"Daniel, segera adakan rapat dadakan. Kumpulkan semua petinggi perusahaan di ruang meeting, dan pastikan semua karyawan mengikuti rapat di layar monitor secara live!" perintahku pada Daniel.Laki-laki itu hanya mengangguk patuh, kemudian berjalan mundur meninggalkan ruangan ini dengan tergesa.Sementara Daniel menyiapkan rapat, aku menghubungi Santos untuk mengumpulkan semua informasi tentang Misyka beserta orang-orang yang mendukungnya, dan membawa semua bukti itu ke sini dengan segera.Aku tidak bisa menunggu lagi. Serangan balik harus segera diluncurkan supaya mereka tidak terus-menerus meremehkanku.Terutama Misyka, wanita itu harus sadar diri siapa dia sebenarnya.Grup WA kantor terus berbanjiran pesan masuk. Mereka santer membicarakan video beberapa detik yang di kirim nomor tak bernama di ponselku.Beruntung, ponsel Mas Zein masih ada padaku, sehingga suamiku itu tidak tahu bahwa dirinya kini menjadi topik hangat pembicaraan di kantornya.-----"Semua sudah siap, Bu Salsa. Para
"Jadi ... Laki-laki dalam video itu bukan Pak Zein, begitukah, Bu Salsa?" Salah satu petinggi perusahaan kembali bertanya untuk memastikan.Karena masih berdiri, aku berjalan santai menuju kursi, duduk kembali. Menyilangkan kaki. Kedua siku aku tumpukan di pegangan kursi dengan kedua jemari saling bertaut."Terserah kalian mau menilai bagaimana. Tapi, kalau ada yang masih mencurigai suami saya sebagai pemeran dalam adegan menjijikkan itu, maka bersiaplah angkat kaki dari perusahaan ini, bersama ... Dia!" kataku tegas. Dengan telunjuk yang mengarah pada Misyka.Sontak saja, semua yang hadir di ruang meeting ini beralih menatap wanita yang sudah pucat pasi itu.Kedua bola mata Misyka terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri. Sedetik kemudian dia berdiri, memberi tatapan mengintimidasi padaku."Saya tidak akan tinggal diam. Lihat saja, saya akan menuntut keadilan. Kamu pasti akan menyesal telah melakukan ini padaku. Awas saja!" katanya dengan napas memburu. Menghentakkan kakinya meninggalk
[Biarkan saja. Kita ikuti saja terus permainan mereka. Yang penting, tetap awasi pergerakan mereka agar kita bisa tahu langkah seperti apa yang harus kita ambil.] Aku membalas pesan itu.Tak butuh waktu lama, Santos membalasnya.[Baik, Bos][Tetap jalankan rencana kita sebelumnya. Saya sudah tidak sabar menonton video streamingnya!][Semua sudah sesuai rencana][Bagus!]Setelah itu aku kembali meletakkan ponsel dan menghabiskan makanan yang masih tersisa untuk kemudian kembali ke ruangan kerja. ******Pukul tiga petang aku sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat mama Rita dirawat.Diarea yang sedikit sepi, entah dari arah mana tiba-tiba sebuah sepeda motor dengan dua orang penumpang menghentikan mobilku.Wajah mereka terlihat sangar dengan rambut sedikit gondrong dan penampilan yang seperti preman. Apakah mereka preman beneran? Segera aku menekan tombol panggilan darurat yang terhubung dengan Santos. Aku bisa pastikan mereka adalah orang suruhan Misyka atau pengacaranya."Ce
"Ini saya, Bos. Santos." Sesosok pemuda berjaket kulit terlihat dari balik kaca. Santos terlihat khawatir.Tak menunggu waktu lagi, aku langsung membuka pintu mobil. "Santos ... Kamu kah itu?""Betul, Bos. Maaf, saya datang terlambat. Anda baik-baik saja?" Dia terlihat khawatir."Alhamdulillah, saya gak papa. Terima kasih, kamu datang tepat waktu. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya kalau kamu tidak datang tadi." Aku mengedarkan pandangan. mencari dua sosok preman tadi. Namun tak ku temui. Hanya ada sepeda motor yang teronggok di depan mobilku yang sudah pecah bagian belakangnya."Syukurlah kalau begitu." Santos berucap lega."Preman itu kemana? Kok gak ada," tanyaku merasa aneh."Mereka sudah dibawa ke markas oleh teman-teman yang lain. Kalau sudah tenang, terserah Anda mau diapakan dua orang itu.""Baiklah. Amankan dulu mereka. Jangan sampai kabur.""Baik, Bos.""Oiya, bagaimana rencana kita?""Sesuai rencana. Perempuan itu sudah jadi artis dadakan sekarang. Nanti saya k
"Lihat ini. Ini adalah bukti bahwa wanita yang bernama Misyka ini adalah pelakor! Video itu di rekam oleh suamiku. Sialnya, aku menemukannya sehingga kebusukan mereka terbongkar!" Pada semua orang di sana, wanita itu juga memperlihatkan sebuah video yang ada di ponselnya."Iiihhh amit-amit deh punya tetangga begini. Kita usir saja wanita itu." Salah satu dari mereka yang sudah menonton video itu memberi ide."Hei ... ! Jangan salahin aku dong. Salahin wanita gendut ini. Siapa suruh gembrot dan tak cantik. Salahin juga suaminya yang lebih memilih wanita cantik sepertiku. Iri bilang!" Misyka masih membela diri.Aku sampai geleng kepala melihat aksi Misyka yang terlampau percaya diri."Huuuu dasar pelakor tak tahu malu!"Suasana semakin ricuh. Banyak ibu-ibu yang juga ingin menyerang Misyka. Nasib baik menghampiri Misyka. Kalau tidak ada Pak RT yang tetiba datang merelai, si Misyka itu pasti sudah jadi bulan-bulanan ibu-ibu anti pelakor."Kamu dapat dari mana video itu, Sayang?" Mama Ri
Pesan berisi informasi tentang semua kegiatanku dan kejadian kemarin berada di ponsel ini.Itu artinya Mas mengetahui hal buruk yang menimpaku, tapi kenapa dia dia saja seolah tidak merasa khawatir sama sekali?Seperti pagi ini, Mas Zein bersikap biasa saja. Bahkan ia tidak terlihat khawatir tentang aku yang diganggu preman kemarin. Tidak mungkin kan, pesan itu belum ia baca. Hingga ketika mengantar Mama pulang dari rumah sakit dan berangkat ke kantor pun, Mas Zein masih menyimpan semuanya dariku.Tak ingin ambil pusing, aku memilih abai agar tak menambah beban pikiran. Bersama Naura, aku memutuskan untuk menemani Mama saja di kamarnya."Hai cucu Oma yang cantik ... Sini sayang, Oma kangen." Mama Rita menyambut bahagia ketika melihat aku dan Naura memasuki kamar beliau.Naura juga ikut bahagia bertemu Omanya. Anak itu berlari, kemudian memeluk Omanya yang sedang duduk diatas ranjang. Sementara aku memilih untuk duduk di sofa yang tersedia di kamar yang mama tempati di rumahku ini.
"Zein? Ngapain dia di situ?" ucap mama tak kalah kaget dan heran.Aku masih terkesiap. Otakku masih mencari jawaban tentang pertanyaan yang sama mengenai kemunculan mas Zein yang mendadak di konferensi Misyka."Sal ---!" Mama memanggilku untuk sebuah tanya. Dan aku hanya bisa menjawab dengan gelengan."Biar Mama telpon si Zein.""Tunggu dulu, Ma. Kita lihat saja apa yang akan mas Zein lakukan di sana."Meskipun rasa penasaran begitu menggebu di dalam hati, tapi aku lebih memilih percaya dengan kedatangan mas Zein yang pastinya tidak akan merugikan dirinya sendiri.Pada layar televisi, kamera masih menyoroti mas Zein, Daniel, dan seorang pemuda yang belum aku kenal.Suasana cukup hening beberapa saat, seolah menanti ucapan yang akan kembali keluar dari salah satu dari ketiga orang yang berjalan dengan gagah. Semua pandangan tertuju pada ketiga lelaki yang kini sudah berada di depan meja dimana Misyka dan orang-orangnya berada."Tentukan dimana saya harus melakukan tes DNA itu. Semua bi
POV Author.Sepeninggal Zein dari gedung diadakannya konferensi oleh Misyka dan timnya, suana menjadi kacau balau. Beberapa wartawan mencemooh Misyka. Ada pula yang sibuk merekam wajah panik Aldo dan Misyka.Pak Aldo terus berusaha mematikan proyektornya, sementara Misyka sibuk berteriak memanggil sekuriti untuk membubarkan paparazi yang semakin gaduh."Demi Tuhan, saya difitnah. Video ini palsu. Laki-laki yang melecehkan saya adalah Zein. Zein yang ada di video ini." Misyka terus berteriak."Tolong ... Siapapun yang bisa mematikan proyektor sialan itu, tolong matikan. Saya tidak tahan!" Kini Misyka terlihat sangat kacau. Dia berjongkok seraya meremas rambutnya sendiri. Ia merasa frustasi. Merasa hidup tidaklah adil padanya. Belum selesai ia menanggung malu dengan kehamilan tanpa suami, kini dia juga harus bersiap menghadapi hujatan netizen yang maha benar.Rasanya kepala Misyka hampir meledak memikirkan hidupnya yang sudah hancur. Kariernya berantakan akibat ulahnya sendiri.Alih-al