"Apakah kamu yakin? Apakah kalian sudah periksa di rumah sakit?" Neneknya Kaedyn masih tidak menyerah.Elena keluar dari toilet. Hanya dia yang tahu betapa gugup dan gelisahnya dia saat ini."El, apakah kamu hamil?"Neneknya Kaedyn melihat perut Elena sambil bertanya dengan gembira.Elena menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Nenek, aku sudah periksa di rumah sakit. Lambungku hanya sedikit bermasalah."Neneknya Kaedyn sedikit kecewa, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa memaksakan hal ini. "Kamu harus menjaga tubuhmu dengan baik dan memperhatikan kebiasaan makanmu."Elena mengangguk. Saat dia menyuapi neneknya Kaedyn makan buah, Kaedyn keluar untuk mengangkat telepon.Setelah Elena membujuk neneknya Kaedyn untuk menghabiskan buahnya dan mengobrol sebentar dengan sang nenek, dia pun membawa mangkok kosong itu keluar.Ketika Elena melewati ruang tunggu, dia kebetulan mendengar Glenna yang menertawakannya."Kak, di luar bangsal tadi aku mendengar Nenek mendesak kalian untuk punya ana
Elena tidak menyangka bahwa perihal Doreen diserang oleh seorang penggemar akan memengaruhi dirinya.Saat Elena keluar untuk makan siang, pengawal Kaedyn datang ke restoran untuk mengundangnya pergi ke Perumahan Clurkin.Perumahan Clurkin juga merupakan properti atas nama Kaedyn, sedangkan rumah pernikahan mereka adalah Perumahan Sorenson yang diberikan oleh neneknya Kaedyn.Elena jarang datang ke Perumahan Clurkin.Ketika dia masuk ke Perumahan Clurkin dan melihat Doreen, Elena memiliki firasat buruk.Elena telah berdiri selama setengah jam.Di meja makan, Kaedyn sedang menyuapi Doreen.Tangan kanan Doreen patah, dia tidak terbiasa makan dengan tangan kiri.Jadi, Kaedyn menyuapinya."Kae, aku sudah kenyang dan benar-benar nggak bisa makan lagi." Doreen mendekati Kaedyn, lalu mengecup pipi pria itu dengan cepat sebelum berkata dengan nada manja, "Sekretaris Elena sudah menunggu lama."Kaedyn menarik selembar tisu untuk menyeka bibir Doreen.Dia menoleh ke arah Elena."Bawa orangnya mas
Perut Elena terasa mual, lalu dia tidak bisa menahan diri untuk tidak muntah di tubuh pria itu.Ekspresi dingin Kaedyn langsung berubah kaku.Dia melihat muntahan di tubuhnya, kemudian menatap Elena dengan tajam.Elena memegang mulutnya sambil menjelaskan, tetapi hatinya merasa sedikit puas. "Aku merasa nggak enak badan selama beberapa hari terakhir."Kaedyn merasa jijik. Dia melepas pakaiannya, lalu melemparkannya ke dalam mobil, memperlihatkan tubuh berototnya.Sebelum dia keluar dari ruang kerja, dia memperingatkan Elena dengan dingin."Pindah kembali ke Perumahan Sorenson. Kalau Nenek tahu kamu pindah, aku nggak akan bisa mengampunimu."Elena tidak mungkin kembali ke Perumahan Sorenson sekarang.Dia memiliki urusan penting yang harus dilakukan.Yaitu mencari tempat yang aman untuk melakukan aborsi. Jika tidak, dia akan selalu khawatir ketahuan.Begitu tekad Elena sudah bulat, dia akan langsung melakukannya.Dia memesan tiket pesawat ke kota lain.Dia terbang malam itu juga, kemudia
Suasana di klinik agak kaku untuk sesaat.Nathan tersenyum tipis. Dia memakai masker sehingga Elena tidak bisa melihat senyumannya.Dia mengikuti kemauan Elena. Dia berkata, "Ternyata kamu belum menikah, maaf. Meskipun istri keponakanku juga bernama Elena, keponakanku itu seorang bajingan."Nada Nathan penuh dengan rasa jijik."..."Elena tidak tahu harus senang atau marah.Dia tidak yakin dengan hubungan antara Nathan dan Kaedyn.Namun, pria ini mengatakan bahwa keponakan adalah seorang bajingan.Entah itu bajingan benaran atau bukan.Dari nada suaranya, Nathan tampak muak terhadap keponakannya itu.Nathan seharusnya tidak akan memberi tahu siapa pun tentang aborsinya, bukan?"Apakah rumah sakit ini merahasiakan kondisi pasien?" tanya Elena.Nathan mengetik kata terakhir di komputer, kemudian mencetak daftarnya. Mendengar pertanyaan Elena, dia pun tersenyum. "Kalau ada uang, kamu bisa membeli riwayat medis yang kamu inginkan.""Bukankah ini melanggar etika profesional?" tanya Elena la
Setelah efek obat biusnya hilang, Elena bangun."Kamu sudah bangun."Elena menoleh, kemudian dia melihat Nathan berdiri di dekat jendela.Obat biusnya sudah hilang, tetapi Elena masih merasa sedikit lemas.Dia pikir aborsi telah selesai dilakukan.Tanpa diduga, Nathan tiba-tiba berkata, "Aborsi belum dilakukan, janinmu masih ada."Elena mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"Dia berbicara dengan suara serak, haus.Nathan berjalan mendekat, menuangkan segelas air, membantu Elena bangun, kemudian membantunya minum. Setelah Elena selesai minum, Nathan berkata, "Kaedyn."Wajah Elena menjadi sedikit pucat.Benar saja, Nathan memang mengenal Kaedyn.Elena bertanya dengan tenang tanpa ekspresi, "Apakah kamu akan memberitahunya? Percuma juga kamu memberitahunya aku hamil. Dia nggak akan menginginkan anak ini.""Nggak." Nathan menarik kursi untuk duduk. Dia menatap Elena sambil berkata dengan malas, "Aku nggak dekat dengannya, jadi aku nggak akan memberitahunya."Nathan melihat wajah Elena yang
Hujan terus turun di kota kecil sore ini.Elena menarik koper dengan satu tangan dan memegang payung dengan tangan lainnya. Dia berdiri di luar rumah sakit, menunggu taksi yang lewat.Dia terlihat agak dingin dan kesepian.Dia berjanji pada Kaedyn untuk pulang bercerai, dia tidak punya waktu untuk menunggu operasi aborsi dilakukan.Sebuah mobil berhenti di depan Elena.Sebuah lengan bertato mamba hitam bersandar di jendela mobil, dua jarinya menjepit sebatang rokok.Pria yang duduk di dalam mobil tersebut memiliki wajah tampan yang tegas."Masuk. Mau ke mana, aku antar."Dia mematikan rokoknya, kemudian memandang wanita yang memegang payung itu.Saat Elena masih ragu.Nathan sudah membuka pintu mobil, turun, lalu memasukkan koper Elena ke bagasi.Elena tidak ragu lagi. Dia membuka pintu mobil kemudian masuk. "Ke bandara."Nathan menyalakan mobil. Dia memegang setir sambil menyerahkan sekantong barang kepada Elena. "Bakpao di sini sangat enak, cobalah."Elena belum sarapan, jadi dia men
"Siapa yang datang ini? Ternyata Sekretaris Elena ya."Nicholas berkata dengan sinis. Dia menilai Elena yang mengenakan pakaian serba panjang lalu dia berdecak.Elena melihat Kaedyn hanya memandangnya sekilas. Dia pun dengan tenang berkata, "Tuan Nicholas, aku minta maaf atas apa yang terjadi sebelumnya.""Kalau kamu menghabiskan sebotol anggur ini, aku akan menerima permintaan maafmu."Nicholas memberikan sebotol anggur kepada Elena dengan ekspresi jahat.Dia hampir hancur sebelumnya.Dia tidak bisa terima tanpa memberi pelajaran kepada Elena.Botol itu berisi minuman keras dengan kandungan alkohol tinggi. Jika Elena menghabiskan satu botol alkohol itu, nyawanya mungkin akan dalam bahaya.Martin tersenyum tipis. "Tuan Nicholas, bagaimana kalau aku bantu Sekretaris Elena minum setengah botol?""Nggak boleh. Kalau Sekretaris Elena nggak mau minum, nggak masalah. Lakukan saja striptis untuk kami semua nikmati."Beberapa pria di sekeliling ikut bersorak."Ya, lakukan striptis."Doreen tam
Elena tiba-tiba berhenti melawan, seperti telah menerima nasibnya.Melihat Elena menjadi patuh, Nicholas pun menyuapi Elena obat itu lagi, kemudian dia menggigit tulang selangka Elena.Obat ampuh ini bekerja dengan cepat.Saat Nicholas sedikit mengendurkan cengkeramannya pada Elena.Elena mengeluarkan pisau tajam dari saku celananya.Dengan cepat, keras dan akurat, Elena menyayat lengannya untuk menjernihkan pikirannya.Beberapa orang yang siap untuk menonton adegan dewasa siaran langsung itu pun berteriak."Ah! Dia bunuh diri!"Pisau Elena pun menempel di leher Nicholas. Elena menjilat bibirnya lalu berkata dengan suara serak, "Tuan Nicholas, mari kita mati bersama, bersenang-senang di akhirat. Bagaimana?"Nicholas si pengecut ketakutan hingga mengompol.Jika dia tahu bahwa wanita ini masih bisa berulah setelah diberi obat, Nicholas akan mengikatnya dulu."Letakkan pisaunya, aku akan melepaskanmu," kata Nicholas dengan gemetar."Nggak akan. Aku akan kerepotan kalau melepaskanmu, kamu