Nathan teringat celana dalam renda hitam yang dia lihat di luar toilet tadi, jadi dia terkekeh pelan.Elena menatapnya sambil bertanya dengan bingung, "Apa yang kamu tertawakan?""Teringat sebuah lelucon," jawab Nathan.Elena memasang ekspresi "siapa yang percaya".Nathan menutup pintu, lalu berjalan memutari mobil ke jok pengemudi.Rokoknya dipadamkan setelah satu atau dua isapan.Ketika Elena menoleh ke samping untuk mencari sabuk pengaman, dia menemukan dua kondom yang belum dibuka.Orang dewasa tentu tahu benda apa itu.Dia juga mengerti.Bisa-bisanya ada benda ini di dalam mobil.Elena memegang kedua kondom itu, lalu menyerahkannya kepada Nathan. Dia berkata dengan nada tenang, "Jangan taruh barang ini sembarangan. Bukankah akan sangat merepotkan untuk mencarinya ketika ingin menggunakan?"Nathan menyalakan mobil. Dia melihat benda itu sambil mengangkat sebelah alisnya. "Ukurannya terlalu kecil, bukan milikku. Mobil ini mobil temanku."Nathan meminjamnya untuk sementara.Elena, ".
Mereka tidur di kamar yang sama malam itu.Segera setelah Biro Urusan Sipil buka pagi-pagi sekali, Elena dan Kaedyn masuk untuk menandatangani surat cerai.Pernikahan perjanjian yang konyol berakhir buruk."Jangan keceplosan di depan Nenek." Kaedyn memperingatkan, "Sekarang kita akan menjemput Nenek dari rumah sakit.""Akulah yang seharusnya mengatakan itu kepadamu. Sebaiknya kamu dan Doreen menahan diri di luar. Bagaimanapun, dia itu bintang terkenal yang menarik perhatian media."Elena membalas dengan sinis.Kaedyn menatap Elena sekilas dengan dingin, kemudian dia tidak lagi berbicara.Kebanggaan yang dipertahankan Elena hancur karena panggilan telepon dari Zahra Heuman."Ibu.""Kamu masih tahu kalau aku ibumu. Kapan kamu menikah dengan bosmu? Bisa-bisanya kamu menyembunyikannya dari keluargamu! Bawa suamimu pulang besok, mari kita makan bersama."Zahra terdengar sangat kesal.Menikah itu masalah besar, tetapi Elena tidak memberi tahu keluarganya.Elena menarik napas dalam-dalam agar
Orang yang awalnya menertawakan identitas Elena berhenti tertawa saat mendengar ucapan itu.Sepuluh persen saham Grup Burchan itu sangat bernilai.Grup Burchan adalah salah satu dari sepuluh perusahaan teratas di antara 100 perusahaan top.Sepuluh persen saham yang Elena miliki akan menghasilkan setidaknya dua puluh triliun dividen dalam setahun.Iri, dengki semua orang rasakan.Elena bertemu beberapa orang dengan Kaedyn. Mereka menerima berbagai ucapan selamat.Pasangan sempurna, sangat serasi dan semacamnya."Maaf, permisi."Elena sudah agak muak meladeninya. Sekarang dia bukan nyonya Burchan yang sesungguhnya. Dia cukup berakting secukupnya.Doreen juga ada di perjamuan ini. Dia adalah tamu yang diundang oleh Glenna.Dia berdiri di pojok, mendengarkan percakapan para wanita itu dengan perasaan campur aduk.Ketika dia melihat Elena meninggalkan aula, Doreen pun mengikutinya.Elena keluar dari kamar mandi, dia tidak menyangka akan melihat Doreen.Dia agak terkejut.Pada acara seperti
Doreen menahan rasa sakitnya sembari berkata dengan lembut, "Aku baik-baik saja. Glenna, tolong minta seseorang untuk membawaku ke rumah sakit."Kaedyn berlutut satu kaki untuk melihat pergelangan kaki Doreen yang ternyata bengkak. Dia berdiri, lalu menggendong Doreen. "Aku akan mengantarmu."Doreen menggelengkan kepalanya, memohon dengan mata merah, "Jangan, kalau kamu meninggalkan jamuan makan malam ini, Nenek akan menyalahkanku kalau beliau mengetahuinya.""Kak Doreen, siapa yang peduli dengan perjamuan ini? Biarkan Nona Elena yang menanganinya sendiri," tawa Glenna.Elena tidak ingin melihat mereka. Dia berkata dengan nada dingin, "Nona Doreen yang menarik lenganku. Aku ingin pergi, tapi dia tetap menarik sehingga terjatuh. Apa urusannya denganku? Intinya, aku nggak sengaja mendorongnya."Setelah dia selesai berbicara, Elena ingin pergi.Kaedyn memandang Elena dengan dingin. "Entah kamu mendorongnya atau nggak, kamu harus minta maaf karena sudah menyakitinya.""Kamu ingin aku minta
Elena tidak mengangkatnya, dia berpura-pura tidak melihatnya.Raut wajah Kaedyn yang ada di rumah sakit menjadi makin dingin. Elena tidak mengangkat teleponnya, jadi Kaedyn pun mengirim pesan."Elena, jangan kembali ke Perumahan Sorenson malam ini. Aku bilang ke Nenek kalau kita bermalam di luar malam ini."Elena melihat pesan itu lalu mencibir.Bermalam, cih!...Hanya ada satu suite besar di lantai atas Hotel Quaker, yang khusus digunakan untuk menerima tamu VIP. Ada juga kolam renang luar ruangan.Seorang pria jangkung yang tampan keluar dari kolam renang.Manajer umum hotel dengan hormat menyerahkan handuk kepada pria itu. "Tuan Nathan."Nathan mengambil handuk itu, lalu dia menyeka rambut dan tubuhnya sebelum mengambil jubah mandi putih dan memakainya. Ekspresinya tampak tenang, "Ada apa?"Manajer umum itu tersenyum sembari berkata, "Saya membawakan tukang pijat untuk mengusir rasa lelah Anda."Seorang wanita yang mengenakan rok putih berdiri tidak jauh dari mereka, wajahnya tampa
Kaedyn keluar dari rumah sakit sambil menggendong Doreen yang telah diperiksa, lalu dia segera masuk ke dalam mobil."Lain kali kamu harus berhati-hati. Tangan kirimu belum sembuh total, sekarang kakimu terluka."Doreen berkata dengan lembut, "Jangan marah, aku berjanji akan patuh lain kali. Maaf, aku nggak seharusnya pergi ke jamuan makan malam ini. Aku nggak tahu kalau perjamuannya untuk ...."Dia mengedipkan matanya yang sedikit merah. "Kalau aku tahu, aku nggak akan pergi."Melihat kesedihan Doreen, Kaedyn pun menghela napas. "Maaf, ini salahku, aku membuatmu sedih. Doreen, beri aku waktu setengah tahun lagi, oke?"Kaedyn memeluk Doreen, lalu mencium keningnya."Semua ini salahku. Andaikan aku nggak memilih pergi ke luar negeri. Maaf, Kae." Doreen bersandar pada Kaedyn dengan sedih.Kaedyn tertegun sejenak ketika dia mengingat Elena yang merawatnya selama ini setelah Doreen keluar negeri."Aku berencana untuk pindah dari Perumahan Clurkin dulu. Sekarang semua orang sudah tahu kalau
Elena juga melihat video di ponsel Nathan."..."Elena menundukkan kepalanya sambil menggerakkan kakinya yang agak pegal.Nathan menekan tombol jeda pada video, mengambil sepasang sandal datar yang disiapkan oleh hotel untuk tamu, membungkuk lalu meletakkannya di depan kaki Elena."Ganti."Setelah itu, Nathan kembali menonton video itu.Ketika dia selesai menonton, dia mengerutkan kening sambil bertanya, "Kenapa wanita suka memainkan trik-trik kecil seperti itu?"Elena mengganti sepatunya, mengangkat kepala lalu bertanya balik, "Kenapa pria suka sok pahlawan?"Nathan hanya bisa berkomentar dalam satu kata, "Bodoh."Elena menjulurkan lehernya. "Ini namanya cinta, keindahan ada di mata yang melihatnya.""Ini memang cinta. Simpanan sudah mencari masalah, istri sah masih mencintai si pria bajingan."Nathan tertawa mengejek. Dia memandang Elena seolah sedang melihat budak cinta. Rasanya dia ingin membela otak Elena untuk melihat apa isinya.Elena tanpa sadar menyentuh keningnya. "Aku nggak
Elena mendorong Nathan.Nathan pun menjauhkan bibirnya dari bibir Elena.Tadinya Elena akan marah.Namun, dia melihat bibir tipis Nathan yang ternodai lipstik merahnya, seperti pria centil "Apa maksudmu? Kamu ingin merebut istri keponakan tertuamu?"Kalimat Elena agak sarkas.Nathan duduk di sofa sambil tersenyum. Jubah mandi putihnya sedikit longgar, dadanya yang terbuka sangat seksi.Dia berkata, "Bukankah itu alasan kamu ingin tinggal di sini? Ingin merayuku agar mengkhianati keponakan tertuaku? Apa yang tadi dia katakan? Kamu terpukul?"Elena, "..."Mengapa pria ini begitu pintar?Elena memang ingin membalas dendam kepada Kaedyn.Wanita terkadang picik.Elena menyimpulkannya dengan mengatakan, "Bukan aku yang berselingkuh, tapi dia. Kami sama-sama selingkuh, ini namanya adil."Elena mungkin telah dipaksa keluar dari sifat pemberontaknya oleh Kaedyn dan yang lainnya.Dia menjadi makin berani.Nyalinya menjadi besar.Mungkin dia memendam kekesalan.Nathan terdiam oleh kata-kata Elena