Home / Pernikahan / Dikira Babu Ternyata Ratu / 5. Video Mengejutkan

Share

5. Video Mengejutkan

Author: NingrumAza
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Klakson pamit Mas Zein berhasil mengembalikkan tubuhku yang sempat mematung beberapa detik.

Kepalaku pun reflek menengok pada mobil yang melaju melewati pagar yang dibiarkan terbuka begitu saja.

Dengan gontai, aku harus menutup pagar sebab tak ada lagi orang di rumah ini selain Aku dan Naura.

Selesai menutup pagar, handphone di tanganku kembali bergetar. Kali ini bahkan beberapa kali, menandakan pesan beruntun yang masuk.

[Kamu kenal tangan yang memakai jam ini bukan?]

[Mungkin malam ini dia akan menghabiskan malam denganku]

[Gak apa-apa 'kan? Cuma satu malam, kok]

Rasanya aku tahu siapa si pengirim pesan ini.

Hammm, baiklah, akan aku ladeni.

Belum selesai aku mengetik, pesan susulan sudah datang.

[Kenapa? Kamu pasti kaget kan, suamimu bisa bersama denganku sekarang?]

[Ini belum seberapa. Kamu harus benar-benar menyiapkan mental untuk menghadapi kejutan-kejutan lainnya dari aku, Salsa!]

Aku meremas benda berlayar menyala di tanganku.

Setenang mungkin aku berjalan ke dalam rumah untuk meladeni wanita berparas cantik tapi hatinya penuh dengan kotoran.

Menghabiskan satu gelas cairan bening, aku duduk bersandar pada sofa santai di depan TV.

Menyalakan handphone dan menekan tombol panggil video di aplikasi warna hijau.

Tak lama, panggilanku tersambut.

"Assalamualaikum ... Kenapa, Sayang. Ada yang mau kamu beli?" sapa Mas Zein di layar ponsel.

"Wa'alaikumsalam, enggak, kok. Aku cuma kangen sama Mas. Lagi di mana? Masih lama?" tanyaku sambil memperhatikan tempat sekitar Mas Zein berada sekarang.

Kursi, tulisan serta hiasannya memang mirip dengan tempat saat Misyka mengunggah fotonya di sosial media barusan.

Aku yakin, Mas Zein tak mungkin mengkhianatiku. Apalagi dengan wanita model Misyka itu. Pasti ada hal penting lainnya yang membuat Mas Zein harus menemui Misyka di sana.

Jika niatmu hanya ingin membuat aku cemburu, kamu salah besar Misyka. Aku tahu betul bagaimana Mas Zein.

"Baru juga ditinggal udah kangen aja. Mas gak lama, kok. cuma ketemu klien sebentar di kafe," jawabnya.

"Tadi katanya mau ke kantor?"

"Eh, i-iya, Sayang. Tadinya memang mau ketemu di kantor tapi jadinya miting di kafe saja yang dekat."

"Kafe di ujung jalan itu?"

"Iya."

"Owh, begitu. Boleh aku bicara sebentar dengan Misyka, Mas?" pintaku.

"Kok kamu tahu Mas lagi sama Misyka?" Suamiku nampak heran.

"Nebak aja, siapa tahu beneran ada. Kan dia sekretaris Mas. Kalau memang ada miting harusnya dia juga ada 'kan?"

"Iya juga, sih. Tapi ngomong sama Misyka 'nya nanti aja, ya. Mas masih harus miting sama klien nih."

"Enggak, ah. Aku mau nungguin dia aja."

"Ya sudah kalau begitu. Eh, itu dia orangnya."

Kemudian Mas Zein mengubah kamera depannya menjadi kamera belakang, sehingga terlihatlah sosok wanita yang aku tunggu sejak tadi.

Nampak Misyka seperti tersipu ketika handphone milik Mas Zein mengarah padanya. Mungkin dia kira Mas Zein sedang mengambil gambar dirinya.

"Gak usah sok imut gitu loh, mukanya." Seketika Misyka terkejut mendengar suaraku.

Dia celingukan mencari sumber suara.

"Aku di depan kamu," ucapku lagi. Kemudian meminta Mas Zein memberikan ponselnya pada Misyka.

Meski nampak ragu, tak ayal tangan Misyka pun terulur memegang ponsel Mas Zein.

"Hai ...!" sapaku setelah wajah Misyka terpampang jelas di layar ponsel.

"Eum, iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" sahutnya sambil mengukir senyum, ramah.

Kemudian dia terlihat seperti berpindah tempat.

Aku tertawa dalam hati mendengar penuturannya yang dibuat halus dan lembut.

"Enggak, kok. Saya cuma mau memastikan kalau kamu baik-baik saja. Dan juga ingin bertanya satu hal. Kamu masih ingin bekerja di perusahaan suami saya?"

Wajahnya berubah menegang sekarang. Matanya melirik pada objek lain yang ada di sekitarnya.

"Tentu saja, Bu. Saya adalah sekretaris yang sangat cocok mendampingi Pak Zein. Jadi, mana mungkin saya tidak ingin bekerja lagi dengan beliau. Pak Zein pun mengakuinya. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Pak Zein. Kenapa? Apa Anda merasa terancam dengan keberadaan saya?"

Widih ... Percaya diri banget ni orang.

"Bu Salsa yang terhormat. Saya tahu, Anda sedang merasa was-was sekarang," sambungnya dengan bibir tersenyum miring.

"Dengarkan saya baik-baik Misyka. Ada atau tidak adanya kamu di kantor suami saya, itu tidak akan pernah berpengaruh dalam biduk rumah tangga kami. Saya hidup bersama suami saya sudah bertahun-tahun. Saya kenal betul bagaimana suami saya. Mas Zein tidak mungkin segampang itu terjerat oleh wanita model kamu. Saya bisa pastikan itu?"

"Oh ya? Kita lihat saja nanti."

Klik!

Dengan tidak sopannya Misyka mematikan sambungan video nya.

Aku meradang. Benar-benar geram dengan tingkah sekretaris baru Mas Zein itu.

----

"Sayang, Mas berangkat dulu ya," pamit Mas Zein.

Beberapa minggu setelah kedatangan Misyka, semua masih seperti biasanya. Tak ada lagi teror pesan atau apapun dari Misyka. Pun sikap Mas Zein masih hangat padaku dan juga Naura.

Tetapi pagi ini, Mas Zein sedikit berbeda sikap. Dia seperti tengah terburu-buru.

"Pagi banget, Mas. Masih belum jam setengah tujuh loh. Nanti kasihan Naura di sekolah kelamaan. Masuk kelasnya kan jam delapan," ucapku.

Biasanya Mas Zein selalu berangkat lebih dari jam tujuh pagi bersama Naura, yang kebetulan TK tempat sekolah anakku itu satu arah dengan kantor Mas Zein.

Tapi hari ini, Mas Zein tak seperti biasanya.

"Aduh, maaf, Sayang. Pagi ini Mas ada miting penting. Kalau berangkat seperti biasanya takut telat. Soal Naura, nanti pesan taksi online saja ya." Mas Zein beranjak dari kursi makannya dengan terburu-buru.

"Ayah berangkat duluan ya, Sayang. Naura berangkatnya nanti sama Bunda, ya," ucap Mas Zein pada Naura, yang hanya diberi anggukan saja oleh Naura sebab mulutnya masih asik mengunyah nasi goreng yang belum habis di piringnya.

Mas Zein mencium kepala Naura sekilas lalu berjalan keluar menuju mobil yang sudah di panaskan sejak tadi.

Aku pun mengikuti langkah Mas Zein .

"Mas berangkat ya. Kamu hati-hati di rumah. Jangan terlalu capek. Nanti siang asisten yang menginap di rumah akan datang. Jadi kamu ada temennya."

"Iya, Mas."

Lalu aku mencium punggung tangan Mas Zein dan dibalas dengan kecupan sekilas di keningku.

Mobil melaju perlahan melewati pagar yang aku buka.

Sepeninggal mobil Mas Zein, aku kembali menutup pagar.

Baru berjalan beberapa langkah untuk kembali ke dalam rumah, tiba-tiba ada perasaan gelisah yang menghinggapi.

Langkah ku terhenti sejenak. Memegang dada, menelisik perasaan apa yang tiba-tiba muncul.

"Ada apa ya? Kenapa tiba-tiba hatiku gelisah dan deg-degan begini?" gumamku.

"Ah, sudahlah. Mungkin hanya perasaanku saja."

Kemudian kembali melanjutkan langkah untuk menemani Naura menghabiskan sarapannya.

----

Waktu sudah senja. Malam mulai semakin menggelap. Tetapi Mas Zein belum juga pulang.

Beberapa pesan dan panggilanku juga tidak ada jawaban.

Biasanya Mas Zein akan pulang jam 4 sore atau paling lambat jam setengah 6 sore sampai rumah.

Kalaupun memang ada lembur atau urusan lain, pasti Mas Zein akan mengabariku.

Seketika perasaan tak enak yang aku rasakan sejak tadi pagi semakin merajai. Aku takut terjadi apa-apa dengan suamiku.

"Kenapa telponku gak di angkat sih, Mas! Kamu kemana sebenarnya?" Aku tak hentinya menghubungi nomor Mas Zein yang masih belum juga ada jawaban.

"Sebaiknya aku telpon Daniel saja."

Barulah setelah dering ke empat Daniel - asisten pribadi Mas Zein mengangkat panggilan ku.

"Malam, Bu Salasa. Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa Mas Zein bersamamu?" tanyaku to the point.

"Tidak, Bu. Pak Zein sudah pergi dari kantor sejak pukul tiga petang tadi."

"Apa! Lalu ...."

"Apa Pak Zein belum sampai di rumah, Bu Salsa?"

"Owh, bukan. Mas Zein sudah pulang kok. Cuma tadi pamit pergi lagi." Aku terpaksa menyembunyikan kebenarannya dari Daniel.

Aku hanya tidak ingin reputasi Mas Zein jelek di mata bawahannya. Meskipun Daniel termasuk orang yang cukup dekat keluargaku.

"Owh, baiklah kalau begitu. Mungkin Pak Zein sedang ada urusan yang belum selesai."

"Iya, mungkin. Ya sudah, terima kasih Dan," pungkasku kemudian menutup panggilan.

Tak berselang lama handphone di tanganku bergetar.

Buru-buru aku melihat pesan yang masuk berharap Mas Zein yang membalas pesanku sebelumnya.

Namun, lagi-lagi hatiku dibuat kecewa dan benar-benar tercengang.

Bukan Mas Zein yang mengirimkan pesan. Melainkan nomor tanpa nama yang mengirim sebuh video Mas Zein tengah bersama seorang wanita.

Related chapters

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    6. Kecelakaan

    "Auw ...!""Ya ampun! Bu Salsa!" Rini memekik ketika melihatku merintih.Entah kenapa tiba-tiba perutku kram setelah melihat video Mas Zein bersama seorang wanita yang asing bagiku."Bu Salsa kenapa?" Asisten rumah tangga yang baru datang siang tadi itu terlihat cemas. Tergopoh dari arah dapur ia kemudian duduk di karpet dekat sofa tempat aku duduk. "Perut saya sedikit sakit, Rin. Sepertinya kram," ucapku meringis sambil memegang perut bagian bawah."Oalah, terus apa yang bisa saya bantu, Bu? Apa saya telpon ambulance saja?" "Tidak usah, nanti juga baikan sendiri. Saya cuma perlu istirahat saja.""Kalau begitu, mari saya antar ke kamar Ibu.""Baiklah, terima kasih."Kemudian aku dipapah oleh Rini masuk ke dalam kamar. Untunglah ada Rini, kalau tidak, aku pasti kewalahan menghadapi kram ini sendirian.Sesampainya di kamar dan berbaring, aku mengelus janin yang masih belum terbentuk sempurna di rahimku.Perasaan bersalah seketika menyinggahi hati."Maafkan Bunda, Sayang. Bunda terlal

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    7. Tuntutan Misyka

    "Pokoknya Pak Zein harus bertanggung jawab. Masa depanku sudah hancur sekarang."Dua hari pasca insiden yang menghebohkan jagad raya, di mana mobil yang dikendarai Mas Zein menabrak pohon, dengan kondisi Mas Zein dan seorang wanita ditemukan dalam keadaan setengah telanjang, Misyka datang bersama dua orang yang mengaku pengacaranya meraung meminta pertanggung jawaban pada suamiku.Ya, perempuan yang ditemukan tak sadarkan diri bersama suamiku adalah Misyka.Terkejut? Tentu saja! Tapi seperti permintaan Mas Zein, aku harus lebih percaya pada suamiku itu."Bagaimana, Pak Zein? Demi menjaga nama baik, saran saya sebaiknya Anda bertanggung jawab. Laki-laki baru akan disebut gentle apabila dia mau mengakui dan bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat. Apalagi klien saya banyak dirugikan dari insiden memalukan ini." Salah satu dari pengacara Misyka pun ikut mengeluarkan suara, memojokkon Mas Zein.Mata lelaki yang membersamaiku beberapa tahun itu tertuju padaku. Mata itu seolah meng

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    8. Mulai Melawan

    Sesuai ucapan mereka kemarin, pagi-pagi sekali cecunguk berkepala plontos itu datang kembali. Namun berbeda dari sebelumnya, kini pria tambun yang belum aku ketahui namanya itu datang sendiri.Wah, sepertinya akan sangat menyenangkan kali ini. Ya, walaupun akan jauh lebih seru kalau ada Misyka juga sebenarnya.Tapi tak apalah, satu persatu, perlahan akan aku tumbangkan mereka yang berani mengusik ketentramanku."Selamat pagi, Pak Zein, Bu Salsa. Saya datang membawa berkas perjanjian damai yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Silakan dipelajari lalu tanda tangan di bawahnya." Dia menyodorkan map merah pada Mas Zein.Aku yang kebetulan sedang menyuapi Mas Zein sarapan, langsung menyambar map itu."Pegang, Mas," ucapku pada Mas Zein menyerahkan mangkuk berisi bubur. "Dihabiskan sendiri, ya. Aku mau ke sana sebentar," sambungku setelah mangkuk itu berpindah tangan.Kemudian aku mengajak Pria tambun itu menuju sofa.Setelah pria itu duduk, aku mengotak-atik sebentar handphone milikku

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    9. Senjata Baru

    "Salsa, Sayang. Malam ini biar Mama yang jagain Zein di sini. Kamu istirahatlah di rumah. Naura juga sepertinya merindukanmu, Nak," titah Mama Rita--mertuaku.Habis Maghrib, tadi beliau datang bersama supirnya. Semenjak mengetahui Mas Zein kecelakaan, mertuaku itu langsung meluncur dari kota tempat suamiku dilahirkan ke sini dan menginap di rumahku menemani Naura."Emangnya gak pa-pa, Ma?" tanyaku sungkan."Iya, gak pa-pa dong, Sayang. Kasihan calon cucu Mama di sini." Mama mertua yang sudah seperti Mama kandungku itu mengelus perut ku."Gimana, Mas?" tanyaku pada Mas Zein."Iya, Mama benar. Istirahatlah di rumah. Di sini kamu pasti kurang cukup istirahat," sahut suamiku."Ya sudah, mumpung belum terlalu malam, pulanglah bersama Jono. Besok baru ke sini lagi," titah Mama Rita lagi."Ya udah, deh, makasih ya, Ma." Aku memeluk mama mertuaku dengan sayang.Barulah setelah itu aku pamit pada Mas Zein."Aku akan menghubungi Mas nanti. Takut Mas kangen," candaku."Genit." Mas Zein menoel h

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    10. Musuh Dalam Selimut

    Pengacara Misyka itu meberi tatapan tajam, lalu mencondongkan tubuhnya padaku sembari berucap penuh penekanan. "Jangan macam-macam dengan saya, Salsa. Kamu tidak tahu siapa saya sebenarnya. Saya bahkan bisa berbuat hal yang tidak pernah kamu duga!"Mungkin dia pikir aku akan takut dengan ancamannya itu.Dengan berani aku pun ikut membalas tatapan tajamnya serta menimpali ocehannya, "Simpel saja, Pak Aldo. Jangan usik ketenangan saya, maka saya juga tidak akan mengusik Anda. Gampang 'kan?"Pria itu justru terbahak mendengar ucapanku sehingga mengundang perhatian para pengunjung lainnya.Cukup lama dia melakukan itu. Dan aku tidak terpengaruh sama sekali."Come on, Bu Salsa. Suami Anda sudah tertangkap basah dengan seorang wanita. Kenapa Anda masih mau membelanya?" ujar Aldo setelah tawanya mulai mereda.Beberapa detik keheningan melanda.Aku sibuk mencari sesuatu yang akan aku tunjukkan pada si Aldo itu di handphone milikku. "Lihat ini dengan seksama Pak Aldo. Saya yakin Anda cukup ce

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    11. Kekurangan Zein

    Waktu bergulir begitu cepat. Mas Zein sudah diperbolehkan pulang, setelah sebelumnya melakukan serangkaian tes untuk memastikan zat berbahaya di dalam tubuhnya hilang tak tersisa."Jadi bagaimana perkembangan masalah kamu dan sekretarismu itu. Apa sudah beres?" Mama Rita dan Mas Zein tengah mengobrol di kamar Mas Zein sehabis sarapan.Aku yang hendak membantu Mas Zein meminum obatnya berhenti dibalik pintu yang sedikit terbuka.Bukan bermaksud menguping, hanya penasaran saja. Apakah cerita yang akan Mas Zein sampaikan pada mamanya akan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya sudah aku ketahui, atau justru menutupinya.Samar-samar aku mendengar Mas Zein menjawab pertanyaan mama. Tapi jarak tempatku berada membuat suara Mas Zein tak begitu jelas di telingaku.Akhirnya demi bisa memenuhi rasa penasaran, aku memutuskan untuk ke kamar sebelah saja. Kamar kosong yang biasa ditempati tamu bila ada yang berkunjung.Aku berniat mendengar obrolan mereka dari CCTV. Di samping akan lebih jelas, a

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    12. Melepas Rindu

    "Zein? Jadi kamu ... Hemmm nguping ya?" ucap mama tersenyum simpul sambil menatapku.Aku nyengir kuda seraya menggaruk kepala yang tidak terasa gatal. "Ketahuan, deh.""Dasar kamu itu. Sini duduk." Mama menepuk sofa panjang yang beliau duduki.Aku pun segera melangkah, mendudukkan bokong tepat di samping mama sesuai perintah beliau.Melirik sekilas, mama Rita masih memperhatikan Mas Zein dari balik layar handphone milikku."Dari kecil Zein tidak pernah menghadapi masalah berat seorang diri. Almarhum papanya selalu menjadi garda terdepan ketika Zein mengalami masalah. Termasuk mama pun akan ikut andil menyelesaikan masalahnya." Mama mulai bersuara.Aku hanya diam, menunggu kalimat berikutnya yang akan mama sampaikan."Hal itulah yang sedikit Mama sesali sekarang. Zein tumbuh menjadi laki-laki yang sulit menyelesaikan masalahnya sendiri. Walaupun kami berhasil mendidik dia menjadi pria yang penyayang dan tidak suka kekerasan. Tapi hal itu justru sering dimanfaatkan oleh orang yang tidak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    13. Kedatangan Misyka

    "Makasih, Sayang. Kamu selalu yang terbaik buat Mas." "Sama-sama, Mas. Salsa bahagia bisa melayani Mas Zein."Setelah menuntaskan apa yang seharusnya dituntaskan, aku dan Mas Zein masih setia bersembunyi dibalik selimut dengan posisi tanpa jarak.Sesekali, suamiku ini masih mengecup keningku."Percayalah, hati Mas sepenuhnya hanya untuk kamu, Dek. Tak pernah ada yang lain.""Aku percaya, kok, Mas.""Tentang Misyka ....""Sssssttt." Aku mengunci mulut Mas Zein dengan telunjuk. "Salsa sudah tahu semuanya."Kemudian aku duduk, diikuti Mas Zein yang juga duduk di belakangku"Kamu cari tahu semuanya, Dek?""Iya. Termasuk zat yang sengaja dimasukkan ke minuman Mas. Cuma ... Salsa masih kesulitan menemukan orang yang mengedit foto-foto Mas.""Serius kamu, Dek. Sudah sejauh itu?" Mas Zein nampak kaget mengetahui aku sudah bertindak lebih cepat dari pada Pak Handoko--kuasa hukum Mas Zein."Lebih dari itu, Mas. Siap-siap saja melihat aksi sang ratu di Istana kerajaan kita ini. Salsa tidak akan

Latest chapter

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    48. Baby Ivana Keysha (Ending)

    "Ya sudah kalau Mas Zein keberatan. Aku akan memberikan bayi itu pada panti asuhan saja. Tapi, aku boleh mengunjunginya setiap waktu 'kan Mas?"Melihat wajah datar dan dingin suaminya, Salsa pada akhirnya memutuskan untuk mengaihkan pengasuhan bayi itu pada sebuah panti. Meski begitu ia akan tetap memantau perkembangan bayi itu. Ia tak ingin egois. Berusaha memaklumi jika suaminya berat menerima bayi wanita yang secara terang-terangan menghancurkan impiannya mempunyai banyak anak.Ya, rencana Zein mempunyai 5 atau 6 anak dari Salsa harus kandas karena ulah mereka yang membenci Zein. Dan melalui Misyka semua kebahagiaan yang dirasakan Zein dengan keluarga kecilnya menjadi porak-poranda."Sebaiknya kita istirahat saja dulu, Sayang. Mungkin suami kamu masih capek. Kamu juga sepertinya kelelahan, lihat matamu sudah seperti mata panda saja." Mama Rita mencoba mencairkan suasana. Sebagai orang yang paling tua dia lebih bijak.Mama Rita dapat melihat sebuah keinginan besar di dalam diri Sal

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Izin Merawat Bayi Misyka

    "Tidak ...!!!"Tepat ketika Danu menekan pelatuk senjatanya, Risa berlari kencang memasang badan di depan Zein sehingga mau tidak mau timah panas itu menancap pada perutnya."Risaaa ...." Tangan Danu gemetar, senjatanya jatuh begitu saja saat mendapati kenyataan bahwa pelurunya justru mengenai anak kandungnya sendiri."Tidak. Tidak, tidak mungkin." Danu terus bergumam sembari matanya nanar memandang telapak tangan yang selalu mengasihi dan membelai anaknya, justru kini tangan itulah yang melukai buah hati tercintanya.Darah berceceran pada lantai keramik putih di mana kini Risa terkapar dalam pangkuan Zein dengan nafas tersengal."Zein. Maafkan ayahku," ucap Risa lemah.Satu tangannya memegangi luka dan satunya lagi menggapai-gapai wajah Zein."Bertahanlah, Ris. Bantuan akan segera datang." Zein berusaha menguatkan sembari menggenggam erat tangan Risa."Tidak Zein. Aku tidak kuat. Tapi, aku sudah cukup bahagia jika harus pergi dalam keadaan berada di pangkuanmu. Maafkan Aku yang tidak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Danu sang Dalangnya

    Di sisi lain, Zein saat ini tengah beradu kekuatan dengan beberapa anak buah yang berjaga di bangunan penyekapan Mama Rita.Dibantu oleh Bima, Santos dan anak buahnya, Zein berhasil menerobos masuk ruangan itu.Begitu pintu terbuka lebar, Zein dapat melihat dengan jelas mamanya kini tengah terikat pada kursi dengan mulut tersumpal lakban. Di sampingnya berdiri seorang pria yang begitu dia kenal memegang senjata api tengah menyeringai padanya."Selamat datang, Zein Mahardika yang terhormat. Apa kabar? Saya tidak menyangka loh Anda bisa sampai di sini," ucap Danu congkak."Katakan, apa maumu? brengsek!" sergah Zein."Ini yang aku tunggu. Kamu ingin tahu apa mauku? Baiklah akan ku beritahu."Zain hanya memberi tatapan menghunus. Dia ingin segera tahu apa maksud semua rencana ini. Apa tujuan dari rekan bisnisnya ingin menghancurkan dirinya beserta keluarganya."Tanda tangani kertas ini sekarang," perintah Danu sambil menyodorkan map hijau di tangannya."Apa itu?" tanya Zain.Danu melirik

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    46. Misyka Meninggal

    Salsa tak ingin peduli dengan apapun yang terjadi pada Misyka yang kini sudah dibawa ke rumah sakit oleh pihak hotel setempat. Tetapi bayangan bayi dalam perut perempuan itu terbayang-bayang dalam benak Salsa.Jika terjadi apa-apa dengan Misyka, bagaimana dengan nasib bayi itu. Bunda dari Naura itu berjalan bolak-balik tak tenang dalam kamarnya.Waktu sudah larut, Naura sudah tertidur lelap, tapi Zein belum juga pulang. Bukannya mengkhawatirkan Zain yang belum ada kabar, Salsa justru mengkhawatirkan keadaan Misyka dan bayinya. Hatinya merasa bersalah karena dialah yang menyebabkan semua itu terjadi.Tak bisa tenang, akhirnya Salsa memutuskan untuk menyusul Misyka ke rumah sakit. Dia meminta bantuan pada anak buah Santos untuk menjaga Naura. Beruntung salah satu dari orang kepercayaan Santos itu ada yang seorang wanita, sehingga Salsa mengizinkan penjaga wanita itu untuk masuk ke dalam kamar di mana Naura tengah tidur lelap.Diantar oleh anak buah Santos yang satunya lagi, Salsa menuj

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    45. Tragedi

    Pov authorMalam harinya Bu Clara memutuskan untuk bersedia bertemu dengan Salsa, setelah beberapa waktu lalu dirinya melihat foto suaminya dengan perempuan bergandeng mesra di sebuah minimarket, yang dikirim oleh Salsa.Derap langkah high heels istri dari pengacara Aldo itu menggema di lobby hotel tempat Salsa menginap, lalu menghubungi Salsa."Saya sudah di lobby Anda di mana?" ucapnya melalui ponsel."Baik, tunggu sebentar. Saya segera turun," sahut Salsa.Bergegas Ibu dari Naura itu memakai hijab instannya. Sebelumnya iya meyakinkan Naura terlebih dahulu untuk tetap di kamarnya selama ia belum kembali. Naura pun mengiyakan. di samping karena memang dia sudah mengantuk.Agar lebih aman Salsa mengunci kamar hotelnya dari luar. Lalu berjalan menemui Clara di bawah, tak lupa masker penutup wajahnya ia kenakan."Halo, Bu Clara." Salsa langsung menyapa saat melihat wanita persis seperti di foto profil nomor yang baru saja menghubunginya.Wanita yang lebih tua dari Salsa itu memicingkan

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    44. Bertemu Misyka

    Usai pelepasan, aku masih menempel pada dada bidang suamiku sebagai sandaran. Dan Mas Zein mengelus kepalaku dengan sayang."Mas," panggilku."Hmmm," sahutnya."Bagaimana keadaan Mama Rita sekarang? Semalam mama menemui beberapa orang yang membuat keributan, dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku membawa Naura pergi dan meninggalkan mama begitu saja." Aku mengencangkan pelukan pada Mas Zein sekedar menghilangkan rasa bersalah yang menghinggapi."Mas sedang berusaha mencari tahu, Sayang. Tenanglah, berdoa saja semoga Mama tidak kenapa-kenapa.""Kita lapor polisi saja Mas, supaya mama segera ditemukan.""Tidak semudah itu, Sayang. Kita harus menunggu 24 jam terlebih dahulu baru laporannya akan diterima. Bima dan orang-orangnya sudah mengetahui di mana Mama berada. Tinggal menunggu waktu yang tepat, Mas akan menjemput mama. Kamu tenang dan jangan banyak pikiran, ya.""Benarkah? Alhamdulillah kalau begitu. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawa mama?"Ak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    43. Memadu Kasih

    Setelah panggilan terputus, aku mulai sedikit menata barang-barang yang berantakan di kamar. Menumpuk baju-baju yang keluar dari lemari dengan asal di keranjang, dan juga mengumpulkan beberapa barang lainnya yang juga berserakan di lantai. Semua aku jadikan satu dalam sebuah wadah kotak yang aku ambil dari gudang. Biarlah nanti setelah keadaan membaik aku suruh orang untuk merapikan lagi semua ini.Tak berselang lama decitan mobil terdengar di halaman rumah. Pasti itu suara mobil Mas Zein yang terburu-buru."Sayang ... Bunda, Naura, kalian di mana?"Benar saja itu suara Mas Zein yang berteriak memanggil namaku dan Naura."Ayah ..." sahut Naura tak kalah kencang.Sejurus kemudian derap langkah seperti berlari terdengar menuju kamar di mana aku dan Naura berada. Pintu yang sedikit terbuka memudahkan Mas Zain menerobos masuk."Salsa, Naura! Alhamdulillah ya Allah ..." Mas Zain berseru gembira ketika mendapatiku dan Naura dalam keadaan baik-baik saja.Dia berlari merengkuhku dan Naura sec

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    42. Salsa Selamat

    POV SalsaAku baru saja selesai melaksanakan sholat isya ketika suara keributan terdengar dari luar. Entah kenapa perasaanku mengatakan ini tidak baik-baik saja.Gegas aku keluar kamar untuk mencari Naura dan mama."Ma ...!" panggilku.Mama Rita langsung muncul dari dari kamarnya. Tak berbeda denganku, wajah mama juga terlihat panik."Salsa," sahut Mama. "Suara gaduh Apa itu, ya, Sal?" sambungnya."Salsa nggak tahu, Ma. Tapi perasaan Salsa gak enak. Naura di mana?""Naura di kamarnya sama Rini. Kamu pergilah ke kamar Naura. Biar mama yang lihat suara gaduh itu di luar."Aku pun mengangguk patuh, lalu kita sama-sama berjalan ke arah yang berlawanan.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, aku langsung menerobos masuk ke kamar Naura."Bu Salsa! Ibu sudah sembuh?" Rini terlihat kaget ketika melihatku.Sementara Naura, Dia terlihat sudah memejamkan matanya."Nanti saya jelaskan. Sekarang kamu keluar bantu Mama Rita. Saya akan menjaga Naura di sini," perintahku memaksa."Memangnya ada apa, B

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    41. Terkecoh

    Aku mendekat pada pintu untuk sedikit menghilangkan penasaran.Samar-samar aku seperti mendengar suara Santos berbicara."Silakan masuk kalau kalian ingin berurusan dengan polisi karena membuat gaduh di rumah orang."Polisi? Jadi Santos bawa-bawa nama aparat? Pantas mereka tak berkutik.Baiklah. Aku juga harus bisa melakukan sesuatu.Sejurus kemudian aku memutuskan untuk keluar. Pasti semua ini sudah terencana. Menarik napas panjang, sebelum akhirnya aku membuka pintu perlahan.Saat aku muncul, semua mata beralih tertuju padaku."Nah! Itu dia orangnya. Ayo kita seret saja dia. Bisa-bisa penduduk sini terkena sialnya kalau tetap dibiarkan!" Salah satu dari mereka berseru padaku."Memangnya apa yang sudah saya perbuat?" ucapku santai."Halah! Tidak usah berkelit kamu! Kita semua tahu kalau ternyata kamu itu bukan suami perempuan itu. Hampir setiap hari kamu datang ke sini. Apa lagi kalau bukan untuk berbuat mesum. Pasti wanita itu sedang hamil anak haram kamu 'kan?!" sentaknya lagi.Ka

DMCA.com Protection Status