Share

Bab 16

Nathan dengan tidak fokus mendengarkan seorang petapa tua membaca kitab suci. Jemarinya mengetik di layar ponsel.

"Tidak."

Kenapa dia harus marah?

Dia dan Elena hanya berhubungan intim secara tidak sengaja.

Elena bebas melakukan apa pun yang dia inginkan.

Petapa tua itu diundang oleh Brandon yang merasa Nathan tampak aneh karena menjadi orang baik belakangan ini.

Nathan meletakkan ponselnya, lalu mendengarkan kitab suci sambil menyilangkan kaki.

"Master, tolong ajari saya melafalkan sutra kehidupan tanpa batas."

Sutra kehidupan tanpa batas dapat menenangkan jiwa orang mati.

Hanya itu yang bisa Nathan lakukan untuk anaknya yang tidak memiliki kesempatan untuk melihat dunia ini.

Pemuda itu jelas-jelas memiliki aura yang mulia, tetapi ada juga keganasan dalam dirinya.

Petapa tua itu memiliki kemampuan untuk menilai orang.

"Sukhāvatī-vyūha."

Elena tidak tahu bahwa Nathan sedang membaca sutra di rumah saat ini. Ketika dia melihat balasan singkat Nathan, dia pun berhenti mengirim pesan."

Tidak peduli apa yang membuat Nathan marah, sebenarnya Elena tidak perlu bertanya lebih lanjut.

Perbedaan antara mereka bagaikan bumi dan langit.

Terlebih lagi, Elena tidak punya rencana untuk memulai hubungan baru sekarang.

Dia masih punya kesepakatan lain dengan Kaedyn.

Elena selalu sadar dengan apa yang harus dia lakukan.

Dia tidak melihat Nathan lagi hingga dia keluar dari rumah sakit.

Mereka saling menghindar.

Di sisi lain, Elena terus mendengar bibi itu mengatakan makanan-makanan yang dibawa oleh Nathan untuk memulihkan tubuhnya.

Ruang obrolan WhatsApp antara Elena dan Nathan hanya berisi bukti transfer.

Elena awalnya berencana memulihkan diri selama satu minggu, akhirnya dia menambah satu minggu lagi.

Pada hari Elena keluar dari rumah sakit, dia akhirnya mengirim pesan kepada Nathan.

"Tuan Nathan, terima kasih atas bantuanmu selama ini. Terima kasih banyak."

Nathan, yang baru saja menyelesaikan sebuah operasi, pergi membeli secangkir kopi dengan sedikit lelah.

Dia sedang duduk di kedai kopi ketika dia melihat pesan dari Elena.

Dia memasang ekspresi malas, lalu menyesap kopinya.

Seorang pelayan mencuri pandang pada pria yang duduk di dekat jendela itu, lalu tersipu.

Nathan adalah pria yang tampan dan elegan.

Nathan pergi membayar, kemudian dia keluar dari kedai kopi. Bibi yang dia pekerjakan untuk memasak untuk Elena meneleponnya.

"Tuan Nathan, saya akan pulang kampung hari ini."

"Jangan salahkan saya banyak bicara. Kalau kamu menyukai Nona Elena, kamu harus mengungkapkannya. Anak muda jangan suka memendam perasaan."

Nathan menyalakan rokok, lalu memegang rokok di antara jari-jari rampingnya. Dia tersenyum lalu membalas dengan bahasa daerah bibi itu. "Aku nggak menyukainya, aku pamannya."

Bibi itu tersenyum canggung.

Ternyata mereka itu kerabat.

...

Setelah Elena meninggalkan rumah sakit, dia pindah dari hotel ke Perumahan Sorenson.

Ketika dia kembali ke Perumahan Sorenson, Elena baru mengetahui bahwa neneknya Kaedyn juga masuk rumah sakit. Beliau pulang besok.

Dia memikirkan kesepakatannya dengan Kaedyn.

Elena bahkan tidak membongkar kopernya, dia pergi ke rumah sakit untuk menjenguk neneknya Kaedyn.

Saat Elena tiba di rumah sakit, Glenna dan Nyonya Burchan, Marcella Ransford, juga ada di bangsal.

Glenna mencibir, "Nenek sudah lama dirawat di rumah sakit, kenapa kamu baru datang sekarang?"

Marcella mengernyit, lalu berkata dengan anggun, "Glenna, jangan ganggu istirahat Nenek. Kamu pulang dulu."

Marcella adalah ibu dari Kaedyn dan Glenna.

Nyonya Burchan satu ini selalu anggun, tetapi dia memandang Elena dengan rasa superioritas.

Ketika Elena melihat Marcella, dia teringat akan Nathan.

Dia menyapa Marcella dengan tenang.

Dulu Elena menyanjung Marcella demi Kaedyn. Elena selalu ingin tampil baik di hadapan Marcella.

Sekarang dia sama sekali tidak perlu melakukannya.

Sang nenek juga memarahi Glenna, "Kakakmu sudah bilang, kakak iparmu pergi dinas. Jadi anak gadis harus lebih lembut, jangan sedikit-sedikit memarahi orang."

Glenna membuat gerakan menarik ritsleting di depan bibirnya, lalu mengedipkan mata. Dia langsung terlihat patuh.

Akan tetapi, dia merasa kesal dalam hati. Apakah neneknya sudah bodoh?

Elena, yang hanya merupakan orang luar, mendapat saham Grup Burchan dan diperlakukan dengan begitu baik.

"El, sini duduk sebelah Nenek."

"Kamu baru pulang dinas seharusnya istirahat saja. Besok Nenek sudah bisa pulang."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Desi
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Mila Solisa
novelnya bagus kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status