga ia hanya duduk di depan meja tempat bartender berada sambil terus meminum alkohol dalam kadar yang tinggi.
“Berikan aku minuman lagi,” gumam Xana yang sudah mabuk sepenuhnya.
“Nona, Anda sudah mabuk,” kata bartender tersebut.
“Tidak, tidak. Bagaimana mungkin aku mabuk?” balas Xana sebelum kembali tertawa. Matanya sudah tidak fokus dan tubuhnya tidak dapat duduk tegap lagi. Wajah wanita itu pun sudah memerah. “Aku masih bisa merasakan rasa sesak ini. Aku juga masih ingat kejadian menjijikkan tadi. Jadi, bagaimana mungkin aku sudah mabuk?”
“Apa ada keluarga Anda yang bisa dihubungi?”
Xana diam. Fokus pada pandangannya yang mula berputar, membuat tubuhnya makin condong ke sisi dan akhirnya tumbang ke samping.
Di saat yang bersamaan, seorang pria yang sejak tadi ada di sebelahnya menangkap tubuh Xana yang terjatuh.
“Uh, lepaskan aku,” protes Xana saat merasakan sepasang tangan kokoh itu setengah memeluknya. Ia masih berusaha untuk sadar.
Pelukan itu terlepas, tetapi kedua telapak tangan Xana masih berada di dada bidang pria yang tadi menangkapnya. Menopang tubuhnya yang tak sanggup duduk dengan benar.
Xana berusaha membuka matanya dan melihat wajah pria yang tengah berdiri di hadapannya.
“Hei, kau tampan sekali,” gumam Xana sambil tersenyum.
Wajah di hadapan Xana itu memiliki garis rahang yang tegas, rambut hitam pekat, dan tubuh tinggi yang kekar. Kulit pria itu tak terlalu putih, tetapi berkilau dan bersih, bagaikan pahatan patung yang dibuat dengan hati-hati hingga menjadi karya yang sempurna.
“Apa kau keluar dari imajinasiku?” gumam Xana lagi. “Wajahmu sesuai sekali dengan seleraku. Sayangnya aku harus realistis dan jadi memilih pria berengsek itu.”
Xana kembali tertawa.
“Apa Anda mengenalnya, Tuan?” tanya bartender pada si pria asing.
Pria itu menatap Xana yang kini menyentuh wajahnya. Bahaya meninggalkan wanita yang sudah tidak sadar tersebut di sini sendirian.
“Ya.” Pada akhirnya, pria asing tersebut menjawab. “Aku mengenalnya, aku akan membawanya pulang.”
Aland Elanz, sosok pria berwajah sempurna yang menolong Xana.
Tubuh Xana lalu diangkat oleh Aland, menggendongnya hingga masuk ke dalam mobil Bugatti Chorin yang terparkir di base kelab.
“Hei. Katakan padaku di mana rumahmu.” Aland kemudian bertanya, tapi tidak mendapatkan jawaban
Xana terus menjawab jika ia ingin minum dan tak ingin pulang sampai rasa sakitnya hilang.
Tak mendapatkan jawaban dari Xana membuat Aland melakukan langkah sendiri. Pria itu membawa Xana ke sebuah hotel mewah terdekat dari sana.
Aland memesan satu kamar untuk Xana tempati malam ini dan menggendong wanita itu hingga ke dalam kamar.
Tubuh Xana dibaringkan di atas ranjang, Aland juga melepaskan sepatu heels berwarna hitam itu.
Setelah itu, Aland merasa ia sudah cukup membantu sampai disini dan hendak pergi.
Namun, saat Aland hendak berbalik, lengan kirinya tiba-tiba ditarik oleh Xana.
“Hei, jangan tinggalkan aku.” Wanita itu berucap sambil tertawa kecil. Pandangan matanya yang tidak fokus terarah ke wajah tampan Aland. “Mumpung kamu datang ke mimpiku, bagaimana kalau kita bersenang-senang?”
Xana menarik lengan Aland sampai tubuh Aland terjatuh di atas ranjang. Dengan cepat, wanita itu kemudian bangkit dan menempatkan dirinya di atas tubuh Aland. Jari-jari Xana mulai membelai wajah tampan itu.
“Jadilah milikku,” bisik Xana pelan. Senyuman di wajahnya seperti sedang menggoda. Tangan Xana meraba dada kekar pria itu dengan perlahan.
Sentuhan Xana berhenti ketika pergelangan tangannya dicengkram kuat oleh Aland.
“Kau tidak akan menyesal?” tanya Aland, datar.
“Penyesalan tidak ada dalam kamusku,” seringai Xana.
Tak menunggu lama, Aland langsung membalikan posisi mereka.
Kini tubuh ramping Xana lah yang berada dibawahnya. Dengan perlahan pria itu mencium bibir Xana hingga menjadi lebih kasar dan tak terkendali.
Malam itu menjadi malam panas pertama antara Xana dan Aland.
***
“Ini adalah sebuah kesalahan,” ucap Xana keesokan harinya. Ia masih duduk di ranjang, belum berbusana. Sementara pria yang menolongnya kemarin malam berbaring di sebelahnya. “Maaf.”
Aland tersenyum miring. “Katamu, kau tidak akan menyesal.”
Teringat akan ucapannya semalam, Xana berdeham. Samar-samar ia mengingat sensasi mendebarkan saat ia menghabiskan malam penuh gairah dengan pria ini. Sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
Maksud Xana–yang benar saja! Dia ini pria asing, meskipun memang wajah itu adalah tipenya.
Dan dia melakukannya setelah melihat perselingkuhan tunangannya!
Tunggu … benar juga. Tunangannya berselingkuh.
Sementara itu, perlahan Aland bangkit duduk. “Lalu maumu sekarang bagaimana?” tanyanya.
Pertanyaan dari pria itu seperti memunculkan sebuah ide dalam kepala Xena.
“Karena aku yang menyebabkan kesalahan ini, aku akan bertanggung jawab,” ucap Xana kemudian, dengan wajah dingin sambil menatap Aland.
Pria dengan wajah tak berekspresi yang juga sedang menatap dirinya.
“Aku akan memberikan kompensasi yang besar. Tetapi kau harus melakukan sesuatu untukku,” lanjut Xana.
Aland menyeringai. “Setelah mengambil keuntungan dariku sekarang kau menginginkan lebih dari ini,” balasnya.
“Dua miliar,” ucap Xena kemudian. “Jadilah kekasihku selama seminggu. Setelah aku membatalkan pertunanganku dengan kau sebagai alatnya, kau akan mendapatkan uangnya.”
Aland terdiam. Sorot matanya yang tajam tampak tenang.
“Baiklah,” ucap pria itu pada akhirnya. “Tapi aku juga punya syarat.”
“Katakan,” jawab Xana.
Pria itu bergeser mendekat, membisikan kalimat yang membuat Xana terpaku.
“Berikan malam-malammu untukku.”
Bersambung….
“Berikan malam-malammu untukku.”Secara terbuka, Aland meminta bahwa Xana harus bersedia tidur bersamanya.“Heh.” Xana terkekeh pelan. Penawaran pria ini cukup menarik juga. “Kupikir kau merasa dirugikan semalam.”Aland menyeringai, tapi tidak mengatakan apa pun.Sementara itu, Xana tanpa pikir panjang dengan percaya diri menyetujui persyaratan yang Aland ajukan padanya. Meski ia tidak tahu, siapa pria asing tersebut dan apa latar belakang dari Aland.Dalam pikiran Xana saat itu hanyalah membalas pengkhianatan Lius dan adik tirinya dengan cara yang tidak kalah menyakitkan.***6 hari kemudian ….Xana sudah mencari bukti perselingkuhan antara Lius dan Julie, adik tirinya. Namun, penyelidikannya membuahkan hasil yang di luar dugaanXana mendapatkan bukti bahwa adiknya tengah mengandung anak dari mantan tunangannya itu. Hal itu akan menjadi bukti yang kuat untuk pembatalan pertunangan dan dengan bukti itu juga Xana jadi mengetahui bahwa mereka sudah berselingkuh selama lebih dari 2 bula
“Pembalasan akan segera dimulai.”Tanpa Xana dan Aland sadari, Julie Bliss, adik tiri Xana, sedang melihat mereka dari jendela kamarnya di lantai dua. Julie mengerutkan keningnya, dengan perasaan heran wanita itu bergegas menuju ruang makan. Di sana ayah dan ibunya juga baru saja tiba untuk sarapan.Tak lama kemudian, Xana dan Aland tiba di ruang makan. “Selamat pagi Ayah, Bibi Hilda, dan Julie, maaf datang tanpa mengabari lebih dulu,” sapa Xana dengan senyum lebar yang dingin.“Xana, kau datang,” sapa balik Bernan yang kaget dengan kedatangan putri pertamanya. Semua mata tertuju pada pria yang tengah berdiri di sebelah Xana dengan tatapan bingung sekaligus penasaran. Wajah yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.“Ayo duduk, kita makan bersama,” lanjut Bernan.Xana menggandeng lengan Aland dan berjalan bersama menuju kursi. Mereka duduk bersebelahan di sisi kanan Bernan. Semua mata terus menatap wajah asing itu dengan tatapan yang penuh dengan pertanyaan.“Ayah, kenalkan dia Aland,”
Sesuai janji yang telah dibuat, pukul 10 Xana sudah tiba dilokasi tempat pertemuannya dengan Nyonya Elanz. Xana sampai lebih dulu jadi dia menunggu dengan santai. Di restaurant tempat Xana berada berita yang sedang tayang di televisi merebut perhatiannya.Berita yang menayangkan mengenai Elanz Company yang tengah memperluas bisbis mereka dibidang otomotif.Pembawa berita: “Tidak hanya sukses membuat banyak brand dibidang fashion dan perhiasan, Elanz Company sudah mulai bergerak memperluas jangkauan bisnis mereka dibidang otomotif hingga bekerjasama dengan Perusahaan luar negeri. Merek baru mereka diperkirakan akan diluncurkan pada akhir tahun ini. Banyak pihak yang menduga jika merek baru mereka dipegang sepenuhnya oleh putra Tunggal keluarga Elanz yang tak pernah tampil di public hingga sekarang. Bahkan tidak ada yang pernah tau wajah bahkan namanya. Apakah ini pertanda jika Elanz Company akan segera beralih sepenuhnya ke Putra Tunggal mereka?”Topik berita yang sering Xana dengar ka
“Tolong maafkan aku, ku mohon kembalilah bersamaku.” Lius langsung memeluk Xana dengan erat. Xana berteriak dan berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga tetapi tak bisa.PLAK, pukulan keras yang Aland lepaskan ke wajah Lius. Xana langsung bersembunyi dibalik punggung Aland. “Sepertinya kau tak mengerti bahasa manusia,” geram Aland, tatapan mata tajam dengan wajah datar.Lius terdiam membisu dengan ekspresi takut. Ekspresi yang sama ketika ia bertemu dengan Aland saat membuat keributan kantor Xana. Lalu Aland menarik tangan Xana dengan keras menuju mobilnya. Tubuh Xana bersandar dimobil sambil dihampit oleh tubuh Aland.“Berani sekali kau kabur dariku,” kata Aland dengan sorot mata tajam. Tubuh mereka yang saling menempel dengan hanya ada jarak wajah beberapa centi saja.“Perjanjian kita hanya selama 7 hari, bukankah berarti perjanjian kita sudah selesai,” kata Xana, datar.“Hanya aku yang boleh memutuskan kapan hubungan ini berakhir.”“Tuan Elanz sepertinya kau lupa, akulah yang m
Berita: “Selama bertahun-tahun keluarga Elanz menyembunyikan identitas putra tunggal mereka. Hari ini mereka mengumumkannya secara resmi. Aland Elanz, pewaris satu-satunya yang akan segera mengambil alih Elanz Company dalam waktu dekat.”Mata Selna terbuka dengan lebar. Seseorang yang selalu ia pikirkan dengan prasangka buruk adalah putra tunggal konglomerat paling dihormati. Takdir memang tak pernah terduga.Sementara itu Xana yang merupakan penyebab dari kejadian ini masih terpaku melihat ke arah layar. Jadi ini kejutan yang Aland maksud untuknya. Kejutan yang jauh lebih mengejutkan dari perkiraan.Telapak tangan Selna memukul lengan sahabatnya. Menyadarkannya bahwa ini adalah kenyataan. “Wah, sebenarnya dimana kau mendapatkan pria seperti itu?” gumam Selna, begitu syok, ia bahkan tak tau harus berkata apa lagi.“Pantas saja marganya sama. Ternyata mereka adalah orang yang sama. Aku terlalu bodoh untuk jadi pengacara,” kata Xana. Berita yang datang secara tiba-tiba membuat otaknya m
Xana berbohong kepada keluarganya jika Aland mungkin akan datang terlambat. “Mungkin dia akan terlambat datang. Dia adalah orang yang sibuk, bukan seperti orang lain yang dapat menikmati makan malam dengan santai,” kata Xana, menyeringai.Xana lalu duduk dengan santai. Didepannya ada seseorang yang mungkin merasa tersindir oleh ucapannya. Tetapi Xana tak peduli.Makan malam berlangsung dengan damai. Untuk pertama kalinya Xana merasakan makan malam yang hangat untuknya. Walaupun itu karena pengaruh Aland tetapi Xana menikmati moment ini.Orang yang menjadi pusat perhatian pada malam ini tidak datang. Walaupun sosokmya tak ada tetapi namanya selalu terdengar. Selalu disebut dan membuat orang lain iri.“Makan malam sudah mau selesai, kapan dia akan datang?” sindir Hilda.“Apa kau sudah bertanya kapan dia akan sampai?” tanya Bernan.“Apa perlu dilakukan?” balas Xana, datar.“Sepasang kekasih tidak akan keberatan jika dihubungi oleh kekasihnya,” ucap Hilda, seolah sebuah sindiran pedas yan
Beberapa detik termenung Xana memutuskan untuk pergi ke Elanz company. Membuat kejutan untuk kekasihnya yang masih lembur.Xana datang sambil membawa cemilan malam. Suasana didalam kantor masih cukup ramai. Seperti sedadang tidak malam disana. Situasi disana seperti jam kerja pada umumnya. Perusahaan raksasa memang berbeda.Xana tiba di lift. Lift itu terbuka, mata Xana dan Lius bertemu. Ini memang kantornya jadi wajar jika bertemu.Huft, pertemuan yang tak pernah Xana inginkan terjadi. “Xana?” sapa Lius. Mendekati Xana.Tak ada jawaban dari wanita itu, ia langsung masuk ke dalam lift. Tetapi pria bengsek itu masih mengikutinya. Kembali ikut masuk ke dalam lift.Walaupun sudah tak dihiraukan tetapi ia bersikeras mendekati Xana. “Tolong bicaralah denganku. Aku tak bisa berpisah, aku masih mencintaimu,” mohon Lius.Tatapan menjijikan yang penuh dengan hafsu, Xana menyesal sudah menutup mata dimasa lalu. Dia hanya pria rendahan yang tak seharusnya mendapatkan sebuah cinta murni dari Xana
“Apa kau bisa melakukannya untukku?” lanjut Xana.“Tergantung pelayananmu,” balas Aland, smirk. Tatapan pemangsa dengan aura buasnya seolah ingin menerkam jiwa dan tubuh Xana.Sesudah mengobrolkan masalah Bliss Group, Xana berpamitan untuk pulang. Besok pagi ada rapat penting yang harus ia hadiri. Sebelum itu tentu saja Xana memberikan ciuman perpisahan untuk Aland.***Dikantor yang sudah ramai didatangi oleh karyawan, Xana masuk kedalam ruangannya. Mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk rapat setengah jam lagi.Setelah setengah jam, Olive datang ke ruangan Xana. “Pengacara Bliss, sudah waktunya rapat.”Di ruangan rapat, Daniel datang bersamaan dengan Xana. Bersama dengan sekretarisnya. Sementara itu tuan Geon belum tiba. Jadi mereka menunggu lebih dulu.Beberapa menit setelahnya, tuan Geon datang. “Selamat pagi, maaf membuat kalian menunggu.”“Silahkan duduk,” ucap Xana.Rapat dimulai dengan pembicaraan mengenai urusan perceraian tuan Geon. Mulai dari data yang sudah dikumpulka