Share

6. Kecelakaan

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Auw ...!"

"Ya ampun! Bu Salsa!" Rini memekik ketika melihatku merintih.

Entah kenapa tiba-tiba perutku kram setelah melihat video Mas Zein bersama seorang wanita yang asing bagiku.

"Bu Salsa kenapa?" Asisten rumah tangga yang baru datang siang tadi itu terlihat cemas.

Tergopoh dari arah dapur ia kemudian duduk di karpet dekat sofa tempat aku duduk.

"Perut saya sedikit sakit, Rin. Sepertinya kram," ucapku meringis sambil memegang perut bagian bawah.

"Oalah, terus apa yang bisa saya bantu, Bu? Apa saya telpon ambulance saja?"

"Tidak usah, nanti juga baikan sendiri. Saya cuma perlu istirahat saja."

"Kalau begitu, mari saya antar ke kamar Ibu."

"Baiklah, terima kasih."

Kemudian aku dipapah oleh Rini masuk ke dalam kamar. Untunglah ada Rini, kalau tidak, aku pasti kewalahan menghadapi kram ini sendirian.

Sesampainya di kamar dan berbaring, aku mengelus janin yang masih belum terbentuk sempurna di rahimku.

Perasaan bersalah seketika menyinggahi hati.

"Maafkan Bunda, Sayang. Bunda terlalu berat memikirkan ayahmu yang belum juga pulang sampai larut seperti ini."

"Harusnya Bunda yakin dan percaya kalau ayah pasti tidak akan tega mengkhianati kita. Tentang Video nyasar itu, pasti semua itu ada alasannya. Toh, di video juga ayahmu tidak terlihat sedang melakukan hal aneh. Dia hanya duduk dan ngobrol dengan seorang wanita."

"Pasti semua baik-baik saja, iya 'kan, Nak?" ucapku pada janin yang belum terlihat jenis kelaminnya ini, sebab baru memasuki bulan kedua usianya di perutku.

Meski tak dipungkiri, bayangan Mas Zein bersama wanita yang tidak aku kenal itu masih terlintas di kepala.

Tetapi, sebisa mungkin aku merilekskan diri agar tetap tenang. Ada nyawa lain yang harus aku jaga di dalam sini.

Setelah lelah menunggu Mas Zein yang tak kunjung datang, rasa kantuk menyerang bersamaan dengan kram yang berangsur membaik. Hingga tak lama mata ini terpejam sempurna mengarungi mahligai lautan mimpi.

****

Aku terbangun dari tidur karena ponselku berdering kencang.

Dengan tergesa aku melihat si penelpon berharap itu Mas Zein.

"Daniel?" Ternyata dia yang melakukan panggilan.

Segera ku geser tombol hijau.

"Halo! Ada apa, Dan?" sapaku tanpa mengucapkan salam. Firasatku mengatakan kalau ini ada hubungannya dengan Mas Zein.

"Sebaiknya Ibu tenangkan diri dulu. Selepas shalat subuh, nanti saya akan jemput Ibu," ucap Daniel seolah tahu dengan keadaanku sekarang.

"Ada apa? Kenapa saya harus tenang. Apa yang terjadi?" Aku masih berusaha tenang, menyembunyikan kegelisahan akan hilangnya kabar Mas Zein.

"Sebentar lagi Subuh. Sebaiknya Anda bersiap shalat kemudian saya akan menjemput Ibu. Maaf, teleponnya saya tutup dulu. Permisi."

Tanpa meninggalkan kejelasan apapun, Daniel mematikan teleponnya, menyisakan aku dengan penasaran yang memenuhi isi otak.

"Sebaiknya aku percayakan saja pada Daniel. Aku yakin Daniel tidak akan melakukan hal aneh."

Berperang dengan hati dan pikiran lumayan lama, akhirnya aku memutuskan untuk ke kamar mandi. Membersihkan diri lalu kemudian bersuci dan shalat dua raka'at.

Benar saja, beberapa menit selesai shalat ponselku ada pesan masuk dari Daniel.

[Saya tunggu di depan, Bu. Sebaiknya jangan katakan apapun pada orang rumah. Bilang saja Anda ada acara keluarga.]

Kedua alisku saling menaut heran.

[Baiklah, aku bangunkan Naura dulu,] balasku.

Gegas aku mengenakan kerudung instan. Tanpa make up apapun aku berjalan cepat keluar kamar.

Suasana rumah masih sepi. Rini masih belum bangun, sebab waktu masih pukul empat pagi.

Kuketuk pintu kamar Rini dengan pelan. Perlahan pintu kamar terbuka. Muncul Rini dengan wajah khas orang baru bangun.

"Eh, Ibu. Maaf, Bu, saya kesiangan," ucapnya sungkan.

"Gak papa kok. Saya saja yang bangunnya kepagian."

Rini hanya tersenyum menanggapi.

"Saya mau ada acara keluarga di rumah mertua hari ini. Makanya saya bangun lebih awal. Nanti kamu tolong jaga rumah, ya. Beres-beres dan tidak usah masak," pesanku.

"Baik, Bu."

"Ya sudah, silakan bersih-bersih dulu, saya mau bangunin Naura dan langsung berangkat. Nanti kamu kunci lagi pintu dan gerbangnya, ya."

"Apa Ibu perginya bersama Bapak?" tanya Rini membuatku sedikit heran.

"Iya, Bapak sudah menunggu di luar. Ya sudah, saya ke kamar Naura dulu!" Tanpa menunggu jawaban Rini lagi, aku melenggang meninggalkannya menuju kamar anakku.

"Sayang, bangun yuk. Kita ke rumah Oma hari ini." Menepuk pelan pipi anakku yang masih tertidur pulas.

Jika saja aku tidak sedang hamil, Naura pasti sudah aku gendong, agar tidak memakan waktu.

Aku sudah tidak sabar mengetahui Daniel mau membawaku kemana.

Naura mengerjap. Perlahan matanya terbuka. "Bunda ...."

"Iya, Sayang. Yuk bangun."

Aku membantu Naura bangun dan turun dari ranjang setelah sebelumnya Naura mengangguk.

Sambil mengucek matanya yang mungkin masih ngantuk, Naura berjalan pelan mengikuti tuntunanku.

Memutar kunci pintu utama, Rini tiba-tiba muncul. "Biar saya bantu, Bu. Mari," ujarnya.

"Baiklah."

Kemudian aku dan Naura keluar lebih dulu diikuti oleh Rini yang hendak membukakan pagar.

"Terima kasih, Rin. Hati-hati di rumah ya," pesanku setelah berada di luar pagar pada wanita berusia 28 tahunan yang kelihatannya lugu.

"Baik, Bu."

Barulah setelah itu aku berjalan menuju satu-satunya mobil yang terparkir di tepi jalan.

"Apa dia asisten rumah tangga Ibu yang baru?" Daniel bertanya setelah aku berhasil masuk ke dalam mobil.

"Iya, kenapa?"

"Sebaiknya Ibu jangan mudah percaya pada orang yang belum Anda kenal," ucap Daniel dingin. Pandangannya lurus mengarah pada Rini yang masih berdiri di pintu pagar.

"Tapi kelihatannya dia baik dan lugu. Lagian, semua barang berharga sudah aku taruh di tempat yang aman."

"Tidak semua yang tampak dari luar sama seperti yang kita duga, Bu Salsa." Pandangan Daniel masih mengarah pada wanita yang sejak tadi masih stay di sana.

Benar juga apa yang di katakan Daniel. Rini memang terlihat baik, tetapi aku juga tidak bisa memastikan apakah dia memang benar-benar baik atau tidak.

"Lalu, apakah kita akan tetap di sini memperhatikan Rini sampai dia masuk?"

Tanpa mengucapkan kata apapun lagi, Daniel langsung menghidupkan mobil, kemudian menginjak pedal gas dengan pelan.

-----

Sekitar setengah jam berada dalam mobil yang dikendarai oleh Daniel, akhirnya aku sampai pada sebuah gedung yang tinggi bertuliskan RS Medika Persada. Salah satu rumah sakit terbesar di kota ini.

Masih dengan kebingungan yang melanda, kakiku terus melangkah mengikuti Daniel Yang menggendong Naura, memasuki gedung berlantai banyak itu.

"Tunggu sebentar di sini." Daniel menurunkan Naura setelah berada di sebuah ruangan. Lalu dia mengotak-atik benda pipih berwarna hitam di tangannya.

Aku hanya bisa menurut diam. Mau bertanya pun pasti akan berakhir kecewa sebab Daniel tak akan mudah membuka suaranya.

Beberapa saat kemudian Daniel mengajakku kembali berjalan memasuki lorong rumah sakit.

Tepat di depan pintu dengan tujuan angka tiga digit Daniel berhenti.

Tak ingin lebih lama menunda rasa penasaran, aku langsung membuka pintu itu.

Mataku terbelalak melihat Mas Zein yang tengah tersenyum manis berada di atas brankar dengan selang infus di tangannya.

"Mas Zein ...." Aku berlari mendekap suami yang sejak kemarin tak ada kabar.

Menumpahkan semua cairan di pundak lelaki yang sangat aku cintai.

"Maaf membuatmu khawatir," ucapnya sambil mengelus kepalaku.

Aku mengurai pelukan. "Mas kenapa?"

"Hanya insiden kecil saja, tidak apa-apa, kok." Lelaki itu kembali tersenyum.

"Tidak apa-apa bagaimana, tangan Mas di infus dan muka Mas pucat." Aku sedikit mengomel karena khawatir melihat keadaannya.

"Beneran gak papa, Sayang. Yang penting, satu hal yang Mas minta. Apapun berita yang tersebar nanti, kamu harus percaya pada Mas sepenuhnya!"

Berita? Percaya sepenuhnya? Apa maksud perkataan Mas Zein. Apa ada yang dia sembunyikan dariku.

Bab terkait

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    7. Tuntutan Misyka

    "Pokoknya Pak Zein harus bertanggung jawab. Masa depanku sudah hancur sekarang."Dua hari pasca insiden yang menghebohkan jagad raya, di mana mobil yang dikendarai Mas Zein menabrak pohon, dengan kondisi Mas Zein dan seorang wanita ditemukan dalam keadaan setengah telanjang, Misyka datang bersama dua orang yang mengaku pengacaranya meraung meminta pertanggung jawaban pada suamiku.Ya, perempuan yang ditemukan tak sadarkan diri bersama suamiku adalah Misyka.Terkejut? Tentu saja! Tapi seperti permintaan Mas Zein, aku harus lebih percaya pada suamiku itu."Bagaimana, Pak Zein? Demi menjaga nama baik, saran saya sebaiknya Anda bertanggung jawab. Laki-laki baru akan disebut gentle apabila dia mau mengakui dan bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat. Apalagi klien saya banyak dirugikan dari insiden memalukan ini." Salah satu dari pengacara Misyka pun ikut mengeluarkan suara, memojokkon Mas Zein.Mata lelaki yang membersamaiku beberapa tahun itu tertuju padaku. Mata itu seolah meng

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    8. Mulai Melawan

    Sesuai ucapan mereka kemarin, pagi-pagi sekali cecunguk berkepala plontos itu datang kembali. Namun berbeda dari sebelumnya, kini pria tambun yang belum aku ketahui namanya itu datang sendiri.Wah, sepertinya akan sangat menyenangkan kali ini. Ya, walaupun akan jauh lebih seru kalau ada Misyka juga sebenarnya.Tapi tak apalah, satu persatu, perlahan akan aku tumbangkan mereka yang berani mengusik ketentramanku."Selamat pagi, Pak Zein, Bu Salsa. Saya datang membawa berkas perjanjian damai yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Silakan dipelajari lalu tanda tangan di bawahnya." Dia menyodorkan map merah pada Mas Zein.Aku yang kebetulan sedang menyuapi Mas Zein sarapan, langsung menyambar map itu."Pegang, Mas," ucapku pada Mas Zein menyerahkan mangkuk berisi bubur. "Dihabiskan sendiri, ya. Aku mau ke sana sebentar," sambungku setelah mangkuk itu berpindah tangan.Kemudian aku mengajak Pria tambun itu menuju sofa.Setelah pria itu duduk, aku mengotak-atik sebentar handphone milikku

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    9. Senjata Baru

    "Salsa, Sayang. Malam ini biar Mama yang jagain Zein di sini. Kamu istirahatlah di rumah. Naura juga sepertinya merindukanmu, Nak," titah Mama Rita--mertuaku.Habis Maghrib, tadi beliau datang bersama supirnya. Semenjak mengetahui Mas Zein kecelakaan, mertuaku itu langsung meluncur dari kota tempat suamiku dilahirkan ke sini dan menginap di rumahku menemani Naura."Emangnya gak pa-pa, Ma?" tanyaku sungkan."Iya, gak pa-pa dong, Sayang. Kasihan calon cucu Mama di sini." Mama mertua yang sudah seperti Mama kandungku itu mengelus perut ku."Gimana, Mas?" tanyaku pada Mas Zein."Iya, Mama benar. Istirahatlah di rumah. Di sini kamu pasti kurang cukup istirahat," sahut suamiku."Ya sudah, mumpung belum terlalu malam, pulanglah bersama Jono. Besok baru ke sini lagi," titah Mama Rita lagi."Ya udah, deh, makasih ya, Ma." Aku memeluk mama mertuaku dengan sayang.Barulah setelah itu aku pamit pada Mas Zein."Aku akan menghubungi Mas nanti. Takut Mas kangen," candaku."Genit." Mas Zein menoel h

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    10. Musuh Dalam Selimut

    Pengacara Misyka itu meberi tatapan tajam, lalu mencondongkan tubuhnya padaku sembari berucap penuh penekanan. "Jangan macam-macam dengan saya, Salsa. Kamu tidak tahu siapa saya sebenarnya. Saya bahkan bisa berbuat hal yang tidak pernah kamu duga!"Mungkin dia pikir aku akan takut dengan ancamannya itu.Dengan berani aku pun ikut membalas tatapan tajamnya serta menimpali ocehannya, "Simpel saja, Pak Aldo. Jangan usik ketenangan saya, maka saya juga tidak akan mengusik Anda. Gampang 'kan?"Pria itu justru terbahak mendengar ucapanku sehingga mengundang perhatian para pengunjung lainnya.Cukup lama dia melakukan itu. Dan aku tidak terpengaruh sama sekali."Come on, Bu Salsa. Suami Anda sudah tertangkap basah dengan seorang wanita. Kenapa Anda masih mau membelanya?" ujar Aldo setelah tawanya mulai mereda.Beberapa detik keheningan melanda.Aku sibuk mencari sesuatu yang akan aku tunjukkan pada si Aldo itu di handphone milikku. "Lihat ini dengan seksama Pak Aldo. Saya yakin Anda cukup ce

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    11. Kekurangan Zein

    Waktu bergulir begitu cepat. Mas Zein sudah diperbolehkan pulang, setelah sebelumnya melakukan serangkaian tes untuk memastikan zat berbahaya di dalam tubuhnya hilang tak tersisa."Jadi bagaimana perkembangan masalah kamu dan sekretarismu itu. Apa sudah beres?" Mama Rita dan Mas Zein tengah mengobrol di kamar Mas Zein sehabis sarapan.Aku yang hendak membantu Mas Zein meminum obatnya berhenti dibalik pintu yang sedikit terbuka.Bukan bermaksud menguping, hanya penasaran saja. Apakah cerita yang akan Mas Zein sampaikan pada mamanya akan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya sudah aku ketahui, atau justru menutupinya.Samar-samar aku mendengar Mas Zein menjawab pertanyaan mama. Tapi jarak tempatku berada membuat suara Mas Zein tak begitu jelas di telingaku.Akhirnya demi bisa memenuhi rasa penasaran, aku memutuskan untuk ke kamar sebelah saja. Kamar kosong yang biasa ditempati tamu bila ada yang berkunjung.Aku berniat mendengar obrolan mereka dari CCTV. Di samping akan lebih jelas, a

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    12. Melepas Rindu

    "Zein? Jadi kamu ... Hemmm nguping ya?" ucap mama tersenyum simpul sambil menatapku.Aku nyengir kuda seraya menggaruk kepala yang tidak terasa gatal. "Ketahuan, deh.""Dasar kamu itu. Sini duduk." Mama menepuk sofa panjang yang beliau duduki.Aku pun segera melangkah, mendudukkan bokong tepat di samping mama sesuai perintah beliau.Melirik sekilas, mama Rita masih memperhatikan Mas Zein dari balik layar handphone milikku."Dari kecil Zein tidak pernah menghadapi masalah berat seorang diri. Almarhum papanya selalu menjadi garda terdepan ketika Zein mengalami masalah. Termasuk mama pun akan ikut andil menyelesaikan masalahnya." Mama mulai bersuara.Aku hanya diam, menunggu kalimat berikutnya yang akan mama sampaikan."Hal itulah yang sedikit Mama sesali sekarang. Zein tumbuh menjadi laki-laki yang sulit menyelesaikan masalahnya sendiri. Walaupun kami berhasil mendidik dia menjadi pria yang penyayang dan tidak suka kekerasan. Tapi hal itu justru sering dimanfaatkan oleh orang yang tidak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    13. Kedatangan Misyka

    "Makasih, Sayang. Kamu selalu yang terbaik buat Mas." "Sama-sama, Mas. Salsa bahagia bisa melayani Mas Zein."Setelah menuntaskan apa yang seharusnya dituntaskan, aku dan Mas Zein masih setia bersembunyi dibalik selimut dengan posisi tanpa jarak.Sesekali, suamiku ini masih mengecup keningku."Percayalah, hati Mas sepenuhnya hanya untuk kamu, Dek. Tak pernah ada yang lain.""Aku percaya, kok, Mas.""Tentang Misyka ....""Sssssttt." Aku mengunci mulut Mas Zein dengan telunjuk. "Salsa sudah tahu semuanya."Kemudian aku duduk, diikuti Mas Zein yang juga duduk di belakangku"Kamu cari tahu semuanya, Dek?""Iya. Termasuk zat yang sengaja dimasukkan ke minuman Mas. Cuma ... Salsa masih kesulitan menemukan orang yang mengedit foto-foto Mas.""Serius kamu, Dek. Sudah sejauh itu?" Mas Zein nampak kaget mengetahui aku sudah bertindak lebih cepat dari pada Pak Handoko--kuasa hukum Mas Zein."Lebih dari itu, Mas. Siap-siap saja melihat aksi sang ratu di Istana kerajaan kita ini. Salsa tidak akan

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    14. Pengkhianat Mulai Berulah

    Mama terlihat memicingkan mata. "Memangnya itu anak siapa? Kenapa saya harus menyayanginya?" ketus mama."Ini anak Mas Zein juga, Tan. Kami saling mencintai. Tolong restui kami. Ijinkan aku masuk ke kamarnya saja ya, supaya Mas Zein juga tahu kalau aku sedang mengandung buah hatinya." Misyka kembali beranjak. Mungkin ingin mencari letak kamarku dan Mas Zein.Namun, buru-buru mama mencekal tangan wanita berpakaian dres tanpa lengan itu. Didudukkan lagi tubuh tinggi kurusnya pada sofa."Diam dan tunggu menantu saya keluar. Jangan pernah ganggu mereka. Atau saya bisa membuat tubuh kurusmu itu semakin kurus!" seru mama. Telapak tangannya mencengkeram rambut hitam kebanggaan wanita itu.Misyka meringis. Kepalanya mendongak dengan tatapan penuh kebencian pada mertuaku itu.Di hempasnya kepala Misyka sehingga membentur sandaran sofa. Lalu mama melenggang meninggalkan Misyka begitu saja.Sudah aku bilang, mertua tercintaku itu paling anti dengan yang namanya perusak. Jadi, tak heran kalau lam

Bab terbaru

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    48. Baby Ivana Keysha (Ending)

    "Ya sudah kalau Mas Zein keberatan. Aku akan memberikan bayi itu pada panti asuhan saja. Tapi, aku boleh mengunjunginya setiap waktu 'kan Mas?"Melihat wajah datar dan dingin suaminya, Salsa pada akhirnya memutuskan untuk mengaihkan pengasuhan bayi itu pada sebuah panti. Meski begitu ia akan tetap memantau perkembangan bayi itu. Ia tak ingin egois. Berusaha memaklumi jika suaminya berat menerima bayi wanita yang secara terang-terangan menghancurkan impiannya mempunyai banyak anak.Ya, rencana Zein mempunyai 5 atau 6 anak dari Salsa harus kandas karena ulah mereka yang membenci Zein. Dan melalui Misyka semua kebahagiaan yang dirasakan Zein dengan keluarga kecilnya menjadi porak-poranda."Sebaiknya kita istirahat saja dulu, Sayang. Mungkin suami kamu masih capek. Kamu juga sepertinya kelelahan, lihat matamu sudah seperti mata panda saja." Mama Rita mencoba mencairkan suasana. Sebagai orang yang paling tua dia lebih bijak.Mama Rita dapat melihat sebuah keinginan besar di dalam diri Sal

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Izin Merawat Bayi Misyka

    "Tidak ...!!!"Tepat ketika Danu menekan pelatuk senjatanya, Risa berlari kencang memasang badan di depan Zein sehingga mau tidak mau timah panas itu menancap pada perutnya."Risaaa ...." Tangan Danu gemetar, senjatanya jatuh begitu saja saat mendapati kenyataan bahwa pelurunya justru mengenai anak kandungnya sendiri."Tidak. Tidak, tidak mungkin." Danu terus bergumam sembari matanya nanar memandang telapak tangan yang selalu mengasihi dan membelai anaknya, justru kini tangan itulah yang melukai buah hati tercintanya.Darah berceceran pada lantai keramik putih di mana kini Risa terkapar dalam pangkuan Zein dengan nafas tersengal."Zein. Maafkan ayahku," ucap Risa lemah.Satu tangannya memegangi luka dan satunya lagi menggapai-gapai wajah Zein."Bertahanlah, Ris. Bantuan akan segera datang." Zein berusaha menguatkan sembari menggenggam erat tangan Risa."Tidak Zein. Aku tidak kuat. Tapi, aku sudah cukup bahagia jika harus pergi dalam keadaan berada di pangkuanmu. Maafkan Aku yang tidak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Danu sang Dalangnya

    Di sisi lain, Zein saat ini tengah beradu kekuatan dengan beberapa anak buah yang berjaga di bangunan penyekapan Mama Rita.Dibantu oleh Bima, Santos dan anak buahnya, Zein berhasil menerobos masuk ruangan itu.Begitu pintu terbuka lebar, Zein dapat melihat dengan jelas mamanya kini tengah terikat pada kursi dengan mulut tersumpal lakban. Di sampingnya berdiri seorang pria yang begitu dia kenal memegang senjata api tengah menyeringai padanya."Selamat datang, Zein Mahardika yang terhormat. Apa kabar? Saya tidak menyangka loh Anda bisa sampai di sini," ucap Danu congkak."Katakan, apa maumu? brengsek!" sergah Zein."Ini yang aku tunggu. Kamu ingin tahu apa mauku? Baiklah akan ku beritahu."Zain hanya memberi tatapan menghunus. Dia ingin segera tahu apa maksud semua rencana ini. Apa tujuan dari rekan bisnisnya ingin menghancurkan dirinya beserta keluarganya."Tanda tangani kertas ini sekarang," perintah Danu sambil menyodorkan map hijau di tangannya."Apa itu?" tanya Zain.Danu melirik

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    46. Misyka Meninggal

    Salsa tak ingin peduli dengan apapun yang terjadi pada Misyka yang kini sudah dibawa ke rumah sakit oleh pihak hotel setempat. Tetapi bayangan bayi dalam perut perempuan itu terbayang-bayang dalam benak Salsa.Jika terjadi apa-apa dengan Misyka, bagaimana dengan nasib bayi itu. Bunda dari Naura itu berjalan bolak-balik tak tenang dalam kamarnya.Waktu sudah larut, Naura sudah tertidur lelap, tapi Zein belum juga pulang. Bukannya mengkhawatirkan Zain yang belum ada kabar, Salsa justru mengkhawatirkan keadaan Misyka dan bayinya. Hatinya merasa bersalah karena dialah yang menyebabkan semua itu terjadi.Tak bisa tenang, akhirnya Salsa memutuskan untuk menyusul Misyka ke rumah sakit. Dia meminta bantuan pada anak buah Santos untuk menjaga Naura. Beruntung salah satu dari orang kepercayaan Santos itu ada yang seorang wanita, sehingga Salsa mengizinkan penjaga wanita itu untuk masuk ke dalam kamar di mana Naura tengah tidur lelap.Diantar oleh anak buah Santos yang satunya lagi, Salsa menuj

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    45. Tragedi

    Pov authorMalam harinya Bu Clara memutuskan untuk bersedia bertemu dengan Salsa, setelah beberapa waktu lalu dirinya melihat foto suaminya dengan perempuan bergandeng mesra di sebuah minimarket, yang dikirim oleh Salsa.Derap langkah high heels istri dari pengacara Aldo itu menggema di lobby hotel tempat Salsa menginap, lalu menghubungi Salsa."Saya sudah di lobby Anda di mana?" ucapnya melalui ponsel."Baik, tunggu sebentar. Saya segera turun," sahut Salsa.Bergegas Ibu dari Naura itu memakai hijab instannya. Sebelumnya iya meyakinkan Naura terlebih dahulu untuk tetap di kamarnya selama ia belum kembali. Naura pun mengiyakan. di samping karena memang dia sudah mengantuk.Agar lebih aman Salsa mengunci kamar hotelnya dari luar. Lalu berjalan menemui Clara di bawah, tak lupa masker penutup wajahnya ia kenakan."Halo, Bu Clara." Salsa langsung menyapa saat melihat wanita persis seperti di foto profil nomor yang baru saja menghubunginya.Wanita yang lebih tua dari Salsa itu memicingkan

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    44. Bertemu Misyka

    Usai pelepasan, aku masih menempel pada dada bidang suamiku sebagai sandaran. Dan Mas Zein mengelus kepalaku dengan sayang."Mas," panggilku."Hmmm," sahutnya."Bagaimana keadaan Mama Rita sekarang? Semalam mama menemui beberapa orang yang membuat keributan, dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku membawa Naura pergi dan meninggalkan mama begitu saja." Aku mengencangkan pelukan pada Mas Zein sekedar menghilangkan rasa bersalah yang menghinggapi."Mas sedang berusaha mencari tahu, Sayang. Tenanglah, berdoa saja semoga Mama tidak kenapa-kenapa.""Kita lapor polisi saja Mas, supaya mama segera ditemukan.""Tidak semudah itu, Sayang. Kita harus menunggu 24 jam terlebih dahulu baru laporannya akan diterima. Bima dan orang-orangnya sudah mengetahui di mana Mama berada. Tinggal menunggu waktu yang tepat, Mas akan menjemput mama. Kamu tenang dan jangan banyak pikiran, ya.""Benarkah? Alhamdulillah kalau begitu. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawa mama?"Ak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    43. Memadu Kasih

    Setelah panggilan terputus, aku mulai sedikit menata barang-barang yang berantakan di kamar. Menumpuk baju-baju yang keluar dari lemari dengan asal di keranjang, dan juga mengumpulkan beberapa barang lainnya yang juga berserakan di lantai. Semua aku jadikan satu dalam sebuah wadah kotak yang aku ambil dari gudang. Biarlah nanti setelah keadaan membaik aku suruh orang untuk merapikan lagi semua ini.Tak berselang lama decitan mobil terdengar di halaman rumah. Pasti itu suara mobil Mas Zein yang terburu-buru."Sayang ... Bunda, Naura, kalian di mana?"Benar saja itu suara Mas Zein yang berteriak memanggil namaku dan Naura."Ayah ..." sahut Naura tak kalah kencang.Sejurus kemudian derap langkah seperti berlari terdengar menuju kamar di mana aku dan Naura berada. Pintu yang sedikit terbuka memudahkan Mas Zain menerobos masuk."Salsa, Naura! Alhamdulillah ya Allah ..." Mas Zain berseru gembira ketika mendapatiku dan Naura dalam keadaan baik-baik saja.Dia berlari merengkuhku dan Naura sec

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    42. Salsa Selamat

    POV SalsaAku baru saja selesai melaksanakan sholat isya ketika suara keributan terdengar dari luar. Entah kenapa perasaanku mengatakan ini tidak baik-baik saja.Gegas aku keluar kamar untuk mencari Naura dan mama."Ma ...!" panggilku.Mama Rita langsung muncul dari dari kamarnya. Tak berbeda denganku, wajah mama juga terlihat panik."Salsa," sahut Mama. "Suara gaduh Apa itu, ya, Sal?" sambungnya."Salsa nggak tahu, Ma. Tapi perasaan Salsa gak enak. Naura di mana?""Naura di kamarnya sama Rini. Kamu pergilah ke kamar Naura. Biar mama yang lihat suara gaduh itu di luar."Aku pun mengangguk patuh, lalu kita sama-sama berjalan ke arah yang berlawanan.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, aku langsung menerobos masuk ke kamar Naura."Bu Salsa! Ibu sudah sembuh?" Rini terlihat kaget ketika melihatku.Sementara Naura, Dia terlihat sudah memejamkan matanya."Nanti saya jelaskan. Sekarang kamu keluar bantu Mama Rita. Saya akan menjaga Naura di sini," perintahku memaksa."Memangnya ada apa, B

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    41. Terkecoh

    Aku mendekat pada pintu untuk sedikit menghilangkan penasaran.Samar-samar aku seperti mendengar suara Santos berbicara."Silakan masuk kalau kalian ingin berurusan dengan polisi karena membuat gaduh di rumah orang."Polisi? Jadi Santos bawa-bawa nama aparat? Pantas mereka tak berkutik.Baiklah. Aku juga harus bisa melakukan sesuatu.Sejurus kemudian aku memutuskan untuk keluar. Pasti semua ini sudah terencana. Menarik napas panjang, sebelum akhirnya aku membuka pintu perlahan.Saat aku muncul, semua mata beralih tertuju padaku."Nah! Itu dia orangnya. Ayo kita seret saja dia. Bisa-bisa penduduk sini terkena sialnya kalau tetap dibiarkan!" Salah satu dari mereka berseru padaku."Memangnya apa yang sudah saya perbuat?" ucapku santai."Halah! Tidak usah berkelit kamu! Kita semua tahu kalau ternyata kamu itu bukan suami perempuan itu. Hampir setiap hari kamu datang ke sini. Apa lagi kalau bukan untuk berbuat mesum. Pasti wanita itu sedang hamil anak haram kamu 'kan?!" sentaknya lagi.Ka

DMCA.com Protection Status