Mama terlihat memicingkan mata. "Memangnya itu anak siapa? Kenapa saya harus menyayanginya?" ketus mama."Ini anak Mas Zein juga, Tan. Kami saling mencintai. Tolong restui kami. Ijinkan aku masuk ke kamarnya saja ya, supaya Mas Zein juga tahu kalau aku sedang mengandung buah hatinya." Misyka kembali beranjak. Mungkin ingin mencari letak kamarku dan Mas Zein.Namun, buru-buru mama mencekal tangan wanita berpakaian dres tanpa lengan itu. Didudukkan lagi tubuh tinggi kurusnya pada sofa."Diam dan tunggu menantu saya keluar. Jangan pernah ganggu mereka. Atau saya bisa membuat tubuh kurusmu itu semakin kurus!" seru mama. Telapak tangannya mencengkeram rambut hitam kebanggaan wanita itu.Misyka meringis. Kepalanya mendongak dengan tatapan penuh kebencian pada mertuaku itu.Di hempasnya kepala Misyka sehingga membentur sandaran sofa. Lalu mama melenggang meninggalkan Misyka begitu saja.Sudah aku bilang, mertua tercintaku itu paling anti dengan yang namanya perusak. Jadi, tak heran kalau lam
"Tangkap penghianat itu. Saya sudah tidak mau mengambil resiko lebih jauh lagi. Amankan di tempat biasa, nanti saya akan ke sana."Sambungan telepon terputus, Setelah orang di seberang sana mengiyakan perintahku.Kini aku berada di rumah sakit menemani mama yang sudah ditangani oleh dokter. Sementara Mas Zain sedang menemui dokter untuk menanyakan penyebab mama seperti ini.Filingku mengatakan semua ini pasti ada sangkut pautnya dengan Misyka dan tikus pengkhianat di rumahku. Tadinya aku pikir ingin menangkap basah musuh dalam selimut itu. Akan tetapi, tikus itu sudah lebih dulu melampaui batas. Tidak ada toleransi apapun lagi selain membasmi hama itu, agar tidak ada lagi yang menjadi korban."Sayang, sebaiknya kamu istirahat di rumah saja. Mama biar Mas yang jagain, kasihan Naura," ucap Mas Zein mengagetkanku."Eh, Mas Zein, bikin kaget saja. Kapan masuknya? kok aku nggak denger," sahutku. "Gimana mau dengar ... kalau mata dan telinga kamu fokus pada benda ini." Tunjuknya pada pons
Aku sedikit tercengang melihat perempuan paruh baya yang duduk terikat di sana. Tidak sesuai dugaanku, ternyata penghianat itu adalah Bi Sumi bukan Rini.Aku mendekat pada perempuan beruban itu untuk memastikan kalau itu benar-benar Bi Sumi.Dan ternyata penglihatanku tidak salah. Perempuan yang tidak sadarkan diri ini memang betul Bi Sumi."Apa kamu tidak salah tangkap orang, Santos?" Tanyaku pada Santos memastikan."Tidak, Bos. Sesuai semua bukti dan CCTV yang Anda berikan kepada saya. Saya menduga perempuan inilah yang selama ini membocorkan semua informasi kepada seseorang termasuk yang sudah mencampurkan sesuatu pada minuman ibu mertua Anda," terang Santos."Benarkah? Tapi justru aku curiga pada Rini.""Saya sudah menyelidiki tentang kedua perempuan yang bekerja di rumah Anda, Bos. Dan Rini tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang menimpa anda.""Kenapa kamu bisa seyakin itu?""Perempuan yang bernama Rini itu, hanyalah seorang gadis kampung yang diceraikan oleh suaminya di m
"Bu Salsa," gumam Bi Sumi.Kedua tangan yang menyatu dengan pegangan kursi kayu itu digerak-gerakkan. Mungkin mencoba melepaskan diri dari tali tambang yang melilitnya."Saya tidak bersalah, Bu Salsa. Tolong ... Jangan apa-apakan saya." Wanita yang seumuran dengan almarhumah ibuku itu mengiba."Kau tahu, apa alasan Bibi diikat seperti ini?" tanyaku.Bi Sumi menggeleng cepat, "Tidak, Bu. Saya tidak tahu. Sungguh, saya tidak merasa melakukan kesalahan. Tolong bebaskan saya.""Bibi lupa? Di rumah saya setiap sudut ruangan memiliki CCTV, meskipun Bibi sudah berhasil menyabotasi satu CCTV yang berada di dapur, hal itu tidak berpengaruh pada CCTV yang lain."Bi Sumi terlihat salah tingkah, sejurus kemudian wajahnya berubah menyendu, dengan sedikit isakan yang seperti dibuat-buat."Maafkan saya, Bu Salsa. Saya terpaksa melakukan itu, saya butuh uang," ujarnya sesenggukan.Terlihat menyedihkan, sayangnya ... aku tidak akan terpengaruh lagi.Wanita ini memang sangat tahu kelemahanku dan Mas Za
"Daniel, segera adakan rapat dadakan. Kumpulkan semua petinggi perusahaan di ruang meeting, dan pastikan semua karyawan mengikuti rapat di layar monitor secara live!" perintahku pada Daniel.Laki-laki itu hanya mengangguk patuh, kemudian berjalan mundur meninggalkan ruangan ini dengan tergesa.Sementara Daniel menyiapkan rapat, aku menghubungi Santos untuk mengumpulkan semua informasi tentang Misyka beserta orang-orang yang mendukungnya, dan membawa semua bukti itu ke sini dengan segera.Aku tidak bisa menunggu lagi. Serangan balik harus segera diluncurkan supaya mereka tidak terus-menerus meremehkanku.Terutama Misyka, wanita itu harus sadar diri siapa dia sebenarnya.Grup WA kantor terus berbanjiran pesan masuk. Mereka santer membicarakan video beberapa detik yang di kirim nomor tak bernama di ponselku.Beruntung, ponsel Mas Zein masih ada padaku, sehingga suamiku itu tidak tahu bahwa dirinya kini menjadi topik hangat pembicaraan di kantornya.-----"Semua sudah siap, Bu Salsa. Para
"Jadi ... Laki-laki dalam video itu bukan Pak Zein, begitukah, Bu Salsa?" Salah satu petinggi perusahaan kembali bertanya untuk memastikan.Karena masih berdiri, aku berjalan santai menuju kursi, duduk kembali. Menyilangkan kaki. Kedua siku aku tumpukan di pegangan kursi dengan kedua jemari saling bertaut."Terserah kalian mau menilai bagaimana. Tapi, kalau ada yang masih mencurigai suami saya sebagai pemeran dalam adegan menjijikkan itu, maka bersiaplah angkat kaki dari perusahaan ini, bersama ... Dia!" kataku tegas. Dengan telunjuk yang mengarah pada Misyka.Sontak saja, semua yang hadir di ruang meeting ini beralih menatap wanita yang sudah pucat pasi itu.Kedua bola mata Misyka terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri. Sedetik kemudian dia berdiri, memberi tatapan mengintimidasi padaku."Saya tidak akan tinggal diam. Lihat saja, saya akan menuntut keadilan. Kamu pasti akan menyesal telah melakukan ini padaku. Awas saja!" katanya dengan napas memburu. Menghentakkan kakinya meninggalk
[Biarkan saja. Kita ikuti saja terus permainan mereka. Yang penting, tetap awasi pergerakan mereka agar kita bisa tahu langkah seperti apa yang harus kita ambil.] Aku membalas pesan itu.Tak butuh waktu lama, Santos membalasnya.[Baik, Bos][Tetap jalankan rencana kita sebelumnya. Saya sudah tidak sabar menonton video streamingnya!][Semua sudah sesuai rencana][Bagus!]Setelah itu aku kembali meletakkan ponsel dan menghabiskan makanan yang masih tersisa untuk kemudian kembali ke ruangan kerja. ******Pukul tiga petang aku sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat mama Rita dirawat.Diarea yang sedikit sepi, entah dari arah mana tiba-tiba sebuah sepeda motor dengan dua orang penumpang menghentikan mobilku.Wajah mereka terlihat sangar dengan rambut sedikit gondrong dan penampilan yang seperti preman. Apakah mereka preman beneran? Segera aku menekan tombol panggilan darurat yang terhubung dengan Santos. Aku bisa pastikan mereka adalah orang suruhan Misyka atau pengacaranya."Ce
"Ini saya, Bos. Santos." Sesosok pemuda berjaket kulit terlihat dari balik kaca. Santos terlihat khawatir.Tak menunggu waktu lagi, aku langsung membuka pintu mobil. "Santos ... Kamu kah itu?""Betul, Bos. Maaf, saya datang terlambat. Anda baik-baik saja?" Dia terlihat khawatir."Alhamdulillah, saya gak papa. Terima kasih, kamu datang tepat waktu. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya kalau kamu tidak datang tadi." Aku mengedarkan pandangan. mencari dua sosok preman tadi. Namun tak ku temui. Hanya ada sepeda motor yang teronggok di depan mobilku yang sudah pecah bagian belakangnya."Syukurlah kalau begitu." Santos berucap lega."Preman itu kemana? Kok gak ada," tanyaku merasa aneh."Mereka sudah dibawa ke markas oleh teman-teman yang lain. Kalau sudah tenang, terserah Anda mau diapakan dua orang itu.""Baiklah. Amankan dulu mereka. Jangan sampai kabur.""Baik, Bos.""Oiya, bagaimana rencana kita?""Sesuai rencana. Perempuan itu sudah jadi artis dadakan sekarang. Nanti saya k