“Berikan malam-malammu untukku.”
Secara terbuka, Aland meminta bahwa Xana harus bersedia tidur bersamanya.
“Heh.” Xana terkekeh pelan. Penawaran pria ini cukup menarik juga. “Kupikir kau merasa dirugikan semalam.”
Aland menyeringai, tapi tidak mengatakan apa pun.
Sementara itu, Xana tanpa pikir panjang dengan percaya diri menyetujui persyaratan yang Aland ajukan padanya. Meski ia tidak tahu, siapa pria asing tersebut dan apa latar belakang dari Aland.
Dalam pikiran Xana saat itu hanyalah membalas pengkhianatan Lius dan adik tirinya dengan cara yang tidak kalah menyakitkan.
***
6 hari kemudian ….
Xana sudah mencari bukti perselingkuhan antara Lius dan Julie, adik tirinya. Namun, penyelidikannya membuahkan hasil yang di luar dugaan
Xana mendapatkan bukti bahwa adiknya tengah mengandung anak dari mantan tunangannya itu. Hal itu akan menjadi bukti yang kuat untuk pembatalan pertunangan dan dengan bukti itu juga Xana jadi mengetahui bahwa mereka sudah berselingkuh selama lebih dari 2 bulan.
“Hah, memang berengsek,” gumam Xana mendapati bukti tersebut. “Jadi mereka mempermainkanku sejak lama ya?”
Besok adalah hari di mana rencana Xana untuk pembalasan pertama akan terjadi. Sekaligus menjadi malam terakhir perjanjian antara Xana dan Aland.
Klotak .... Klotak ....
Suara sepatu heels Xana yang menyentuh lantai di rumah megah dengan nuansa Eropa dengan dominasi warna hitam. Ia berjalan masuk dengan gaun hitam panjang dengan belahan samping sambil memegang tas berwarna putih.
Sampai di depan pintu, jarinya mulai menekan sandi rumah dengan santai.
Klik! Pintu rumah terbuka dan Xana masuk ke dalam.
Namun, baru saja satu langkah memasuki dalam rumah, tangannya ditarik oleh seseorang hingga tubuhnya bersandar pada dinding.
“Kau terlambat,” bisik Aland yang menggenggam pergelangan tangan Xana dengan kuat. Tubuh Xana yang berada di antara dinding yang kokoh dan tubuh Aland yang kekar membuat Xana tak dapat berkutik.
Pria ini memang setiap malam akan menemui Xana seperti ini, seperti menagih janji.
Dan Xana tidak keberatan dengan itu, karena dengan bersama pria ini, Xana bisa menumpulkan rasa sakit hatinya dan rasa kesepian yang ada.
“Maaf, pekerjaanku menump–”
Balasan Xana yang tak dapat selesai karena bibirnya telah dibungkam oleh bibir Aland.
“Mmmhhh ….” Suara Xana yang terdengar di tengah kesunyian.
Aland melumat santapan lezat yang tengah ia nikmati dengan tak sabaran. Terus hingga ke dalam sana hingga lidah mereka bertemu. Saling menempel dan menikmati sensasi penyatuan itu. Di akhir napas mereka yang telah habis, membuat lumatan itu berhenti.
Tetapi itu bukanlah akhir dari sesuatu yang baru saja hendak mereka mulai. Tubuh Xana diangkat hingga sampai di kamar megah dan dibaringkan diatas ranjang. Tentu saja diatasnya ada pria yang mulai menyentuh tubuhnya. Pria yang telah menghabiskan puluhan malam bersamanya dalam jangka waktu 3 bulan saja.
Penyatuan bibir mereka kembali dilakukan, lebih dalam dan liar. Sensasi yang sering Xana rasakan dan nikmati hingga membuatnya lupa akan dunia.
“Kau selalu tidak sabaran,” ucap Xana setelah bibir mereka berpisah.
Sudut bibir Aland terangkat dengan tatapan tajam yang tak asing lagi di mata Xana. Tatapan mata pemangsa yang tak akan melepaskan mangsanya. Setelah senyum beberapa detik itu, Aland mendaratkan bibirnya ke leher Xana. Membuat tanda yang pekat.
Tanda itu semakin banyak. Aland membuat tanda itu dari leher menuju ke bawah. Melepaskan gaun Xana yang mengganggu aktivitas panas mereka berdua.
Setelah semuanya terlepas dari tubuh Xana, Aland juga melepaskan kemeja putihnya dengan cepat. Lalu melepaskan gesper dan celana yang ia pakai. Kini tak ada lagi yang mengganggu gerakan pria itu.
“Mmmhh… aahhhh….”
Suara Xana terus terdengar bersamaan dengan sentuhan Aland. Suara itu semakin keras saat Aland sedang menikmati penyatuan tubuh mereka.
Adegan itu berlangsung selama malam yang panjang. Sampai seprei telah basah setengahnya, tubuh Xana dipenuhi tanda yang diberikan oleh Aland, dan tubuh mereka berdua yang dipenuhi oleh keringat.
Hal tersebut agak Xana sesali di pagi harinya.
Saat wanita itu terbangun, kondisi tubuh yang ia rasa sangat buruk. Padahal pagi ini ia harus menghadiri acara yang penting. Tetapi tubuhnya malah dipenuhi oleh tanda merah pekat, ditambah pinggangnya terlalu sakit untuk dipakai beraktivitas.
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Aland yang bangun beberapa menit setelah Xana. Aland memandang wajah Xana dengan lekat sambil menopang wajahnya dengan tangan kanan, berbaring di sisi.
“Seharusnya kau lebih menahan diri semalam,” omel Xana. Wanita itu masih terlentang diatas ranjang, mengumpulkan tenaga untuk bisa bangun dari sana. “Aku harus menghadiri acara penting hari ini.”
Aland lalu beranjak dari ranjang. Ia berjalan menghampiri sisi ranjang sebelahnya, mengangkat tubuh wanita yang mengeluh itu di dekapan tubuhnya yang tak berbusana.
“Apa yang ingin kau lakukan?” jerit Xana.
“Membantumu mandi.”
Perkataan yang membuat Xana malu sampai tubuhnya menjadi kaku.
“Kau–” Wajah Xana memerah. “Aku bisa sendiri!”
Ia memaksakan tubuhnya untuk bangkit. Sekalipun Aland sudah menjamahnya setiap malam, bukan berarti Xana akan membiarkan pria itu bermain-main lebih lama. Siapa tahu Aland sudah merencanakan sesuatu untuknya di dalam sana?
Bahaya. Apalagi setelah malam-malam kebersamaan mereka, Xana jadi mengetahui sesuatu.
Ia tidak imun pada pesona pria ini.
Setelah satu jam, Xana dan Aland telah siap dengan pakaian yang berwarna senada.
Hari ini mereka akan melakukan pertunjukan hebat di depan keluarga Xana, jadi keduanya harus tampil dengan memukau.
“Kau seperti sedang sakit dengan syal itu,” komentar Aland sembari mengemudi.
“Aku begini karena seseorang yang tak bisa menahan diri,” jawab Xana, ketus.
Aland hanya menyeringai menanggapinya.
“Jadi, aku akan bertemu dengan pria berengsek itu?” ucap Aland kemudian, yang mengetahui dengan jelas motivasi Xena.
“Tidak. Tapi kau akan bisa melihat adik tiriku tersayang,” balas Xana sembari melirik ke arah Aland. “Jangan tergoda. Jika kau masih ingin kubayar.”
Mobil Bugatti Chiron telah sampai di kawasan rumah keluarga Bliss. Rumah mewah yang menjadi tempat kebahagiaan bagi gadis kecil yang imut dan lugu sekaligus kehancuran untuk seorang wanita cantik berkulit seputih susu dengan rambut panjang yang hitam pekat, dengan karakter yang berubah menjadi tegas, mandiri, dan dingin seolah semua orang yang berinteraksi dengannya akan dihalangi oleh dinding dengan lapisan es yang tebal.
Wanita yang tumbuh menjadi wanita tangguh setelah kehancuran di masa kecilnya, Alexana Bliss.
“Pembalasan akan segera dimulai.”
“Pembalasan akan segera dimulai.”Tanpa Xana dan Aland sadari, Julie Bliss, adik tiri Xana, sedang melihat mereka dari jendela kamarnya di lantai dua. Julie mengerutkan keningnya, dengan perasaan heran wanita itu bergegas menuju ruang makan. Di sana ayah dan ibunya juga baru saja tiba untuk sarapan.Tak lama kemudian, Xana dan Aland tiba di ruang makan. “Selamat pagi Ayah, Bibi Hilda, dan Julie, maaf datang tanpa mengabari lebih dulu,” sapa Xana dengan senyum lebar yang dingin.“Xana, kau datang,” sapa balik Bernan yang kaget dengan kedatangan putri pertamanya. Semua mata tertuju pada pria yang tengah berdiri di sebelah Xana dengan tatapan bingung sekaligus penasaran. Wajah yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.“Ayo duduk, kita makan bersama,” lanjut Bernan.Xana menggandeng lengan Aland dan berjalan bersama menuju kursi. Mereka duduk bersebelahan di sisi kanan Bernan. Semua mata terus menatap wajah asing itu dengan tatapan yang penuh dengan pertanyaan.“Ayah, kenalkan dia Aland,”
Sesuai janji yang telah dibuat, pukul 10 Xana sudah tiba dilokasi tempat pertemuannya dengan Nyonya Elanz. Xana sampai lebih dulu jadi dia menunggu dengan santai. Di restaurant tempat Xana berada berita yang sedang tayang di televisi merebut perhatiannya.Berita yang menayangkan mengenai Elanz Company yang tengah memperluas bisbis mereka dibidang otomotif.Pembawa berita: “Tidak hanya sukses membuat banyak brand dibidang fashion dan perhiasan, Elanz Company sudah mulai bergerak memperluas jangkauan bisnis mereka dibidang otomotif hingga bekerjasama dengan Perusahaan luar negeri. Merek baru mereka diperkirakan akan diluncurkan pada akhir tahun ini. Banyak pihak yang menduga jika merek baru mereka dipegang sepenuhnya oleh putra Tunggal keluarga Elanz yang tak pernah tampil di public hingga sekarang. Bahkan tidak ada yang pernah tau wajah bahkan namanya. Apakah ini pertanda jika Elanz Company akan segera beralih sepenuhnya ke Putra Tunggal mereka?”Topik berita yang sering Xana dengar ka
“Tolong maafkan aku, ku mohon kembalilah bersamaku.” Lius langsung memeluk Xana dengan erat. Xana berteriak dan berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga tetapi tak bisa.PLAK, pukulan keras yang Aland lepaskan ke wajah Lius. Xana langsung bersembunyi dibalik punggung Aland. “Sepertinya kau tak mengerti bahasa manusia,” geram Aland, tatapan mata tajam dengan wajah datar.Lius terdiam membisu dengan ekspresi takut. Ekspresi yang sama ketika ia bertemu dengan Aland saat membuat keributan kantor Xana. Lalu Aland menarik tangan Xana dengan keras menuju mobilnya. Tubuh Xana bersandar dimobil sambil dihampit oleh tubuh Aland.“Berani sekali kau kabur dariku,” kata Aland dengan sorot mata tajam. Tubuh mereka yang saling menempel dengan hanya ada jarak wajah beberapa centi saja.“Perjanjian kita hanya selama 7 hari, bukankah berarti perjanjian kita sudah selesai,” kata Xana, datar.“Hanya aku yang boleh memutuskan kapan hubungan ini berakhir.”“Tuan Elanz sepertinya kau lupa, akulah yang m
Berita: “Selama bertahun-tahun keluarga Elanz menyembunyikan identitas putra tunggal mereka. Hari ini mereka mengumumkannya secara resmi. Aland Elanz, pewaris satu-satunya yang akan segera mengambil alih Elanz Company dalam waktu dekat.”Mata Selna terbuka dengan lebar. Seseorang yang selalu ia pikirkan dengan prasangka buruk adalah putra tunggal konglomerat paling dihormati. Takdir memang tak pernah terduga.Sementara itu Xana yang merupakan penyebab dari kejadian ini masih terpaku melihat ke arah layar. Jadi ini kejutan yang Aland maksud untuknya. Kejutan yang jauh lebih mengejutkan dari perkiraan.Telapak tangan Selna memukul lengan sahabatnya. Menyadarkannya bahwa ini adalah kenyataan. “Wah, sebenarnya dimana kau mendapatkan pria seperti itu?” gumam Selna, begitu syok, ia bahkan tak tau harus berkata apa lagi.“Pantas saja marganya sama. Ternyata mereka adalah orang yang sama. Aku terlalu bodoh untuk jadi pengacara,” kata Xana. Berita yang datang secara tiba-tiba membuat otaknya m
Xana berbohong kepada keluarganya jika Aland mungkin akan datang terlambat. “Mungkin dia akan terlambat datang. Dia adalah orang yang sibuk, bukan seperti orang lain yang dapat menikmati makan malam dengan santai,” kata Xana, menyeringai.Xana lalu duduk dengan santai. Didepannya ada seseorang yang mungkin merasa tersindir oleh ucapannya. Tetapi Xana tak peduli.Makan malam berlangsung dengan damai. Untuk pertama kalinya Xana merasakan makan malam yang hangat untuknya. Walaupun itu karena pengaruh Aland tetapi Xana menikmati moment ini.Orang yang menjadi pusat perhatian pada malam ini tidak datang. Walaupun sosokmya tak ada tetapi namanya selalu terdengar. Selalu disebut dan membuat orang lain iri.“Makan malam sudah mau selesai, kapan dia akan datang?” sindir Hilda.“Apa kau sudah bertanya kapan dia akan sampai?” tanya Bernan.“Apa perlu dilakukan?” balas Xana, datar.“Sepasang kekasih tidak akan keberatan jika dihubungi oleh kekasihnya,” ucap Hilda, seolah sebuah sindiran pedas yan
Beberapa detik termenung Xana memutuskan untuk pergi ke Elanz company. Membuat kejutan untuk kekasihnya yang masih lembur.Xana datang sambil membawa cemilan malam. Suasana didalam kantor masih cukup ramai. Seperti sedadang tidak malam disana. Situasi disana seperti jam kerja pada umumnya. Perusahaan raksasa memang berbeda.Xana tiba di lift. Lift itu terbuka, mata Xana dan Lius bertemu. Ini memang kantornya jadi wajar jika bertemu.Huft, pertemuan yang tak pernah Xana inginkan terjadi. “Xana?” sapa Lius. Mendekati Xana.Tak ada jawaban dari wanita itu, ia langsung masuk ke dalam lift. Tetapi pria bengsek itu masih mengikutinya. Kembali ikut masuk ke dalam lift.Walaupun sudah tak dihiraukan tetapi ia bersikeras mendekati Xana. “Tolong bicaralah denganku. Aku tak bisa berpisah, aku masih mencintaimu,” mohon Lius.Tatapan menjijikan yang penuh dengan hafsu, Xana menyesal sudah menutup mata dimasa lalu. Dia hanya pria rendahan yang tak seharusnya mendapatkan sebuah cinta murni dari Xana
“Apa kau bisa melakukannya untukku?” lanjut Xana.“Tergantung pelayananmu,” balas Aland, smirk. Tatapan pemangsa dengan aura buasnya seolah ingin menerkam jiwa dan tubuh Xana.Sesudah mengobrolkan masalah Bliss Group, Xana berpamitan untuk pulang. Besok pagi ada rapat penting yang harus ia hadiri. Sebelum itu tentu saja Xana memberikan ciuman perpisahan untuk Aland.***Dikantor yang sudah ramai didatangi oleh karyawan, Xana masuk kedalam ruangannya. Mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk rapat setengah jam lagi.Setelah setengah jam, Olive datang ke ruangan Xana. “Pengacara Bliss, sudah waktunya rapat.”Di ruangan rapat, Daniel datang bersamaan dengan Xana. Bersama dengan sekretarisnya. Sementara itu tuan Geon belum tiba. Jadi mereka menunggu lebih dulu.Beberapa menit setelahnya, tuan Geon datang. “Selamat pagi, maaf membuat kalian menunggu.”“Silahkan duduk,” ucap Xana.Rapat dimulai dengan pembicaraan mengenai urusan perceraian tuan Geon. Mulai dari data yang sudah dikumpulka
“Urusan pekerjaan?” gumam Aland sambil tersenyum tipis, menatap Xana dengan lekat.Tingkah Aland sungguh membuat Xana sangat tegang hingga ia minum cukup banyak. Tingkah Xana memperlihatkan bahwa ia sedang tegang hingga membuat Aland tersenyum tipis sambil mengangkat satu alisnya. Godaan yang begitu ia nikmati.“Benar, urusan pekerjaan,” sambung Aland.“Selamat atas keberhasilan tuan muda Elanz dalam kerja sama luar negeri. Saya cukup kaget karena kemunculan anda ke public. Banyak yang semakin penasaran dengan sosok anda,” kata Selna. Selna berusaha mengalihkan pembicaraan yang terjadi antara Aland dan Xana.“Terimakasih sahabatku, aku tak akan melupakan jasamu,” batin Xana.“Aku cukup senang karena Aland disambut baik oleh banyak orang. Sebenarnya dia tidak menginginkan hal semacam itu. Tetapi entah mengapa dia berubah pikiran. Itu cukup baik,” jelas tuan Ernando.“Mungkin tuan muda Elanz punya rencana sendiri,” balas Selna sambil tersenyum.“Bagaimana menurut pengacara Bliss. Apakah