Sesuai ucapan mereka kemarin, pagi-pagi sekali cecunguk berkepala plontos itu datang kembali. Namun berbeda dari sebelumnya, kini pria tambun yang belum aku ketahui namanya itu datang sendiri.
Wah, sepertinya akan sangat menyenangkan kali ini. Ya, walaupun akan jauh lebih seru kalau ada Misyka juga sebenarnya.Tapi tak apalah, satu persatu, perlahan akan aku tumbangkan mereka yang berani mengusik ketentramanku."Selamat pagi, Pak Zein, Bu Salsa. Saya datang membawa berkas perjanjian damai yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Silakan dipelajari lalu tanda tangan di bawahnya." Dia menyodorkan map merah pada Mas Zein.Aku yang kebetulan sedang menyuapi Mas Zein sarapan, langsung menyambar map itu."Pegang, Mas," ucapku pada Mas Zein menyerahkan mangkuk berisi bubur. "Dihabiskan sendiri, ya. Aku mau ke sana sebentar," sambungku setelah mangkuk itu berpindah tangan.Kemudian aku mengajak Pria tambun itu menuju sofa.Setelah pria itu duduk, aku mengotak-atik sebentar handphone milikku.Dan tanpa basa-basi lagi, aku memperlihatkan sebuah rekaman video syur dirinya dengan wanita yang aku yakin itu bukanlah istrinya.video yang dikirim Santos--orang kepercayaanku tadi malam."Bagaimana? Apa masih ingin bermain-main dengan saya, Bapak pengacara yang terhormat?" ucapku.Wajah pria itu menegang pucat dengan keringat besar muncul di dahi dan hidungnya."Dari mana Anda mendapatkan rekaman itu. Anda jangan coba-coba memfitnah saya, ya, Bu Salsa!" sentaknya mencoba menyangkal."Mudah bagiku mendapatkan semua informasi tentang cecunguk macam Anda. Tentu Anda sangat paham ketika uang sudah berbicara. Sekarang semua pilihan ada di tangan Anda. Mau lanjut berperang dengan saya, atau mundur dan karir Anda selamat!"Berkali-kali dia mengelap keringat yang terus bercucuran di wajahnya."Silakan dipikirkan baik-baik. Saya mau lanjut menyuapi suami saya dulu, ya. Selamat pagi." Setelah mengatakan itu aku melenggang santai meninggalkan dia dengan kebingungannya.Kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya.Jangan pernah mengusik apapun di sekitarmu. Bahkan semut pun akan menggigit bila ketenangannya diusik.****"Apa yang sudah kamu lakukan terhadap Pak Burhan!""Burhan?""Jangan berlagak gak tahu kamu, ya. Pengacaraku yang tadi pagi mendatangimu, kenapa dia tiba-tiba mengundurkan diri mendampingiku. Pasti kamu sudah berbuat curang 'kan?" Jarinya mengacung tepat di mukaku.Aku yang sedang makan siang di kantin rumah sakit dikejutkan oleh kedatangan Misyka yang entah dari mana munculnya.Tidak ada angin tidak ada hujan, wanita itu marah-marah tidak jelas padaku.Sudah mulai berani dia rupanya. Apa dia lupa siapa aku dan apa kedudukannya di kantor suamiku?"Cepat katakan! Apa yang sudah kamu lakukan pada pengacaraku?" tekannya lagi.Jujur, aku masih belum mengerti arah pembicaraannya kali ini."Pengacaramu yang mana, sih? Kan pengacaramu banyak," sahutku santai, sambil menyuapkan makanan ke mulut."Namanya Pak Burhan. Kamu jangan pura-pura bego deh!"Sendok berisi makanan yang akan aku suapkan ke dalam mulut seketika berhenti di udara.Kuberikan tatapan tajam pada Misyka yang mengganggu selera makanku."Misyka, itu belum seberapa. Saya bahkan bisa melakukan lebih dari itu!" ucapku setelah meletakkan kembali sendok di piring."kalau menyerah yang kau inginkan, itu tidak akan terjadi, Bu Salsa.""Terserah. Saya tidak peduli," sahutku mengedikkan bahu acuh, kemudian kembali menyendokkan makanan ke dalam mulut."Ngomong-ngomong, Pak Zein sangat gagah di atas ranjang ternyata, ya. Aku bahkan sampai kuwalahan mengimbanginya," seloroh Misyka.Aku masih terus melanjutkan makan tanpa berniat menanggapi celotehan Misyka yang tak penting."Kau tahu, Bu Salsa? Hampir tiap hari Pak Zein memintaku untuk melayaninya di kantor. Katanya, aku adalah candu baginya. Bahkan di dalam mobil pun dia memintanya, sampai terjadilah kecelakaan itu."Aku masih acuh, menyantap makanan dengan santai."Aku bisa pastikan, Pak Zein tidak pernah menyentuhmu lagi akhir-akhir ini 'kan? Itu karena dia sudah puas bermain denganku di kantor." Dia tak henti-hentinya membual.Baiklah, sekarang giliranku bicara."Alhamdulillah ... Kenyang," ucapku, besendawa setelah menghabiskan makanan di meja.Misyka terlihat menutup mulutnya seraya bergumam, "Jorok.""Jadi, ada perlu apa kamu mendatangi saya, Misyka?" tanyaku bernada serius."Tidak ada. Aku hanya ingin menengok keadaan calon suamiku. Siapa tahu dia terlantar karena istri pertamanya sedang marah sebab ketahuan mempunyai hubungan spesial denganku."Dih, ke-PD-an banget."Hari ini baru Pak Burhan yang mengundurkan diri dari tim advokatmu. Saya bisa memastikan sebentar lagi Pak Aldo juga akan melakukan hal yang sama seperti rekannya."Air muka Misyka berubah masam. Tangannya terkepal di atas meja. "Apa yang sudah kamu lakukan?!""Bermain-barmain sedikit."Bibir Misyka tersungging. Tangannya bersedekap dada dengan punggung yang ia sandarkan pada kursi."Apapun yang kamu lakukan, itu tidak bisa memungkiri bahwa Mas Zein mencintaiku. Dan sebentar lagi kami pasti akan menikah," ucapnya.Apa? Kini dia menyebut suamiku dengan sebutan Mas. Tidak bisa dibiarkan. Tapi aku harus tetap tenang menghadapi ular ini."Saya tidak sebodoh yang kamu kira, Misyka."Misyka kemudian merogoh tasnya lalu mengeluarkan benda pipih dari sana."Apa kau ingin melihat bagaimana ganasnya Mas Zein saat bermain denganku?" ujarnya sambil memainkan ponsel di tangannya, seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu penting di situ.Aku memicingkan mata. Sejurus kemudian tertawa kecil seraya menutup mulut, mengejeknya."Kau tidak percaya padaku? Baiklah. Siap-siap saja kau keguguran karena kaget!" sentaknya. Kemudian jari-jarinya bergerak menggulir benda berlayar itu.Derttt.Derttt.Tak lama kemudian ponsel dalam tasku bergetar. Pasti itu pesan yang dikirim Misyka barusan."Sekarang lihatlah dengan jelas sejauh apa hubanganku dengan Mas Zein," pungkasnya. Setelah itu dia beranjak meninggalkanku di kantin.Sejujurnya, ada sedikit rasa khawatir kalau-kalau video itu benar asli Mas Zein dan Misyka. Tapi untuk mengetahui kebenarannya, aku harus kuat.Aku mengambil ponsel berniat menghubungi Santos untuk kembali melakukan penyelidikan pada Video yang baru saja Misyka kirim."Iya, Bos. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Santos melalui telpon."Tolong cari tahu kebenaran video yang akan saya kirim. Seperti biasa, saya tidak suka menunggu dan bertele-tele.""Siap. Segera saya kerjakan setelah video itu saya terima.""Terima kasih, Santos."Setelah itu sambungan terputus.Gegas aku mengirimkan video kiriman Misyka yang belum sempat aku tonton sama sekali itu pada Santos."Salsa, Sayang. Malam ini biar Mama yang jagain Zein di sini. Kamu istirahatlah di rumah. Naura juga sepertinya merindukanmu, Nak," titah Mama Rita--mertuaku.Habis Maghrib, tadi beliau datang bersama supirnya. Semenjak mengetahui Mas Zein kecelakaan, mertuaku itu langsung meluncur dari kota tempat suamiku dilahirkan ke sini dan menginap di rumahku menemani Naura."Emangnya gak pa-pa, Ma?" tanyaku sungkan."Iya, gak pa-pa dong, Sayang. Kasihan calon cucu Mama di sini." Mama mertua yang sudah seperti Mama kandungku itu mengelus perut ku."Gimana, Mas?" tanyaku pada Mas Zein."Iya, Mama benar. Istirahatlah di rumah. Di sini kamu pasti kurang cukup istirahat," sahut suamiku."Ya sudah, mumpung belum terlalu malam, pulanglah bersama Jono. Besok baru ke sini lagi," titah Mama Rita lagi."Ya udah, deh, makasih ya, Ma." Aku memeluk mama mertuaku dengan sayang.Barulah setelah itu aku pamit pada Mas Zein."Aku akan menghubungi Mas nanti. Takut Mas kangen," candaku."Genit." Mas Zein menoel h
Pengacara Misyka itu meberi tatapan tajam, lalu mencondongkan tubuhnya padaku sembari berucap penuh penekanan. "Jangan macam-macam dengan saya, Salsa. Kamu tidak tahu siapa saya sebenarnya. Saya bahkan bisa berbuat hal yang tidak pernah kamu duga!"Mungkin dia pikir aku akan takut dengan ancamannya itu.Dengan berani aku pun ikut membalas tatapan tajamnya serta menimpali ocehannya, "Simpel saja, Pak Aldo. Jangan usik ketenangan saya, maka saya juga tidak akan mengusik Anda. Gampang 'kan?"Pria itu justru terbahak mendengar ucapanku sehingga mengundang perhatian para pengunjung lainnya.Cukup lama dia melakukan itu. Dan aku tidak terpengaruh sama sekali."Come on, Bu Salsa. Suami Anda sudah tertangkap basah dengan seorang wanita. Kenapa Anda masih mau membelanya?" ujar Aldo setelah tawanya mulai mereda.Beberapa detik keheningan melanda.Aku sibuk mencari sesuatu yang akan aku tunjukkan pada si Aldo itu di handphone milikku. "Lihat ini dengan seksama Pak Aldo. Saya yakin Anda cukup ce
Waktu bergulir begitu cepat. Mas Zein sudah diperbolehkan pulang, setelah sebelumnya melakukan serangkaian tes untuk memastikan zat berbahaya di dalam tubuhnya hilang tak tersisa."Jadi bagaimana perkembangan masalah kamu dan sekretarismu itu. Apa sudah beres?" Mama Rita dan Mas Zein tengah mengobrol di kamar Mas Zein sehabis sarapan.Aku yang hendak membantu Mas Zein meminum obatnya berhenti dibalik pintu yang sedikit terbuka.Bukan bermaksud menguping, hanya penasaran saja. Apakah cerita yang akan Mas Zein sampaikan pada mamanya akan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya sudah aku ketahui, atau justru menutupinya.Samar-samar aku mendengar Mas Zein menjawab pertanyaan mama. Tapi jarak tempatku berada membuat suara Mas Zein tak begitu jelas di telingaku.Akhirnya demi bisa memenuhi rasa penasaran, aku memutuskan untuk ke kamar sebelah saja. Kamar kosong yang biasa ditempati tamu bila ada yang berkunjung.Aku berniat mendengar obrolan mereka dari CCTV. Di samping akan lebih jelas, a
"Zein? Jadi kamu ... Hemmm nguping ya?" ucap mama tersenyum simpul sambil menatapku.Aku nyengir kuda seraya menggaruk kepala yang tidak terasa gatal. "Ketahuan, deh.""Dasar kamu itu. Sini duduk." Mama menepuk sofa panjang yang beliau duduki.Aku pun segera melangkah, mendudukkan bokong tepat di samping mama sesuai perintah beliau.Melirik sekilas, mama Rita masih memperhatikan Mas Zein dari balik layar handphone milikku."Dari kecil Zein tidak pernah menghadapi masalah berat seorang diri. Almarhum papanya selalu menjadi garda terdepan ketika Zein mengalami masalah. Termasuk mama pun akan ikut andil menyelesaikan masalahnya." Mama mulai bersuara.Aku hanya diam, menunggu kalimat berikutnya yang akan mama sampaikan."Hal itulah yang sedikit Mama sesali sekarang. Zein tumbuh menjadi laki-laki yang sulit menyelesaikan masalahnya sendiri. Walaupun kami berhasil mendidik dia menjadi pria yang penyayang dan tidak suka kekerasan. Tapi hal itu justru sering dimanfaatkan oleh orang yang tidak
"Makasih, Sayang. Kamu selalu yang terbaik buat Mas." "Sama-sama, Mas. Salsa bahagia bisa melayani Mas Zein."Setelah menuntaskan apa yang seharusnya dituntaskan, aku dan Mas Zein masih setia bersembunyi dibalik selimut dengan posisi tanpa jarak.Sesekali, suamiku ini masih mengecup keningku."Percayalah, hati Mas sepenuhnya hanya untuk kamu, Dek. Tak pernah ada yang lain.""Aku percaya, kok, Mas.""Tentang Misyka ....""Sssssttt." Aku mengunci mulut Mas Zein dengan telunjuk. "Salsa sudah tahu semuanya."Kemudian aku duduk, diikuti Mas Zein yang juga duduk di belakangku"Kamu cari tahu semuanya, Dek?""Iya. Termasuk zat yang sengaja dimasukkan ke minuman Mas. Cuma ... Salsa masih kesulitan menemukan orang yang mengedit foto-foto Mas.""Serius kamu, Dek. Sudah sejauh itu?" Mas Zein nampak kaget mengetahui aku sudah bertindak lebih cepat dari pada Pak Handoko--kuasa hukum Mas Zein."Lebih dari itu, Mas. Siap-siap saja melihat aksi sang ratu di Istana kerajaan kita ini. Salsa tidak akan
Mama terlihat memicingkan mata. "Memangnya itu anak siapa? Kenapa saya harus menyayanginya?" ketus mama."Ini anak Mas Zein juga, Tan. Kami saling mencintai. Tolong restui kami. Ijinkan aku masuk ke kamarnya saja ya, supaya Mas Zein juga tahu kalau aku sedang mengandung buah hatinya." Misyka kembali beranjak. Mungkin ingin mencari letak kamarku dan Mas Zein.Namun, buru-buru mama mencekal tangan wanita berpakaian dres tanpa lengan itu. Didudukkan lagi tubuh tinggi kurusnya pada sofa."Diam dan tunggu menantu saya keluar. Jangan pernah ganggu mereka. Atau saya bisa membuat tubuh kurusmu itu semakin kurus!" seru mama. Telapak tangannya mencengkeram rambut hitam kebanggaan wanita itu.Misyka meringis. Kepalanya mendongak dengan tatapan penuh kebencian pada mertuaku itu.Di hempasnya kepala Misyka sehingga membentur sandaran sofa. Lalu mama melenggang meninggalkan Misyka begitu saja.Sudah aku bilang, mertua tercintaku itu paling anti dengan yang namanya perusak. Jadi, tak heran kalau lam
"Tangkap penghianat itu. Saya sudah tidak mau mengambil resiko lebih jauh lagi. Amankan di tempat biasa, nanti saya akan ke sana."Sambungan telepon terputus, Setelah orang di seberang sana mengiyakan perintahku.Kini aku berada di rumah sakit menemani mama yang sudah ditangani oleh dokter. Sementara Mas Zain sedang menemui dokter untuk menanyakan penyebab mama seperti ini.Filingku mengatakan semua ini pasti ada sangkut pautnya dengan Misyka dan tikus pengkhianat di rumahku. Tadinya aku pikir ingin menangkap basah musuh dalam selimut itu. Akan tetapi, tikus itu sudah lebih dulu melampaui batas. Tidak ada toleransi apapun lagi selain membasmi hama itu, agar tidak ada lagi yang menjadi korban."Sayang, sebaiknya kamu istirahat di rumah saja. Mama biar Mas yang jagain, kasihan Naura," ucap Mas Zein mengagetkanku."Eh, Mas Zein, bikin kaget saja. Kapan masuknya? kok aku nggak denger," sahutku. "Gimana mau dengar ... kalau mata dan telinga kamu fokus pada benda ini." Tunjuknya pada pons
Aku sedikit tercengang melihat perempuan paruh baya yang duduk terikat di sana. Tidak sesuai dugaanku, ternyata penghianat itu adalah Bi Sumi bukan Rini.Aku mendekat pada perempuan beruban itu untuk memastikan kalau itu benar-benar Bi Sumi.Dan ternyata penglihatanku tidak salah. Perempuan yang tidak sadarkan diri ini memang betul Bi Sumi."Apa kamu tidak salah tangkap orang, Santos?" Tanyaku pada Santos memastikan."Tidak, Bos. Sesuai semua bukti dan CCTV yang Anda berikan kepada saya. Saya menduga perempuan inilah yang selama ini membocorkan semua informasi kepada seseorang termasuk yang sudah mencampurkan sesuatu pada minuman ibu mertua Anda," terang Santos."Benarkah? Tapi justru aku curiga pada Rini.""Saya sudah menyelidiki tentang kedua perempuan yang bekerja di rumah Anda, Bos. Dan Rini tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang menimpa anda.""Kenapa kamu bisa seyakin itu?""Perempuan yang bernama Rini itu, hanyalah seorang gadis kampung yang diceraikan oleh suaminya di m