Share

14. Pengkhianat Mulai Berulah

Mama terlihat memicingkan mata. "Memangnya itu anak siapa? Kenapa saya harus menyayanginya?" ketus mama.

"Ini anak Mas Zein juga, Tan. Kami saling mencintai. Tolong restui kami. Ijinkan aku masuk ke kamarnya saja ya, supaya Mas Zein juga tahu kalau aku sedang mengandung buah hatinya." Misyka kembali beranjak. Mungkin ingin mencari letak kamarku dan Mas Zein.

Namun, buru-buru mama mencekal tangan wanita berpakaian dres tanpa lengan itu. Didudukkan lagi tubuh tinggi kurusnya pada sofa.

"Diam dan tunggu menantu saya keluar. Jangan pernah ganggu mereka. Atau saya bisa membuat tubuh kurusmu itu semakin kurus!" seru mama. Telapak tangannya mencengkeram rambut hitam kebanggaan wanita itu.

Misyka meringis. Kepalanya mendongak dengan tatapan penuh kebencian pada mertuaku itu.

Di hempasnya kepala Misyka sehingga membentur sandaran sofa. Lalu mama melenggang meninggalkan Misyka begitu saja.

Sudah aku bilang, mertua tercintaku itu paling anti dengan yang namanya perusak. Jadi, tak heran kalau lam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status