Share

8. Mulai Melawan

Sesuai ucapan mereka kemarin, pagi-pagi sekali cecunguk berkepala plontos itu datang kembali. Namun berbeda dari sebelumnya, kini pria tambun yang belum aku ketahui namanya itu datang sendiri.

Wah, sepertinya akan sangat menyenangkan kali ini. Ya, walaupun akan jauh lebih seru kalau ada Misyka juga sebenarnya.

Tapi tak apalah, satu persatu, perlahan akan aku tumbangkan mereka yang berani mengusik ketentramanku.

"Selamat pagi, Pak Zein, Bu Salsa. Saya datang membawa berkas perjanjian damai yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Silakan dipelajari lalu tanda tangan di bawahnya." Dia menyodorkan map merah pada Mas Zein.

Aku yang kebetulan sedang menyuapi Mas Zein sarapan, langsung menyambar map itu.

"Pegang, Mas," ucapku pada Mas Zein menyerahkan mangkuk berisi bubur. "Dihabiskan sendiri, ya. Aku mau ke sana sebentar," sambungku setelah mangkuk itu berpindah tangan.

Kemudian aku mengajak Pria tambun itu menuju sofa.

Setelah pria itu duduk, aku mengotak-atik sebentar handphone milikku.

Dan tanpa basa-basi lagi, aku memperlihatkan sebuah rekaman video syur dirinya dengan wanita yang aku yakin itu bukanlah istrinya.

video yang dikirim Santos--orang kepercayaanku tadi malam.

"Bagaimana? Apa masih ingin bermain-main dengan saya, Bapak pengacara yang terhormat?" ucapku.

Wajah pria itu menegang pucat dengan keringat besar muncul di dahi dan hidungnya.

"Dari mana Anda mendapatkan rekaman itu. Anda jangan coba-coba memfitnah saya, ya, Bu Salsa!" sentaknya mencoba menyangkal.

"Mudah bagiku mendapatkan semua informasi tentang cecunguk macam Anda. Tentu Anda sangat paham ketika uang sudah berbicara. Sekarang semua pilihan ada di tangan Anda. Mau lanjut berperang dengan saya, atau mundur dan karir Anda selamat!"

Berkali-kali dia mengelap keringat yang terus bercucuran di wajahnya.

"Silakan dipikirkan baik-baik. Saya mau lanjut menyuapi suami saya dulu, ya. Selamat pagi." Setelah mengatakan itu aku melenggang santai meninggalkan dia dengan kebingungannya.

Kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jangan pernah mengusik apapun di sekitarmu. Bahkan semut pun akan menggigit bila ketenangannya diusik.

****

"Apa yang sudah kamu lakukan terhadap Pak Burhan!"

"Burhan?"

"Jangan berlagak gak tahu kamu, ya. Pengacaraku yang tadi pagi mendatangimu, kenapa dia tiba-tiba mengundurkan diri mendampingiku. Pasti kamu sudah berbuat curang 'kan?" Jarinya mengacung tepat di mukaku.

Aku yang sedang makan siang di kantin rumah sakit dikejutkan oleh kedatangan Misyka yang entah dari mana munculnya.

Tidak ada angin tidak ada hujan, wanita itu marah-marah tidak jelas padaku.

Sudah mulai berani dia rupanya. Apa dia lupa siapa aku dan apa kedudukannya di kantor suamiku?

"Cepat katakan! Apa yang sudah kamu lakukan pada pengacaraku?" tekannya lagi.

Jujur, aku masih belum mengerti arah pembicaraannya kali ini.

"Pengacaramu yang mana, sih? Kan pengacaramu banyak," sahutku santai, sambil menyuapkan makanan ke mulut.

"Namanya Pak Burhan. Kamu jangan pura-pura bego deh!"

Sendok berisi makanan yang akan aku suapkan ke dalam mulut seketika berhenti di udara.

Kuberikan tatapan tajam pada Misyka yang mengganggu selera makanku.

"Misyka, itu belum seberapa. Saya bahkan bisa melakukan lebih dari itu!" ucapku setelah meletakkan kembali sendok di piring.

"kalau menyerah yang kau inginkan, itu tidak akan terjadi, Bu Salsa."

"Terserah. Saya tidak peduli," sahutku mengedikkan bahu acuh, kemudian kembali menyendokkan makanan ke dalam mulut.

"Ngomong-ngomong, Pak Zein sangat gagah di atas ranjang ternyata, ya. Aku bahkan sampai kuwalahan mengimbanginya," seloroh Misyka.

Aku masih terus melanjutkan makan tanpa berniat menanggapi celotehan Misyka yang tak penting.

"Kau tahu, Bu Salsa? Hampir tiap hari Pak Zein memintaku untuk melayaninya di kantor. Katanya, aku adalah candu baginya. Bahkan di dalam mobil pun dia memintanya, sampai terjadilah kecelakaan itu."

Aku masih acuh, menyantap makanan dengan santai.

"Aku bisa pastikan, Pak Zein tidak pernah menyentuhmu lagi akhir-akhir ini 'kan? Itu karena dia sudah puas bermain denganku di kantor." Dia tak henti-hentinya membual.

Baiklah, sekarang giliranku bicara.

"Alhamdulillah ... Kenyang," ucapku, besendawa setelah menghabiskan makanan di meja.

Misyka terlihat menutup mulutnya seraya bergumam, "Jorok."

"Jadi, ada perlu apa kamu mendatangi saya, Misyka?" tanyaku bernada serius.

"Tidak ada. Aku hanya ingin menengok keadaan calon suamiku. Siapa tahu dia terlantar karena istri pertamanya sedang marah sebab ketahuan mempunyai hubungan spesial denganku."

Dih, ke-PD-an banget.

"Hari ini baru Pak Burhan yang mengundurkan diri dari tim advokatmu. Saya bisa memastikan sebentar lagi Pak Aldo juga akan melakukan hal yang sama seperti rekannya."

Air muka Misyka berubah masam. Tangannya terkepal di atas meja. "Apa yang sudah kamu lakukan?!"

"Bermain-barmain sedikit."

Bibir Misyka tersungging. Tangannya bersedekap dada dengan punggung yang ia sandarkan pada kursi.

"Apapun yang kamu lakukan, itu tidak bisa memungkiri bahwa Mas Zein mencintaiku. Dan sebentar lagi kami pasti akan menikah," ucapnya.

Apa? Kini dia menyebut suamiku dengan sebutan Mas. Tidak bisa dibiarkan. Tapi aku harus tetap tenang menghadapi ular ini.

"Saya tidak sebodoh yang kamu kira, Misyka."

Misyka kemudian merogoh tasnya lalu mengeluarkan benda pipih dari sana.

"Apa kau ingin melihat bagaimana ganasnya Mas Zein saat bermain denganku?" ujarnya sambil memainkan ponsel di tangannya, seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu penting di situ.

Aku memicingkan mata. Sejurus kemudian tertawa kecil seraya menutup mulut, mengejeknya.

"Kau tidak percaya padaku? Baiklah. Siap-siap saja kau keguguran karena kaget!" sentaknya. Kemudian jari-jarinya bergerak menggulir benda berlayar itu.

Derttt.

Derttt.

Tak lama kemudian ponsel dalam tasku bergetar. Pasti itu pesan yang dikirim Misyka barusan.

"Sekarang lihatlah dengan jelas sejauh apa hubanganku dengan Mas Zein," pungkasnya. Setelah itu dia beranjak meninggalkanku di kantin.

Sejujurnya, ada sedikit rasa khawatir kalau-kalau video itu benar asli Mas Zein dan Misyka. Tapi untuk mengetahui kebenarannya, aku harus kuat.

Aku mengambil ponsel berniat menghubungi Santos untuk kembali melakukan penyelidikan pada Video yang baru saja Misyka kirim.

"Iya, Bos. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Santos melalui telpon.

"Tolong cari tahu kebenaran video yang akan saya kirim. Seperti biasa, saya tidak suka menunggu dan bertele-tele."

"Siap. Segera saya kerjakan setelah video itu saya terima."

"Terima kasih, Santos."

Setelah itu sambungan terputus.

Gegas aku mengirimkan video kiriman Misyka yang belum sempat aku tonton sama sekali itu pada Santos.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status