Share

2. Kesepakatan

 “Berikan malam-malammu untukku.”

Secara terbuka, Aland meminta bahwa Xana harus bersedia tidur bersamanya.

“Heh.” Xana terkekeh pelan. Penawaran pria ini cukup menarik juga. “Kupikir kau merasa dirugikan semalam.”

Aland menyeringai, tapi tidak mengatakan apa pun.

Sementara itu, Xana tanpa pikir panjang dengan percaya diri menyetujui persyaratan yang Aland ajukan padanya. Meski ia tidak tahu, siapa pria asing tersebut dan apa latar belakang dari Aland.

Dalam pikiran Xana saat itu hanyalah membalas pengkhianatan Lius dan adik tirinya dengan cara yang tidak kalah menyakitkan.

***

6 hari kemudian ….

Xana sudah mencari bukti perselingkuhan antara Lius dan Julie, adik tirinya. Namun, penyelidikannya membuahkan hasil yang di luar dugaan

Xana mendapatkan bukti bahwa adiknya tengah mengandung anak dari mantan tunangannya itu. Hal itu akan menjadi bukti yang kuat untuk pembatalan pertunangan dan dengan bukti itu juga Xana jadi mengetahui bahwa mereka sudah berselingkuh selama lebih dari 2 bulan.

“Hah, memang berengsek,” gumam Xana mendapati bukti tersebut. “Jadi mereka mempermainkanku sejak lama ya?”

Besok adalah hari di mana rencana Xana untuk pembalasan pertama akan terjadi. Sekaligus menjadi malam terakhir perjanjian antara Xana dan Aland.

Klotak .... Klotak .... 

Suara sepatu heels Xana yang menyentuh lantai di rumah megah dengan nuansa Eropa dengan dominasi warna hitam. Ia berjalan masuk dengan gaun hitam panjang dengan belahan samping sambil memegang tas berwarna putih.  

Sampai di depan pintu, jarinya mulai menekan sandi rumah dengan santai.

Klik! Pintu rumah terbuka dan Xana masuk ke dalam. 

Namun, baru saja satu langkah memasuki dalam rumah, tangannya ditarik oleh seseorang hingga tubuhnya bersandar pada dinding.

“Kau terlambat,” bisik Aland yang menggenggam pergelangan tangan Xana dengan kuat. Tubuh Xana yang berada di antara dinding yang kokoh dan tubuh Aland yang kekar membuat Xana tak dapat berkutik.

Pria ini memang setiap malam akan menemui Xana seperti ini, seperti menagih janji.

Dan Xana tidak keberatan dengan itu, karena dengan bersama pria ini, Xana bisa menumpulkan rasa sakit hatinya dan rasa kesepian yang ada.

“Maaf, pekerjaanku menump–” 

Balasan Xana yang tak dapat selesai karena bibirnya telah dibungkam oleh bibir Aland.  

“Mmmhhh ….” Suara Xana yang terdengar di tengah kesunyian.

Aland melumat santapan lezat yang tengah ia nikmati dengan tak sabaran. Terus hingga ke dalam sana hingga lidah mereka bertemu. Saling menempel dan menikmati sensasi penyatuan itu. Di akhir napas mereka yang telah habis, membuat lumatan itu berhenti.

Tetapi itu bukanlah akhir dari sesuatu yang baru saja hendak mereka mulai. Tubuh Xana diangkat hingga sampai di kamar megah dan dibaringkan diatas ranjang. Tentu saja diatasnya ada pria yang mulai menyentuh tubuhnya. Pria yang telah menghabiskan puluhan malam bersamanya dalam jangka waktu 3 bulan saja.

Penyatuan bibir mereka kembali dilakukan, lebih dalam dan liar. Sensasi yang sering Xana rasakan dan nikmati hingga membuatnya lupa akan dunia.

“Kau selalu tidak sabaran,” ucap Xana setelah bibir mereka berpisah.

Sudut bibir Aland terangkat dengan tatapan tajam yang tak asing lagi di mata Xana. Tatapan mata pemangsa yang tak akan melepaskan mangsanya. Setelah senyum beberapa detik itu, Aland mendaratkan bibirnya ke leher Xana. Membuat tanda yang pekat.

Tanda itu semakin banyak. Aland membuat tanda itu dari leher menuju ke bawah. Melepaskan gaun Xana yang mengganggu aktivitas panas mereka berdua. 

Setelah semuanya terlepas dari tubuh Xana, Aland juga melepaskan kemeja putihnya dengan cepat. Lalu melepaskan gesper dan celana yang ia pakai. Kini tak ada lagi yang mengganggu gerakan pria itu.

“Mmmhh… aahhhh….” 

Suara Xana terus terdengar bersamaan dengan sentuhan Aland. Suara itu semakin keras saat Aland sedang menikmati penyatuan tubuh mereka. 

Adegan itu berlangsung selama malam yang panjang. Sampai seprei telah basah setengahnya, tubuh Xana dipenuhi tanda yang diberikan oleh Aland, dan tubuh mereka berdua yang dipenuhi oleh keringat.

Hal tersebut agak Xana sesali di pagi harinya. 

Saat wanita itu terbangun, kondisi tubuh yang ia rasa sangat buruk. Padahal pagi ini ia harus menghadiri acara yang penting. Tetapi tubuhnya malah dipenuhi oleh tanda merah pekat, ditambah pinggangnya terlalu sakit untuk dipakai beraktivitas.

“Bagaimana perasaanmu?” tanya Aland yang bangun beberapa menit setelah Xana. Aland memandang wajah Xana dengan lekat sambil menopang wajahnya dengan tangan kanan, berbaring di sisi.

“Seharusnya kau lebih menahan diri semalam,” omel Xana. Wanita itu masih terlentang diatas ranjang, mengumpulkan tenaga untuk bisa bangun dari sana. “Aku harus menghadiri acara penting hari ini.” 

Aland lalu beranjak dari ranjang. Ia berjalan menghampiri sisi ranjang sebelahnya, mengangkat tubuh wanita yang mengeluh itu di dekapan tubuhnya yang tak berbusana.

“Apa yang ingin kau lakukan?” jerit Xana.

“Membantumu mandi.” 

Perkataan yang membuat Xana malu sampai tubuhnya menjadi kaku. 

“Kau–” Wajah Xana memerah. “Aku bisa sendiri!”

Ia memaksakan tubuhnya untuk bangkit. Sekalipun Aland sudah menjamahnya setiap malam, bukan berarti Xana akan membiarkan pria itu bermain-main lebih lama. Siapa tahu Aland sudah merencanakan sesuatu untuknya di dalam sana?

Bahaya. Apalagi setelah malam-malam kebersamaan mereka, Xana jadi mengetahui sesuatu.

Ia tidak imun pada pesona pria ini.

Setelah satu jam, Xana dan Aland telah siap dengan pakaian yang berwarna senada. 

Hari ini mereka akan melakukan pertunjukan hebat di depan keluarga Xana, jadi keduanya harus tampil dengan memukau.

“Kau seperti sedang sakit dengan syal itu,” komentar Aland sembari mengemudi.

“Aku begini karena seseorang yang tak bisa menahan diri,” jawab Xana, ketus. 

Aland hanya menyeringai menanggapinya. 

“Jadi, aku akan bertemu dengan pria berengsek itu?” ucap Aland kemudian, yang mengetahui dengan jelas motivasi Xena.

“Tidak. Tapi kau akan bisa melihat adik tiriku tersayang,” balas Xana sembari melirik ke arah Aland. “Jangan tergoda. Jika kau masih ingin kubayar.”

Mobil Bugatti Chiron telah sampai di kawasan rumah keluarga Bliss. Rumah mewah yang menjadi tempat kebahagiaan bagi gadis kecil yang imut dan lugu sekaligus kehancuran untuk seorang wanita cantik berkulit seputih susu dengan rambut panjang yang hitam pekat, dengan karakter yang berubah menjadi tegas, mandiri, dan dingin seolah semua orang yang berinteraksi dengannya akan dihalangi oleh dinding dengan lapisan es yang tebal. 

Wanita yang tumbuh menjadi wanita tangguh setelah kehancuran di masa kecilnya, Alexana Bliss.

“Pembalasan akan segera dimulai.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status