Share

Bab 6

Elena tidak menyangka bahwa perihal Doreen diserang oleh seorang penggemar akan memengaruhi dirinya.

Saat Elena keluar untuk makan siang, pengawal Kaedyn datang ke restoran untuk mengundangnya pergi ke Perumahan Clurkin.

Perumahan Clurkin juga merupakan properti atas nama Kaedyn, sedangkan rumah pernikahan mereka adalah Perumahan Sorenson yang diberikan oleh neneknya Kaedyn.

Elena jarang datang ke Perumahan Clurkin.

Ketika dia masuk ke Perumahan Clurkin dan melihat Doreen, Elena memiliki firasat buruk.

Elena telah berdiri selama setengah jam.

Di meja makan, Kaedyn sedang menyuapi Doreen.

Tangan kanan Doreen patah, dia tidak terbiasa makan dengan tangan kiri.

Jadi, Kaedyn menyuapinya.

"Kae, aku sudah kenyang dan benar-benar nggak bisa makan lagi." Doreen mendekati Kaedyn, lalu mengecup pipi pria itu dengan cepat sebelum berkata dengan nada manja, "Sekretaris Elena sudah menunggu lama."

Kaedyn menarik selembar tisu untuk menyeka bibir Doreen.

Dia menoleh ke arah Elena.

"Bawa orangnya masuk."

Setelah Kaedyn memberi perintah, seorang pengawal mendorong seorang pria paruh baya botak ke dalam ruangan.

Elena melihatnya dengan bingung.

Kaedyn bertanya dengan nada datar, "Sekretaris Elena, apakah kamu mengenal pria ini?"

Elena melihat pria paruh baya itu sekilas, lalu dia menggelengkan kepalanya. "Nggak kenal."

"Bagaimana denganmu?" Kaedyn bertanya kepada pria paruh baya itu, "Apakah kamu kenal dia?"

Pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Nggak kenal."

Kaedyn mencibir.

Pengawal yang menahan pria paruh baya itu menendang lututnya sehingga pria paruh baya itu langsung berlutut di lantai.

Elena menonton dalam diam dan tenang.

"Sekretaris Elena, aku sudah memutuskan untuk nggak mengganggumu dan Kae lagi, tapi kamu malah mengutus pria itu untuk mencelakaiku. Kamu benar-benar kejam."

Doreen mengerutkan kening sambil menatap Elena dengan marah.

Elena langsung mengangkat tatapannya. "Mencelakaimu? Aku bahkan nggak kenal pria ini."

Doreen sangat kecewa. "Kamu masih nggak mau mengakuinya?"

Elena bertanya dengan tenang, "Apa yang harus kuakui? Aku bahkan nggak tahu apa yang terjadi."

Kaedyn menatap Elena dengan dingin, kemudian dia memerintahkan seseorang untuk membawa masuk seorang wanita.

Saat wanita ini masuk, Elena langsung mengenalinya.

Felicia Marion adalah teman kuliah Elena.

Ketika pria paruh baya itu melihat putrinya dibawa masuk, dia langsung menangis sambil bersujud. "Maaf, ini salahku. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan putriku. Maaf, aku hanya ingin membantu Nona Elena."

Elena mengernyit. "Bantu aku apa?"

Doreen tampak tidak berdaya. Dia berkata dengan nada marah, "Sekretaris Elena, kamu menyuruh pria ini menyamar sebagai penggemarku untuk melecehkanku di depan umum, membuatku menjadi bahan lelucon dunia hiburan. Kamu benar-benar kejam!"

"Aku nggak menginstruksikannya." Akhirnya Elena tahu apa yang terjadi. Dia memandang Kaedyn. "Aku benar-benar nggak melakukannya. Aku nggak akan melakukan hal seperti itu."

Kaedyn berkata, "Aku hanya percaya pada bukti."

Kata-katanya membuat dada Elena terasa sesak.

Jelas sekali Kaedyn tidak percaya pada Elena.

Elena menegakkan punggungnya. "Bukti apa?"

Begitu Elena bertanya, pengawal itu dengan kasar menarik rambut Felicia ke luar untuk diberi pelajaran.

"Ah! Ayah, tolong! Elena, tolong!"

Felicia hanya merasa kulit kepalanya sakit.

"Ya, akulah yang disuruh Nona Elena, nggak ada hubungannya dengan putriku."

Tobias terus bersujud dan memohon agar putrinya dilepaskan.

Elena bertanya dengan tenang, "Apakah kamu menunjukku, maka benar-benar akulah yang melakukannya?"

"Nona Elena, sebelumnya kamu mentransfer empat ratus juta untuk menolong putriku. Aku sangat berterima kasih kepadamu sehingga menyetujui permintaanmu untuk melakukan kejahatan ini."

Tobias meminta maaf. "Maaf, Nona Elena. Aku bersalah kepadamu."

Elena memandang Felicia yang tetap diam.

Kemudian dia melihat pria paruh baya yang sedang berlutut di lantai sambil terus meminta maaf.

Elena pun mencibir, "Kalian memang bersalah kepadaku. Benar, orang jahat memang nggak boleh diperlakukan dengan baik."

Elena tidak pernah bertemu ayahnya Felicia, Tobias. Namun, kali ini dia akan mengingat wajah lelaki tua itu.

Bagaimana mereka bisa memfitnah penolong mereka seperti ini?

Setengah tahun yang lalu, Felicia masuk rumah sakit dan perlu dioperasi. Keluarganya tidak punya uang, jadi dia melakukan penggalangan dana dan meminjam uang ke mana-mana.

Elena melihatnya. Mengingat mereka adalah teman sekamar ketika mereka duduk di bangku kuliah dan hubungan mereka cukup baik ....

Elena pun meminjamkan empat ratus juta kepada Felicia.

Tak disangka niat baik Elena malah menjadi masalah bagi dirinya sendiri.

Felicia mengangkat kepalanya. "Elena, aku sangat berterima kasih kepadamu karena telah meminjamkanku uang, tapi kamu nggak boleh menyuruh ayahku melakukan hal seperti itu. Aku pasti akan mengembalikan uangmu."

"Kalian ingin memfitnahku?" Elena menoleh ke arah Doreen. "Nona Doreen, aku memang meminjamkan empat ratus juta kepada Felicia untuk berobat. Kamu nggak bisa mengatakan kalau aku menyuruh mereka bekerja untukku karena hal itu, 'kan?"

"Uh ...." Doreen memandang Kaedyn, kemudian dia berkata dengan ragu-ragu, "Kae, omongan Sekretaris Elena ada benarnya juga. Kali ini tanganku hanya patah, lupakan saja."

Napas Elena tercekat di tenggorokan, terasa tidak nyaman.

Kaedyn menuangkan secangkir teh untuk Doreen. Tatapannya tampak tegas. "Pulihkan tanganmu dengan baik. Aku nggak akan melepaskan orang yang menyakitimu. Serahkan masalah ini kepadaku."

Mata Doreen melengkung, wajahnya merona malu.

Elena hanya merasakan hawa dingin di punggungnya.

Felicia dan Tobias dibawa pergi oleh pengawal, sedangkan Kaedyn pergi ke balkon untuk menelepon.

Doreen menghampiri Elena, kemudian dia merendahkan suaranya. "Sekretaris Elena, kamu hanya mendapatkan akta nikah, itu nggak bisa membuktikan apa-apa. Lagi pula, Kae sudah memberitahuku kalau pernikahan kalian hanya sekadar perjanjian."

Bisa-bisanya Kaedyn memberi tahu Doreen tentang perjanjian mereka.

Ekspresi Elena tampak dingin. "Entah itu perjanjian atau bukan, akta nikah itu asli. Selama kami belum bercerai, kamu hanyalah seorang pelakor."

Doreen menggelengkan kepalanya tak berdaya. "Sekretaris Elena, Kae nggak mencintaimu. Untuk apa kamu begitu? Lebih baik kamu lepas tangan."

Elena tersenyum. "Kalau bisa, suruh dia ceraikan aku."

Elena tidak punya cukup uang untuk membayar ganti rugi.

Ketika Doreen melihat senyuman Elena, matanya pun dipenuhi dengan senyuman. Dia berkata, "Sekretaris Elena, lain kali kamu boleh bertamu ke sini kalau ada waktu. Sekarang aku tinggal di sini."

Bisa-bisanya Kaedyn mengajak mantan pacarnya tinggal di Perumahan Clurkin.

Setelah Kaedyn selesai menelepon, dia meminta Elena untuk mengikutinya ke ruang kerja.

Doreen melihat punggung Elena yang berjalan ke atas sambil tersenyum.

Dia sedang memikirkan hal lain.

Entah Elena akan gila atau tidak bila dia tahu bahwa dia telah tidur bersama seorang pria asing.

Bibir Doreen melengkung.

...

Di ruang kerja.

Hening sekali.

Elena mencubit telapak tangannya, dia sedikit gugup. "Aku nggak memerintah Tuan Tobias untuk menyerang Nona Doreen. Aku akan menyelidiki hal ini untuk memberi penjelasan kepada Nona Doreen."

Sebenarnya sangat sulit untuk menyelidiki masalah ini.

Mereka menjebak Elena dengan bukti ambigu.

Tujuannya untuk memfitnah Elena.

Sebenarnya Elena menebak bahwa mungkin Doreen yang menjebaknya.

Doreen bahkan bisa menyiksa anak kucing yang baru lahir sampai mati. Jadi jangan berharap dia memiliki hati yang baik.

Empat tahun lalu, Elena melihat Doreen menginjak seekor anak kucing yang baru berumur beberapa bulan sampai mati dengan sepatu hak tingginya.

Tidak hanya Elena yang melihatnya, neneknya Kaedyn juga melihatnya saat itu.

Mungkin itu juga menjadi alasan mengapa neneknya Kaedyn sangat menentang Kaedyn menikahi Doreen.

Di ruang kerja yang tenang, Kaedyn menghampiri Elena, membuat Elena merasa tertekan.

Kaedyn akhirnya berbicara. "Aku akan menyuruh seseorang untuk menyelidiki masalah ini."

Dia tidak memercayai Elena.

"Kamu pindah ke mana?"

Kaedyn bertanya dengan nada datar.

Setelah beberapa malam, Kaedyn akhirnya mengetahui bahwa Elena telah pindah dari Perumahan Sorenson.

"Hotel."

"Kenapa kamu pindah?"

Elena terdiam beberapa saat sebelum menarik napas dalam-dalam. "Kamu dan Doren sudah bersama, aku nggak ingin tinggal di sana."

Perumahan Sorenson adalah rumah pernikahan yang diberikan oleh neneknya Kaedyn.

Tidak mungkin Elena bisa terus tinggal di sana dan membuat dirinya menderita.

Kaedyn menatapnya. "Elena, apakah kamu memenuhi syarat untuk membicarakan hal ini?"

Dua tahun lalu, saat Elena menandatangani perjanjian itu, dia sudah tidak memenuhi syarat untuk bertindak seenaknya.

Elena ingin tertawa. "Aku hanya ingin pindah tempat tinggal. Apakah itu pun nggak boleh?"

"Kalau Nenek sampai tahu kamu pindah dari rumah, kamu nggak akan sanggup menerima konsekuensinya." Kaedyn tersenyum, tetapi kata-katanya sangat dingin dan tajam. "Jangan sok pintar, Elena."

Jemari dingin Kaedyn mengetuk kepala Elena.

"Hati-hati dengan kepalamu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status