“Pembalasan akan segera dimulai.”
Tanpa Xana dan Aland sadari, Julie Bliss, adik tiri Xana, sedang melihat mereka dari jendela kamarnya di lantai dua. Julie mengerutkan keningnya, dengan perasaan heran wanita itu bergegas menuju ruang makan. Di sana ayah dan ibunya juga baru saja tiba untuk sarapan.
Tak lama kemudian, Xana dan Aland tiba di ruang makan.
“Selamat pagi Ayah, Bibi Hilda, dan Julie, maaf datang tanpa mengabari lebih dulu,” sapa Xana dengan senyum lebar yang dingin.
“Xana, kau datang,” sapa balik Bernan yang kaget dengan kedatangan putri pertamanya. Semua mata tertuju pada pria yang tengah berdiri di sebelah Xana dengan tatapan bingung sekaligus penasaran. Wajah yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.
“Ayo duduk, kita makan bersama,” lanjut Bernan.
Xana menggandeng lengan Aland dan berjalan bersama menuju kursi. Mereka duduk bersebelahan di sisi kanan Bernan. Semua mata terus menatap wajah asing itu dengan tatapan yang penuh dengan pertanyaan.
“Ayah, kenalkan dia Aland,” ucap Xana sambil tersenyum lebar, mata besarnya juga ikut tersenyum. “Kekasihku.”
“Salam kepada ayah mertua, saya Aland.” Aland memperkenalkan diri dengan tenang, tetapi aura mendominasinya tetap terasa.
Suasana menjadi berbeda, seluruh orang yang ada di ruangan itu menunjukan ekspresi kaget mereka. Tercengang hingga tak dapat menyembunyikan perasaan dan pikiran mereka. Sudah tertebak jika mereka bingung dengan perkataan Xana.
Terlebih lagi ekspresi Julie yang kaget dan tak percaya dengan yang ia dengar. Wajahnya terlihat lucu hingga Xana rasanya ingin tertawa.
“Bagaimana bisa wanita yang sudah bertunangan memiliki kekasih?” kata Hilda menahan emosi.
“Aku memutuskan untuk membatalkan pertunanganku. Ayah juga tak pernah setuju dengan hubungan itu. Jadi aku mencari pria yang lebih baik,” jelas Xana dengan santai.
“Aku memang tak pernah setuju dengan pria itu. Dia hanya seorang manajer dan dari keluarga miskin yang tak berpengaruh. Aku bisa mengenalkanmu dengan putra dari keluarga ternama,” balas Bernan. “Kau berasal dari keluarga mana?” lanjut Bernan dengan nada ketus sambil melihat kearah Aland. Kerutan di keningnya semakin terlihat dengan jelas.
“Ayah, kami baru saja saling mengenal. Aku juga tak peduli dengan latar belakang keluarga. Aku membawanya karena ingin membuktikan jika aku sudah tak ada perasaan terhadap mantan tunanganku,” sela Xana.
“Kau tidak boleh membuat kesalahan dua kali. Sebagai ayahmu aku berhak menentukan pria yang cocok bersama dengan putriku,” ucap Bernan.
Hilda dan Julie hanya menyimak percakapan anatara ayah dan putrinya dengan wajah heran. Mungkin mereka bingung karena wanita yang bersikeras memperjuangkan hubungannya hingga bertunangan malah dengan santainya memutuskan pertunangannya sendiri bahkan membawa kekasih baru.
“Sebenarnya aku datang untuk membawa dua kabar bahagia,” ujar Xana, kemudian berhenti karena ia meminum wine yang ada didepannya. Sementara yang lainnya sedang menyantap sarapan yang sudah dihidangkan diatas meja, kecuali Aland.
“Aku yakin ayah akan kaget. Tetapi ini bukan kabar bahagiaku tetapi kabar bahagia dari adikku,” lanjut Xana dengan wajah datar.
“Kabar bahagiaku?” balas Julie, heran. Dia terlihat penasaran dan panik. Saudara palsu yang selalu menjadi musuhnya memberikan kabar bahagia, tentu saja itu adalah maksud lain. Maksud dari kabar bahagia untuk Xana tentu berarti sebaliknya untuk Julie begitupun sebaliknya.
“Selamat ayah, kau akan menjadi seorang kakek. Adikku Julie sedang hamil anak dari mantan tunanganku, Lius Santoz,” jelas Xana dengan senyuman lebar. Memperlihatkan bahwa ia mengucapkan selamat yang tulus dengan terpaksa.
Tak hanya ucapan selamat, Xana juga memberikan hadih Istimewa berupa bukti kehamilan dan perselingkuhan antara Julie dan Lius. Surat rumah sakit dan foto-foto menjadi bukti yang tak terbantah.
“JULIE,” teriak Bernan dengan mata yang melototi Julie. Wanita yang terkenal lugu dan polos itu hanya bisa tertunduk malu dan membisu.
“Sayang, ini pasti salah paham. Julie tak mungkin melakukan itu,” bela Hilda dengan nada panik.
“Ayah sebaiknya kabar bahagia ini diselesaikan dengan baik. Kekasihku alergi terhadap udang, jadi tidak bisa memakan hidangan ini, kami permisi dulu,” pamit Xana dengan senyuman ramah.
Xana dan Aland meninggalkan ruangan sambil tangan Aland yang memeluk pinggang Xana dari belakang. Mereka pergi dengan perasaan Bahagia. Ini mungkin hanya pembalasan kecil, tetapi Xana percaya dengan Langkah awal ini ia akan bisa melakukan hal lebih besar. Karena pembalasan kecil ini membuat putri tersayang Hilda terjebak dikeluarga miskin yang tak memiliki pengaruh. Itu akan membuat ambisinya mengusai keluarga Bliss semakin besar. Kemauan besar bisa menimbulkan kehancuran besar pula.
***
Kini Xana telah tiba di apartemen pribadinya setelah pertunjukan luar biasa tadi. Xana membersihkan diri dengan berendam selama setengah jam di bathup, kemudian memakai produk perawatan wajah dan kulit, lalu setelah itu duduk di sofa sambil menonton tv.
Memakai kaos polos dengan celana pendek memang sangat nyaman, rumah memang tempat melakukan kebebasan. Xana selalu merasa bisa bebas memakai apa saja dan melakukan apa saja yang ia suka. Ditengah kenikmatan santai itu, ponsel Xana berbunyi.
Panggilan dari seseorang yang ia tunggu-tunggu. Ini pasti akan terjadi, tetapi Xana tak mengira jika Lius akan mendapatkan kabar itu secepat ini.
“Xana, apa benar kau membatalkan pertunangan kita?” tanya Lius langsung setelah panggilan diterima. Nada bicara yang terdengar marah membuat Xana tersenyum sinis.
“Ya, itu benar,” jawab Xana, santai.
“Kenapa kau membatalkannya secara sepihak? Kau bahkan membawa seorang pria yang kau bilang adalah kekasihmu, ini adalah pengkhiatan,” oceh Lius.
“Selamat atas kehamilan kekasihmu,” sindir Xana.
“Jawab aku!” bentak Lius.
“Kau yang pertama mengkhianatiku. Kita tak ada hubungan lagi. Kau tidak berhak bertanya mengenai urusan pribadi,” ucap Xana, dingin.
“Jika kau marah karena masalah itu aku bisa menjelaskannya. Kita harus bertemu, aku tak ingin kita berpisah,” kata Lius dengan nada yang semakin meninggi.
“Kasihan sekali adikku yang malang. Siapkan saja acara pernikahanmu, jangan hubungi aku lagi.” Perkataan terakhir di panggilan itu. Xana segera memblokir nomor Lius agar pria itu tak dapat menghubunginya lagi.Malam itu Xana tidur dengan tentram. Rasanya malam itu menjadi panjang karena tidurnya begitu nyenyak.
Pagi-pagi sekali Xana sudah berangkar ke kantor. Mobil Porsche Taycan berwarna pink melaju dengan cepat. Hingga masuk ke Kawasan Firma Hukum Sierra, tempat ia bekerja.
Setelah memarkirkan mobil, Xana masuk ke dalam kawasan dalam gedung, menaiki lift menuju ruangan kantornya yang berada di lantai 7.
“Pengacara Bliss,” sapa para karyawan yang berpapasan dengan Xana.
Xana tiba diruangannya, ruangan dengan pintu bertuliskan Pengacara Senior. Beberapa detik Ketika Xana duduk dikursinya, Olive memasuki ruangan.
“Selamat pagi pengacara Bliss, Nyonya Elanz menghubungi dan meminta anda untuk menemuinya hari ini pukul sepuluh pagi,” jelas Olive.
“Apa dia wali dari nona Lili Efelin?” tanya Xana.
“Benar, nyonya Elanz adalah bibirnya, beliau ingin berdiskusi mengenai masalah nona Lili Efelin.”
“Baiklah,” jawab Xana.
Xana melanjutkan pekerjaannya dengan serius. Melihat dokumen klien yang tengah ia tangani. Tetapi ditengah ketenangan yang hanya berlangsung selama satu jam itu, keributan terjadi. Olive datang dengan nafas yang memburu, wajah panik, dan keringat yang bercucuran.
“Ada apa Olive?” tanya Xana, heran.
“Maaf mengganggu waktu anda, tetapi ada masalah. Tuan Santoz datang dan bersikeras untuk menemui anda. Dia terus berteriak dan mengamuk dilobby. Dia bilang tidak akan pergi sebelum bertemu dengan anda,” jelas Olive.
Ketika mendapatkan kabar buruk itu, Xana menjadi pusing seketika. Dirinya bahkan tak menyangka jika mantan tunangannya akan membuat keributan seperti ini. Lalu disaat yang bersamaan pula, sebuah chat masuk ke ponsel Xana. Dilayar terlihat pesan dari Aland, “Aku di lobby kantormu.”
Xana tak tau maksud kedatangan Aland ke kantornya. Yang pasti kedatangan mereka berdua tak seharusnya terjadi diwaktu yang sama.
Dengan cepat Xana turun ke lobby untuk menemui Lius dan Aland. Entah siapa yang akan ia temui lebih dulu, Xana tak bisa memutuskan sama sekali. Ia tak ingin Lius membuat keributan lebih lama dan ia juga tak ingin membuat Aland menunggu.
Ketika lift terbuka, pemandangan yang mengherankan tengah terjadi. Xana berjalan mendekati kerumunan, sekaligus kearah seseorang yang punggungnya tak asing lagi dimatanya. Mendekati kerumunan, Xana melihat Aland dan Lius yang seling memandang dengan lekat.
“Aland,” panggil Xana. Aland menoleh sambil tersenyum. Lalu lengan Aland menggapai pinggang Xana yang membuat tubuh Xana berada didekapannya. Pemandangan yang tengah disaksikan oleh banyak orang hingga membuat banyak karyawan bergosip.
Didepan Xana dan Aland yang terlihat mesra, ada Lius dengan tatapan kesal. Pria itu menahan amarah yang hendak meledak, itu tergambar diwajahnya.
“Tuan Santoz, sebaiknya anda pulang. Ini bukanlah tempat umum, jangan membuat keributan disini,” ucap Xana, sinis.
“Apa hubungan kalian?” tanya Lius dengan nada rendah. Walaupun terlihat sedang kesal, nada bicaranya rendah, Xana tak mengerti sama sekali.
“Dia kekasihku,” jawab Xana penuh percaya diri.
Lius tertawa kecil, wajah yang frustasi itu tertawa dengan pilu. “Aku hanya berpikir pendek hingga melakukan kesalahan itu. Aku akan memperbaikinya. Tolong jangan tinggalkan aku,” mohon Lius dengan wajah melas.
“Alexana adalah milikku. Jangan tunjukan wajahmu lagi dihadapannya,” tegas Aland. Mereka berdua lalu meninggalkan Lius begitu saja. Berjalan sambil memeluk satu sama lain, menunjukan dengan jelas bahwa mereka adalah pasangan kekasih asli.
Pintu ruangan Xana tertutup rapat ketika Xana dan Aland sudah berada didalam. “Mmmhhh…,” suara nafas Xana yang tertahan akibat bungkaman bibir Aland.
Lengan yang kekar memeluk pinggang ramping itu dengan erat, telapak tangan yang besar menahan kepala Xana agar tak bisa melepaskan penyatuan bibir mereka. Aland memakan bibir mungil itu tanpa henti, sembari bersandar pada dinding dan beralih ke atas meja. Meja kerja yang tersusun rapi dengan dipenuhi oleh dokumen menjadi berantakan.
“Haahh…, tahan dirimu, ini dikantor,” ucap Xana dengan bibir bengkak setelah berusaha mendorong Aland sedari tadi. Xana yang duduk diatas meja dan Aland yang berdiri dihadapannya dengan meletakan tangannya diatas meja membuat tinggi mereka hampir sama.
“Jika dia datang lagi, jangan temui dia,” balas Aland. Berbicara dengan begitu dekat dengan wajah Xana. Berbicara sambil menatap kearah bibir Xana yang sudah bengkak dibuatnya.
Xana mengambil tisu yang ada didekatnya. Mengusap bibir Aland yang terkena lipstick merah pekat miliknya. “Jika dia tidak mengacau aku tidak akan mau menemuinya,” jelas Xana sambil mengusap bibir Aland hingga bersih dari noda lipstick.
Aland kemudian berdiri dengan tegap sambil membenarkan jas dan dasinya. “Aku akan pergi dinas. Jangan lakukan hal yang membahayakan sampai aku kembali.”
“Berapa lama kau akan pergi?” tanya Xana.
“Mungkin cukup lama,” jawab Aland.
“Baiklah, jangan rindukan aku,” balas Xana sambil tersenyum dengan tatapan menggoda. Aland hanya menatap dengan wajah datar kemudian keluar dari ruangan.
“Apa dia lupa kalau hari ini perjanjian kita berakhir,” batin Xana.
Xana mengambil ponsel miliknya yang berada diatas meja. Mengirimkan uang 2 Miliar kepada Aland sesuai janjinya diawal perjanjian mereka. Tak hanya itu Xana juga memblokir nomor pria yang menjadi kekasihnya hanya dalam waktu seminggu saja.
Bersambung…
Sesuai janji yang telah dibuat, pukul 10 Xana sudah tiba dilokasi tempat pertemuannya dengan Nyonya Elanz. Xana sampai lebih dulu jadi dia menunggu dengan santai. Di restaurant tempat Xana berada berita yang sedang tayang di televisi merebut perhatiannya.Berita yang menayangkan mengenai Elanz Company yang tengah memperluas bisbis mereka dibidang otomotif.Pembawa berita: “Tidak hanya sukses membuat banyak brand dibidang fashion dan perhiasan, Elanz Company sudah mulai bergerak memperluas jangkauan bisnis mereka dibidang otomotif hingga bekerjasama dengan Perusahaan luar negeri. Merek baru mereka diperkirakan akan diluncurkan pada akhir tahun ini. Banyak pihak yang menduga jika merek baru mereka dipegang sepenuhnya oleh putra Tunggal keluarga Elanz yang tak pernah tampil di public hingga sekarang. Bahkan tidak ada yang pernah tau wajah bahkan namanya. Apakah ini pertanda jika Elanz Company akan segera beralih sepenuhnya ke Putra Tunggal mereka?”Topik berita yang sering Xana dengar ka
“Tolong maafkan aku, ku mohon kembalilah bersamaku.” Lius langsung memeluk Xana dengan erat. Xana berteriak dan berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga tetapi tak bisa.PLAK, pukulan keras yang Aland lepaskan ke wajah Lius. Xana langsung bersembunyi dibalik punggung Aland. “Sepertinya kau tak mengerti bahasa manusia,” geram Aland, tatapan mata tajam dengan wajah datar.Lius terdiam membisu dengan ekspresi takut. Ekspresi yang sama ketika ia bertemu dengan Aland saat membuat keributan kantor Xana. Lalu Aland menarik tangan Xana dengan keras menuju mobilnya. Tubuh Xana bersandar dimobil sambil dihampit oleh tubuh Aland.“Berani sekali kau kabur dariku,” kata Aland dengan sorot mata tajam. Tubuh mereka yang saling menempel dengan hanya ada jarak wajah beberapa centi saja.“Perjanjian kita hanya selama 7 hari, bukankah berarti perjanjian kita sudah selesai,” kata Xana, datar.“Hanya aku yang boleh memutuskan kapan hubungan ini berakhir.”“Tuan Elanz sepertinya kau lupa, akulah yang m
Berita: “Selama bertahun-tahun keluarga Elanz menyembunyikan identitas putra tunggal mereka. Hari ini mereka mengumumkannya secara resmi. Aland Elanz, pewaris satu-satunya yang akan segera mengambil alih Elanz Company dalam waktu dekat.”Mata Selna terbuka dengan lebar. Seseorang yang selalu ia pikirkan dengan prasangka buruk adalah putra tunggal konglomerat paling dihormati. Takdir memang tak pernah terduga.Sementara itu Xana yang merupakan penyebab dari kejadian ini masih terpaku melihat ke arah layar. Jadi ini kejutan yang Aland maksud untuknya. Kejutan yang jauh lebih mengejutkan dari perkiraan.Telapak tangan Selna memukul lengan sahabatnya. Menyadarkannya bahwa ini adalah kenyataan. “Wah, sebenarnya dimana kau mendapatkan pria seperti itu?” gumam Selna, begitu syok, ia bahkan tak tau harus berkata apa lagi.“Pantas saja marganya sama. Ternyata mereka adalah orang yang sama. Aku terlalu bodoh untuk jadi pengacara,” kata Xana. Berita yang datang secara tiba-tiba membuat otaknya m
Xana berbohong kepada keluarganya jika Aland mungkin akan datang terlambat. “Mungkin dia akan terlambat datang. Dia adalah orang yang sibuk, bukan seperti orang lain yang dapat menikmati makan malam dengan santai,” kata Xana, menyeringai.Xana lalu duduk dengan santai. Didepannya ada seseorang yang mungkin merasa tersindir oleh ucapannya. Tetapi Xana tak peduli.Makan malam berlangsung dengan damai. Untuk pertama kalinya Xana merasakan makan malam yang hangat untuknya. Walaupun itu karena pengaruh Aland tetapi Xana menikmati moment ini.Orang yang menjadi pusat perhatian pada malam ini tidak datang. Walaupun sosokmya tak ada tetapi namanya selalu terdengar. Selalu disebut dan membuat orang lain iri.“Makan malam sudah mau selesai, kapan dia akan datang?” sindir Hilda.“Apa kau sudah bertanya kapan dia akan sampai?” tanya Bernan.“Apa perlu dilakukan?” balas Xana, datar.“Sepasang kekasih tidak akan keberatan jika dihubungi oleh kekasihnya,” ucap Hilda, seolah sebuah sindiran pedas yan
Beberapa detik termenung Xana memutuskan untuk pergi ke Elanz company. Membuat kejutan untuk kekasihnya yang masih lembur.Xana datang sambil membawa cemilan malam. Suasana didalam kantor masih cukup ramai. Seperti sedadang tidak malam disana. Situasi disana seperti jam kerja pada umumnya. Perusahaan raksasa memang berbeda.Xana tiba di lift. Lift itu terbuka, mata Xana dan Lius bertemu. Ini memang kantornya jadi wajar jika bertemu.Huft, pertemuan yang tak pernah Xana inginkan terjadi. “Xana?” sapa Lius. Mendekati Xana.Tak ada jawaban dari wanita itu, ia langsung masuk ke dalam lift. Tetapi pria bengsek itu masih mengikutinya. Kembali ikut masuk ke dalam lift.Walaupun sudah tak dihiraukan tetapi ia bersikeras mendekati Xana. “Tolong bicaralah denganku. Aku tak bisa berpisah, aku masih mencintaimu,” mohon Lius.Tatapan menjijikan yang penuh dengan hafsu, Xana menyesal sudah menutup mata dimasa lalu. Dia hanya pria rendahan yang tak seharusnya mendapatkan sebuah cinta murni dari Xana
“Apa kau bisa melakukannya untukku?” lanjut Xana.“Tergantung pelayananmu,” balas Aland, smirk. Tatapan pemangsa dengan aura buasnya seolah ingin menerkam jiwa dan tubuh Xana.Sesudah mengobrolkan masalah Bliss Group, Xana berpamitan untuk pulang. Besok pagi ada rapat penting yang harus ia hadiri. Sebelum itu tentu saja Xana memberikan ciuman perpisahan untuk Aland.***Dikantor yang sudah ramai didatangi oleh karyawan, Xana masuk kedalam ruangannya. Mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk rapat setengah jam lagi.Setelah setengah jam, Olive datang ke ruangan Xana. “Pengacara Bliss, sudah waktunya rapat.”Di ruangan rapat, Daniel datang bersamaan dengan Xana. Bersama dengan sekretarisnya. Sementara itu tuan Geon belum tiba. Jadi mereka menunggu lebih dulu.Beberapa menit setelahnya, tuan Geon datang. “Selamat pagi, maaf membuat kalian menunggu.”“Silahkan duduk,” ucap Xana.Rapat dimulai dengan pembicaraan mengenai urusan perceraian tuan Geon. Mulai dari data yang sudah dikumpulka
“Urusan pekerjaan?” gumam Aland sambil tersenyum tipis, menatap Xana dengan lekat.Tingkah Aland sungguh membuat Xana sangat tegang hingga ia minum cukup banyak. Tingkah Xana memperlihatkan bahwa ia sedang tegang hingga membuat Aland tersenyum tipis sambil mengangkat satu alisnya. Godaan yang begitu ia nikmati.“Benar, urusan pekerjaan,” sambung Aland.“Selamat atas keberhasilan tuan muda Elanz dalam kerja sama luar negeri. Saya cukup kaget karena kemunculan anda ke public. Banyak yang semakin penasaran dengan sosok anda,” kata Selna. Selna berusaha mengalihkan pembicaraan yang terjadi antara Aland dan Xana.“Terimakasih sahabatku, aku tak akan melupakan jasamu,” batin Xana.“Aku cukup senang karena Aland disambut baik oleh banyak orang. Sebenarnya dia tidak menginginkan hal semacam itu. Tetapi entah mengapa dia berubah pikiran. Itu cukup baik,” jelas tuan Ernando.“Mungkin tuan muda Elanz punya rencana sendiri,” balas Selna sambil tersenyum.“Bagaimana menurut pengacara Bliss. Apakah
Tanpa Daniel sadari, pintu ruangan yang tak ia tutup membuat orang lain yang berada diluar ruangan dapat melihat semua yang terjadi di dalam ruangan. Termaksud Aland yang sudah berdiri disana dari beberapa menit lalu saat Daniel memberikan mantelnya untuk Xana.Aland masuk ke dalam ruangan itu, berdiri tepat di sebelah kursi yang Xana duduki. Kemudian meremas lengan Daniel yang sedang menyentuh helain rambut Xana. Daniel yang terkejut langsung melihat sosok yang menahan tangannya.Mata mereka berdua bertemu. Aland menatap tajam pria yang sudah dengan lancang menyentuh Xana tanpa Xana ketahui. Aland memegang lengan taangan Daniel terlalu kuat hingga Daniel merasa kesakitan dan menarik tangannya dengan cepat hingga terlepas dari cengkraman Aland.Tak ada satu patah katapun yang keluar dari bibir Aland. Ia hanya melihat dengan tatapan tajam dan aura yang mencekam.Xana kemudian bangun karena merasa ada pergerakan disekitarnya. Ia dibuat kaget dengan sosok Aland yang sudah ada disana. “Al