“Tolong maafkan aku, ku mohon kembalilah bersamaku.” Lius langsung memeluk Xana dengan erat. Xana berteriak dan berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga tetapi tak bisa.
PLAK, pukulan keras yang Aland lepaskan ke wajah Lius. Xana langsung bersembunyi dibalik punggung Aland. “Sepertinya kau tak mengerti bahasa manusia,” geram Aland, tatapan mata tajam dengan wajah datar.
Lius terdiam membisu dengan ekspresi takut. Ekspresi yang sama ketika ia bertemu dengan Aland saat membuat keributan kantor Xana. Lalu Aland menarik tangan Xana dengan keras menuju mobilnya. Tubuh Xana bersandar dimobil sambil dihampit oleh tubuh Aland.
“Berani sekali kau kabur dariku,” kata Aland dengan sorot mata tajam. Tubuh mereka yang saling menempel dengan hanya ada jarak wajah beberapa centi saja.
“Perjanjian kita hanya selama 7 hari, bukankah berarti perjanjian kita sudah selesai,” kata Xana, datar.
“Hanya aku yang boleh memutuskan kapan hubungan ini berakhir.”
“Tuan Elanz sepertinya kau lupa, akulah yang membuat perjanjian ini jadi aku berhak memutuskannya.” Aland tak menjawab, lalu Xana melanjutkan ucapannya, “apa kau jatuh cinta padaku?”
“I'm addicted to your body,” bisik Aland. Xana tersenyum miring, pria dingin ini mengungkapkan isi hatinya.
“Apa dendammu hanya sebatas ini. Ini bukanlah pembalasan, aku bisa membuat pembalasan dendam yang sesungguhnya untukmu,” ucap Aland.
“Caranya?” tanya Xana, keningnya mengerut akibat penasaran.
“Aku punya caraku sendiri.” Aland melepaskan dekapannya. Mundur beberapa langkah dari Xana. “Pulanglah, jangan pernah berpikir untuk kabur dariku. Aku yang akan memutuskan kapan hubungan ini berakhir.”
Aland masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan Xana disana. Tak lama setelah Aland pergi, Xana juga pergi dari lokasi pernikahan yang kacau akibat ulahnya.
Didalam perjalanan pulang Xana memikirkan perkataan Aland. Perkataan yang Xana rasa benar, dendamnya terlalu biasa untuk seorang anak yang dibesarkan dengan penuh siksaan selama 8 tahun. Xana juga merasa kematian ibunya penuh dengan misteri yang belum bisa terpecahkan hingga kini.
Perkataan Aland membuat ambisi Xana semakin besar untuk menjatuhkan keluarga Bliss. Walaupun harus menjatuh ayah kandungnya sendiri, Xana tak keberatan. Lagi pula Bernan selalu tutup mata terhadap penderitaan yang putrinya sendiri alami selama bertahun-tahun.
***
Hari sibuk telah datang, beberapa hari belakangan ini banyak kasus yang masuk. Tak ada waktu untuk bersantai sama sekali.
Suara ketukan pintu terdengar. Xana mempersilahkann orang tersebut masuk walau tak menoleh sama sekali. “Pengacara Bliss, anda di minta bu Sierra keruangannya,” ucap Olive.
“Baiklah,” balas Xana, segera membereskan dokumen yang sedang ia baca.
Xana beranjak dari kursi dan berjalan menuju ruangan pimpinannya. Didepan ruangannya Xana berpapasan dengan Daniel Robert yang merupakan pengacara senior pula. Selain berada di divisi yang sama ruangan mereka juga bersebelahan jadi sering bertemu.
“Bagaimana kasus yang anda sedang tangani, apa berjalan lancar?” tanya Daniel sembari berjalan.
“Cukup lancar,” balas Xana.
“Angka perceraian meningkat akhir-akhir ini jadi pekerjaan kita berkali-kali lipat lebih banyak dari biasanya. Anda pasti jadi sangat sibuk.”
Kedua pengacara senior itu tiba diruangan pimpinan mereka yaitu Luliana Sierra. Luliana menjelaskan mengenai maksud panggilannya. Ada kasus baru yang masuk pagi ini. Kasus penting yang cukup berat untuk ditangani.
“Kau sudah menangani kasus perceraiannya sebanyak 3x, sekarang dia ingin bercerai lagi. Kasus yang kau tangani saat ini cukup banyak. Tetapi tuan Geon hanya ingin kau yang menjadi pengacaranya. Jadi aku ingin kau mengambil kasus ini dan Pengacara Geon akan membantumu. Bagaimana menurut kalian?” jelas Luliana.
“Saya akan melakukan yang terbaik dan tidak akan mengecewakan anda,” jawab Xana.
“Saya akan membantu Pengacara Bliss dengan baik,” kata Daniel.
“Baguslah, aku percaya dengan kemampuan kalian. Silahkan kembali bekerja,” kata Luliana sambil tersenyum.
Setelah menerima kasus baru, Xana dan Daniel sedikit berdiskusi mengenai kasus tuan Geon sebelumnya yang bisa dijadikan acuan untuk kasus kali ini. 3 kasus sebelumnya selalu mempermasalahkan pembagian harta jadi kali ini kemungkinan besar akan sama.
“Tolong cari informasi mengenai istri tuan Geon, terutama latar belakang keluarga dan penghasilan bulanannya. Kemungkinan mereka tidak punya anak, tetapi kita harus tetap memastikannya. Berikan padaku secepatnya,” jelas Xana.
“Baiklah,” balas Daniel. Mereka berpisah ketika tiba didepan ruangan masing-masing, Daniel memasuki ruangannya lebih dulu.
“Olive,” panggil Xana yang tetap berdiri didepan pintu ruangannya.
“Iya,” balas Olive saat menghampiri Xana.
“Ambil dokumen mengenai kasus tuan Geon diruangan arsip. Ada 3 kasus atas namanya yang pernah aku tangani. Berikan dokumen itu kepada Pengacara Daniel.”
“Baik.”
Xana kembali keruangannya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Begitu banyak dokumen yang harus diperiksa, juga perlu membuat prediksi kemungkinan hasil putusan sidang.
Waktu makan siang tiba. Olive memberitahu Xana jika sudah memasuki waktu makan siang. Tetapi Xana terus melanjutkan pekerjaannya. Hingga fokusnya terganggu karena panggilan yang masuk.
“Hallo?” kata Xana, dia bahkan tak melihat siapa yang menelpon sebelum mengangkat panggilan.
“Aku di lobby kantormu. Ayo makan siang bersama.” Suara yang familiar itu membuat Xana memastikan pemilik dari nomor yang sedang berbicara dengannya.
“Bukankah kau sedang sibuk dengan kasus nona Lili? Masih sempat datang dan mengajak makan siang bersama?”
“Ayolah ini waktu makan siang, lupakan pekerjaan selama waktu singkat ini. Cepat turun.”
Hanya butuh beberapa menit hingga Xana tiba di lobby. “Selna,” panggil Xana yang baru saja keluar dari lift.
“Ayo cepat, aku sudah lapar,” balas Selna meraih lengan Xana. Berjalan dengan cepat keluar gedung.
Sampai di cafe terdekat, mereka memesan makan siang sesuai dengan selera mereka masing-masing. Sambil menunggu pesanan datang tentu saja kedua sahabat yang sudah berhari-hari tak bertemu itu saling bertukar kabar dan cerita.
Selna yang tak datang ke acara pernikahan Julie dan Lius juga bertanya mengenai acara pernikahan tersebut. Sebelumnya Xana memang menceritakan mengenai rencananya kepada Selna jadi tentu saja Selna ingin tau kejadian setelah video itu ditayangkan.
“Aku pergi setelah video itu diputar, lampu dimatikan jadi aku tidak bisa melihat ekspresi para tamu. Tetapi yang pasti adalah ayah mengamuk dipesta, dia berteriak untuk mematikan videonya.”
“Aku hanya berharap kau aman. Sukurlah tak terjadi hal buruk.” Selna menahan tawa akibat pikiran lucu yang ia bayangkan dipernikahan Julie dan Lius.
“Emm… Xan, aku tidak pernah bertanya lagi mengenai hal ini, bagaimana hubunganmu dengan Aland? Apa kalian sudah putus?” lanjut Selna dengan wajah serius.
“Kami tak putus,” jawab Xana, santai.
“Apa? Bukanlah kau bilang hubungan kalian akan berakhir ketika Julie dan Lius menikah?” ucap Selna dengan nada kesal yang keras.
“Dia tidak mau putus,” balas Xana santai seolah itu bukanlah masalah besar untuknya.
“Sebenarnya laki-laki macam apa yang kau pacari itu,” sindir Selna.
Sesudah makan siang, Xana dan Selna kembali ke kantor. Selna bersikeras untuk mengantar Xana hingga ke lobby walaupun Xana sudah berusaha untuk menolak. Mereka sama-sama pengacara dan sama-sama keras kepala. Jadi salah satu harus mengalah disituasi tertentu.
Kedua sahabat itu berjalan memasuki lobby sambil bercanda gurau dan tertawa. Sampai beberapa langkah setelah memasuki lobby kantor, langkah mereka terhenti secara bersamaan. Xana, Selna dan karyawan yang ada di lobby fokus menatap layar televisi besar yang terpajang di atas dinding.
Sebuah berita lagi-lagi mengalihkan perhatian. Berita kali ini berbeda dari berita lainnya karena berasal dari keluarga paling berpengaruh. Semua orang penasaran dengan trobosan yang keluarga Elanz lakukan di berita kali ini.
Berita: “Selama bertahun-tahun keluarga Elanz menyembunyikan identitas putra tunggal mereka. Hari ini mereka akan mengumumkan pewaris satu-satunya keluarga Elanz.”
Bersambung…
Berita: “Selama bertahun-tahun keluarga Elanz menyembunyikan identitas putra tunggal mereka. Hari ini mereka mengumumkannya secara resmi. Aland Elanz, pewaris satu-satunya yang akan segera mengambil alih Elanz Company dalam waktu dekat.”Mata Selna terbuka dengan lebar. Seseorang yang selalu ia pikirkan dengan prasangka buruk adalah putra tunggal konglomerat paling dihormati. Takdir memang tak pernah terduga.Sementara itu Xana yang merupakan penyebab dari kejadian ini masih terpaku melihat ke arah layar. Jadi ini kejutan yang Aland maksud untuknya. Kejutan yang jauh lebih mengejutkan dari perkiraan.Telapak tangan Selna memukul lengan sahabatnya. Menyadarkannya bahwa ini adalah kenyataan. “Wah, sebenarnya dimana kau mendapatkan pria seperti itu?” gumam Selna, begitu syok, ia bahkan tak tau harus berkata apa lagi.“Pantas saja marganya sama. Ternyata mereka adalah orang yang sama. Aku terlalu bodoh untuk jadi pengacara,” kata Xana. Berita yang datang secara tiba-tiba membuat otaknya m
Xana berbohong kepada keluarganya jika Aland mungkin akan datang terlambat. “Mungkin dia akan terlambat datang. Dia adalah orang yang sibuk, bukan seperti orang lain yang dapat menikmati makan malam dengan santai,” kata Xana, menyeringai.Xana lalu duduk dengan santai. Didepannya ada seseorang yang mungkin merasa tersindir oleh ucapannya. Tetapi Xana tak peduli.Makan malam berlangsung dengan damai. Untuk pertama kalinya Xana merasakan makan malam yang hangat untuknya. Walaupun itu karena pengaruh Aland tetapi Xana menikmati moment ini.Orang yang menjadi pusat perhatian pada malam ini tidak datang. Walaupun sosokmya tak ada tetapi namanya selalu terdengar. Selalu disebut dan membuat orang lain iri.“Makan malam sudah mau selesai, kapan dia akan datang?” sindir Hilda.“Apa kau sudah bertanya kapan dia akan sampai?” tanya Bernan.“Apa perlu dilakukan?” balas Xana, datar.“Sepasang kekasih tidak akan keberatan jika dihubungi oleh kekasihnya,” ucap Hilda, seolah sebuah sindiran pedas yan
Beberapa detik termenung Xana memutuskan untuk pergi ke Elanz company. Membuat kejutan untuk kekasihnya yang masih lembur.Xana datang sambil membawa cemilan malam. Suasana didalam kantor masih cukup ramai. Seperti sedadang tidak malam disana. Situasi disana seperti jam kerja pada umumnya. Perusahaan raksasa memang berbeda.Xana tiba di lift. Lift itu terbuka, mata Xana dan Lius bertemu. Ini memang kantornya jadi wajar jika bertemu.Huft, pertemuan yang tak pernah Xana inginkan terjadi. “Xana?” sapa Lius. Mendekati Xana.Tak ada jawaban dari wanita itu, ia langsung masuk ke dalam lift. Tetapi pria bengsek itu masih mengikutinya. Kembali ikut masuk ke dalam lift.Walaupun sudah tak dihiraukan tetapi ia bersikeras mendekati Xana. “Tolong bicaralah denganku. Aku tak bisa berpisah, aku masih mencintaimu,” mohon Lius.Tatapan menjijikan yang penuh dengan hafsu, Xana menyesal sudah menutup mata dimasa lalu. Dia hanya pria rendahan yang tak seharusnya mendapatkan sebuah cinta murni dari Xana
“Apa kau bisa melakukannya untukku?” lanjut Xana.“Tergantung pelayananmu,” balas Aland, smirk. Tatapan pemangsa dengan aura buasnya seolah ingin menerkam jiwa dan tubuh Xana.Sesudah mengobrolkan masalah Bliss Group, Xana berpamitan untuk pulang. Besok pagi ada rapat penting yang harus ia hadiri. Sebelum itu tentu saja Xana memberikan ciuman perpisahan untuk Aland.***Dikantor yang sudah ramai didatangi oleh karyawan, Xana masuk kedalam ruangannya. Mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk rapat setengah jam lagi.Setelah setengah jam, Olive datang ke ruangan Xana. “Pengacara Bliss, sudah waktunya rapat.”Di ruangan rapat, Daniel datang bersamaan dengan Xana. Bersama dengan sekretarisnya. Sementara itu tuan Geon belum tiba. Jadi mereka menunggu lebih dulu.Beberapa menit setelahnya, tuan Geon datang. “Selamat pagi, maaf membuat kalian menunggu.”“Silahkan duduk,” ucap Xana.Rapat dimulai dengan pembicaraan mengenai urusan perceraian tuan Geon. Mulai dari data yang sudah dikumpulka
“Urusan pekerjaan?” gumam Aland sambil tersenyum tipis, menatap Xana dengan lekat.Tingkah Aland sungguh membuat Xana sangat tegang hingga ia minum cukup banyak. Tingkah Xana memperlihatkan bahwa ia sedang tegang hingga membuat Aland tersenyum tipis sambil mengangkat satu alisnya. Godaan yang begitu ia nikmati.“Benar, urusan pekerjaan,” sambung Aland.“Selamat atas keberhasilan tuan muda Elanz dalam kerja sama luar negeri. Saya cukup kaget karena kemunculan anda ke public. Banyak yang semakin penasaran dengan sosok anda,” kata Selna. Selna berusaha mengalihkan pembicaraan yang terjadi antara Aland dan Xana.“Terimakasih sahabatku, aku tak akan melupakan jasamu,” batin Xana.“Aku cukup senang karena Aland disambut baik oleh banyak orang. Sebenarnya dia tidak menginginkan hal semacam itu. Tetapi entah mengapa dia berubah pikiran. Itu cukup baik,” jelas tuan Ernando.“Mungkin tuan muda Elanz punya rencana sendiri,” balas Selna sambil tersenyum.“Bagaimana menurut pengacara Bliss. Apakah
Tanpa Daniel sadari, pintu ruangan yang tak ia tutup membuat orang lain yang berada diluar ruangan dapat melihat semua yang terjadi di dalam ruangan. Termaksud Aland yang sudah berdiri disana dari beberapa menit lalu saat Daniel memberikan mantelnya untuk Xana.Aland masuk ke dalam ruangan itu, berdiri tepat di sebelah kursi yang Xana duduki. Kemudian meremas lengan Daniel yang sedang menyentuh helain rambut Xana. Daniel yang terkejut langsung melihat sosok yang menahan tangannya.Mata mereka berdua bertemu. Aland menatap tajam pria yang sudah dengan lancang menyentuh Xana tanpa Xana ketahui. Aland memegang lengan taangan Daniel terlalu kuat hingga Daniel merasa kesakitan dan menarik tangannya dengan cepat hingga terlepas dari cengkraman Aland.Tak ada satu patah katapun yang keluar dari bibir Aland. Ia hanya melihat dengan tatapan tajam dan aura yang mencekam.Xana kemudian bangun karena merasa ada pergerakan disekitarnya. Ia dibuat kaget dengan sosok Aland yang sudah ada disana. “Al
Di depan matanya sendiri, Alexana Bliss menyaksikan tunangannya tengah berhubungan badan dengan adik tiri yang menyiksa Xana selama 13 tahun belakangan ini.“Hmmhh, aaahh!” Desahan kedua manusia laknat itu saling bersahutan sementara Xana menutup mulutnya dnegan telapak tangan, menahan suara apa pun yang ingin keluar.Saat ini pukul 1 dini hari. Xana baru saja pulang kantor dan berniat untuk mengejutkan sang kekasih. Sebelumnya ia memang mengatakan kalau ia tidak bisa menemui Lius, tunangannya tersebut, karena harus lembur.Xana datang dengan mengendap-endap, toh ia tahu sandi kamar apartemen bernomor 32 tersebut.Namun, sesampainya ia di sana tadi, Xana mendengar suara-suara tidak senonoh dari dalam kamar Lius dan menyaksikan perselingkuhan pria yang paling ia percaya tersebut dari sela-sela pintu kamar yang terbuka.Rasa sesak di dada muncul hingga mengguncang hatinya. Dunia tempat ia berpijak terasa hancur hingga membuatnya jatuh ke lubang tak berujung.Akan tetapi, pada akhirnya,
“Berikan malam-malammu untukku.”Secara terbuka, Aland meminta bahwa Xana harus bersedia tidur bersamanya.“Heh.” Xana terkekeh pelan. Penawaran pria ini cukup menarik juga. “Kupikir kau merasa dirugikan semalam.”Aland menyeringai, tapi tidak mengatakan apa pun.Sementara itu, Xana tanpa pikir panjang dengan percaya diri menyetujui persyaratan yang Aland ajukan padanya. Meski ia tidak tahu, siapa pria asing tersebut dan apa latar belakang dari Aland.Dalam pikiran Xana saat itu hanyalah membalas pengkhianatan Lius dan adik tirinya dengan cara yang tidak kalah menyakitkan.***6 hari kemudian ….Xana sudah mencari bukti perselingkuhan antara Lius dan Julie, adik tirinya. Namun, penyelidikannya membuahkan hasil yang di luar dugaanXana mendapatkan bukti bahwa adiknya tengah mengandung anak dari mantan tunangannya itu. Hal itu akan menjadi bukti yang kuat untuk pembatalan pertunangan dan dengan bukti itu juga Xana jadi mengetahui bahwa mereka sudah berselingkuh selama lebih dari 2 bula