Share

Bab 14

Separuh wajah wanita di cermin itu agak merah dan bengkak karena dipukul.

Cukup mengenaskan.

Wajahnya sering ditampar akhir-akhir ini.

Elena tersenyum tak berdaya.

Ketika dia hendak buang air, Nathan keluar.

Suara derai terdengar dari toilet.

Dengan ekspresi normal, Nathan membalas pesan yang dikirim oleh temannya yang protes Nathan tiba-tiba menutup telepon.

Ketika Elena keluar dari toilet dan melihat Nathan menunggu di luar pintu toilet, dia sangat malu.

Elena menyesap sup ayam panas sedikit demi sedikit. Nathan duduk di sofa sambil menunggu Elena menghabiskan sup sebelum memberitahunya hal lain.

"Besok aku akan mengatur operasi aborsi untukmu."

Elena menyeka sudut mulutnya lalu berkata, "Oke."

Nathan terdiam beberapa saat. "Bahan obat yang kamu minum tadi malam sangat berbahaya bagi janin. Maaf."

Elena menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum. "Kamu sudah menyelamatkanku, nggak perlu minta maaf. Anak ini ... memang akan diaborsi."

"Apakah kamu sudah menyimpan nomor ponselku?" Nathan mengeluarkan ponselnya lalu menatap Elena. "Supaya adil, beri aku nomor ponselmu juga."

"Oh, oke." Elena membacakan nomor ponselnya untuk Nathan.

"Mari tambahkan WhatsApp. Lain kali kalau kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa mencariku."

"Oke."

Elena ingin mencari ponselnya.

Nathan membuka nakas, kemudian mengeluarkan ponsel berwarna merah muda untuk Elena.

"Terima kasih."

Elena membuka WhatsApp-nya, lalu membiarkan Nathan untuk memindai kodenya.

Nathan melihat foto bulan di profil WhatsApp Elena, sangat lucu. Dia membungkuk, menatap mata Elena sambil berkata lagi, "Lain kali kalau ada masalah, kamu boleh mencariku."

Elena bisa mencium aroma disinfektan pada jas putih yang dikenakan pria itu, tetapi entah kenapa dia tidak merasa bau.

Elena tersenyum sembari berkata, "Dokter Nathan, apakah aku boleh mentraktirmu makan kalau ada waktu?"

"Oke. Aku masih ada jam praktik. Kalau kamu ingin makan sesuatu, kirim pesan kepadaku."

Elena mengangguk. "Terima kasih."

Nathan melihat arlojinya, lalu dia bertanya dengan gelisah, "Haruskah aku mencari perawat untuk menemanimu?"

"Nggak perlu."

Elena tidak terluka parah.

Nathan melihat Elena terlihat lebih baik setelah minum sup ayam, jadi dia tidak memaksa. Dia hendak pergi kerja.

Begitu dia meninggalkan bangsal, Nathan menerima notifikasi pesan WhatsApp.

Dia membuka, lalu melihat bukti transfer sup ayam kampung sebesar dua ratus ribu dari Elena.

Dia juga dipuji baik lagi.

Nathan tersenyum.

Elena melihat ponsel di tangannya. Dia membalas pesan sahabatnya yang ada di luar negeri. Kemudian dia mencari foto profil Kaedyn untuk menelepon pria itu.

Panggilan telepon Elena segera diangkat.

Elena bertanya dengan nada dingin, "Di mana Josh? Bisakah kamu memberitahuku sekarang?"

Kaedyn meletakkan kopi yang ada di tangannya, lalu dia berkata, "Elena, bagaimana kalau kita membuat perjanjian lain? Batas waktunya adalah setengah tahun."

Elena mengepalkan ponselnya sambil berujar, "Aku nggak akan membuat perjanjian denganmu lagi."

"Kamu akan setuju," kata Kaedyn dengan tenang, "Aku sudah menemukan sumsum tulang yang cocok."

"Apa maksudmu?"

Elena bertanya dengan suara serak.

Joshua sedang menunggu sumsum tulang yang cocok untuknya.

"Sumsum tulang yang cocok untuk teman mainmu itu."

Suara Kaedyn menjadi lebih dingin.

Elena berpikir sejenak. Dia meremas pakaian rumah sakit. "Kesepakatan apa yang kamu inginkan?"

"Pertama, jadi sekretarisku lagi di Grup Burchan. Kedua, berpura-pura kalau kita sudah baikan di depan Nenek."

Penyakit neneknya Kaedyn kambuh tadi malam.

Dokter sudah mengeluarkan surat pemberitahuan penyakit kritis. Nenek berhasil diselamatkan tadi malam, tetapi waktunya sisa beberapa bulan.

Itulah alasan mengapa Nyonya Besar Burchan tidak menyadari bahwa Elena tidak ada di Perumahan Sorenson.

Elena mengangkat tatapannya, lalu menjawab, "Aku setuju dengan kesepakatan ini, tapi kita harus bercerai dulu. Setelah bercerai, kita bisa merahasiakannya."

Ada keheningan di ujung telepon untuk beberapa saat.

Elena kemudian mendengar Kaedyn menjawab dengan tenang, "Boleh."

Di luar ruang kerja yang setengah tersembunyi.

Doreen memegang sepiring buah.

Dia muncul di luar ruang kerja ketika Kaedyn meminta Elena untuk kembali ke Grup Burchan sebagai sekretaris.

Doreen menggigit bibir merahnya, matanya yang indah dipenuhi dengan rasa tidak terima dan kekejaman.

Elena!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status