Share

Bab 11

"Siapa yang datang ini? Ternyata Sekretaris Elena ya."

Nicholas berkata dengan sinis. Dia menilai Elena yang mengenakan pakaian serba panjang lalu dia berdecak.

Elena melihat Kaedyn hanya memandangnya sekilas. Dia pun dengan tenang berkata, "Tuan Nicholas, aku minta maaf atas apa yang terjadi sebelumnya."

"Kalau kamu menghabiskan sebotol anggur ini, aku akan menerima permintaan maafmu."

Nicholas memberikan sebotol anggur kepada Elena dengan ekspresi jahat.

Dia hampir hancur sebelumnya.

Dia tidak bisa terima tanpa memberi pelajaran kepada Elena.

Botol itu berisi minuman keras dengan kandungan alkohol tinggi. Jika Elena menghabiskan satu botol alkohol itu, nyawanya mungkin akan dalam bahaya.

Martin tersenyum tipis. "Tuan Nicholas, bagaimana kalau aku bantu Sekretaris Elena minum setengah botol?"

"Nggak boleh. Kalau Sekretaris Elena nggak mau minum, nggak masalah. Lakukan saja striptis untuk kami semua nikmati."

Beberapa pria di sekeliling ikut bersorak.

"Ya, lakukan striptis."

Doreen tampak malu. Dia memutar matanya kepada Nicholas, lalu berkata sambil tersenyum, "Kak Nicholas, kami yang perempuan nggak mau perempuan telanjang."

"Minum nggak bisa, nari juga nggak bisa. Bagaimana dia minta maaf?"

Nicholas melebarkan pahanya, lalu menepuk-nepuk pahanya sendiri. "Duduk di pangkuanku sambil menemaniku bermain kartu harusnya nggak masalah, 'kan?"

Elena sudah mempersiapkan mentalnya.

Proses minta maaf malam ini tidak akan berjalan dengan mudah.

Dia tidak bisa minum sebotol minuman keras itu demi nyawanya.

Elena mencubit telapak tangannya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Dia duduk di pangkuan Nicholas tanpa ekspresi.

Suara siulan di sekelilingnya membuatnya putus asa.

Pandangan Kaedyn melirik sekilas, lalu dia mengerutkan kening sebelum bertanya, "Apakah kalian masih mau main?"

Maksudnya bermain kartu.

"Tentu saja." Nicholas melingkarkan lengannya di pinggang Elena, lalu menyentuh sembarangan. "Aku keluar enam hati."

Doreen menertawakan Elena di dalam hatinya. Dia menoleh untuk bertanya kepada Kaedyn, "Kae, aku harus mengeluarkan kartu yang mana?"

"Ini."

Kaedyn mengambil sebuah kartu dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, kemudian melemparkannya ke atas meja. Ujung kartu itu mengenai siku jari Elena.

Sebenarnya jari Elena agak sakit.

Doreen agak terkejut, sedangkan Elena menurunkan kelopak matanya seolah-olah bukan dia yang baru kena lempar kartu.

"El, apakah jarimu sakit?" Nicholas memanggil Elena dengan El, kemudian dia mengambil telapak tangan Elena untuk mengusap jari wanita itu. "Agak merah. Kulitmu lembut sekali."

Elena berkata dengan nada dingin, "Nggak sakit."

Lalu dia menarik tangannya kembali.

Seringaian muncul di bibir Nicholas.

"Bawakan aku sepiring anggur."

Seseorang menyerahkan sepiring anggur kepada Nicholas.

Dia mengambil buah anggur kemudian tersenyum pada Elena. "El, aku main kartu, kamu suapi aku anggur dengan bibirmu ya."

Orang-orang di sekitar tertawa.

Elena refleks memandang Kaedyn.

Elena tahu bahwa Kaedyn sedang menunggunya untuk menunduk terlebih dahulu.

Namun, begitu Elena ingat bahwa adiknya masih ada di tangan Kaedyn, dia memutuskan untuk mempertaruhkan malam ini.

Elena memandang piring anggur itu. Dia memasukkan setengah butir anggur di bibir merahnya tanpa ekspresi sambil menghibur dirinya.

Anggap saja sedang memberi makan anjing.

Saat Nicholas makan anggurnya, dia menekan bagian belakang kepala Elena untuk menyentuh bibir merah wanita itu.

Elena menoleh untuk menghindar.

"Jangan malu."

Nicholas menjilat bibirnya sambil tersenyum.

Elena sebenarnya ingin menangis, tetapi dia dengan cepat menenangkan dirinya.

"Tuan Nicholas, biar aku coba apa rasanya disuapi anggur oleh wanita cantik."

Para lelaki itu merasa memainkan wanita yang sama adalah hal yang sangat wajar.

Apalagi Elena berparas cantik, tetapi beraura dingin. Mereka jadi ingin menaklukkannya.

Martin mengerutkan kening. Dia melihat ke arah Kaedyn dan menemukan bahwa Kaedyn tidak berencana untuk menghentikannya. Martin juga agak tak berdaya.

Nicholas sangat murah hati. "El, suapi dia anggur."

Doreen memandang Elena yang pucat sambil mencibir dalam hati.

Dia yakin akan satu hal, Kaedyn tidak mungkin menyukai Elena.

Akan tetapi, karena Kaedyn ada bersamanya, Doreen pun berpura-pura baik dengan membujuk, "Sekretaris Elena bisa minta maaf sambil membungkuk. Bagaimana menurutmu, Kak Nicholas?"

Nicholas berpikir sejenak lalu melambaikan tangannya, "Baiklah, demi Doreen."

"Tapi aku mau dia berbalik, menghadapkan pantatnya ke arahku, baru membungkuk sembilan puluh derajat. Kalau nggak sembilan puluh derajat, dia harus mengulanginya lagi."

"Hahaha! Bagus, Tuan Nicholas!"

Orang tak bermoral seperti Nicholas sangat jago dalam mempermalukan orang.

Orang-orang di sekitar tertawa.

Elena merasa seperti orang yang tidak bermartabat.

Dia tidak bisa melakukan pemberontakan.

Doreen tersipu malu, lalu dia memutar matanya kepada Nicholas. Dia bertanya kepada Kaedyn, "Kita pergi ya? Terlalu membosankan di sini."

Pada saat ini, Elena tiba-tiba mendengus.

Semua orang memandangnya dengan heran.

Kaedyn menatap Elena dengan tatapan dingin.

Elena mengulas senyum. "Apakah kalian melupakan sesuatu? Neneknya Kaedyn baru mengumumkan statusku kemarin."

"Aku ini." Elena menunjuk dirinya sendiri, lalu menunjuk Kaedyn sambil tersenyum indah. "Istrinya Pak Kaedyn."

Orang-orang di dalam ruang privat yang awalnya menertawakan pertunjukan itu langsung terdiam.

Aura Kaedyn tiba-tiba menjadi dingin.

Elena menutup bibirnya lalu tersenyum memesona. "Nggak disangka Pak Kaedyn punya hobi seperti ini, memberikan istrinya kepada pria lain."

Suasana menjadi makin aneh.

Kaedyn berdiri dengan tatapan sedingin es. "Nicholas, dia untuk kamu mainkan malam ini."

Setelah mengatakan itu, Kaedyn pun pergi.

Sudut bibir Doreen sedikit terangkat, dia segera mengikuti Kaedyn pergi.

Nicholas mengantar Kaedyn dengan senang. "Oke, sampai jumpa Pak Kaedyn."

Sungguh pergantian peristiwa yang tak terduga.

Nicholas sudah berencana untuk menyerah setelah mendengar kata-kata Elena.

Siapa sangka Kaedyn begitu murah hati.

Dia memberikan istrinya begitu saja kepada orang lain.

Pria ini cukup kejam.

Setelah memiliki cinta sejati memang berbeda.

"El, apakah kamu mendengar itu? Pak Kaedyn memberikanmu kepadaku. Jangan khawatir, aku sangat lembut terhadap perempuan."

Nicholas menunjukkan seringai mesumnya.

Ketika Elena hendak meninggalkan ruang privat itu, Nicholas menahannya di pintu.

Ada kesenjangan besar antara tenaga laki-laki dan tenaga perempuan.

Nicholas pernah ditendang oleh Elena, jadi dia tahu karakter Elena yang seperti kuda liar.

Dia mengencangkan cengkeramannya pada pergelangan tangan wanita itu.

Martin ingin membantu Elena, tetapi dia dicegat oleh pria lain yang ada di dalam ruangan itu.

"Pak Martin, bosmu sudah mengizinkan, kenapa kamu masih berani ikut campur?"

Nicholas mengangkat dagunya lalu berkata, "Kawan-kawan, jaga Pak Martin."

Elena ditarik paksa lalu didorong ke sofa oleh Nicholas.

Kedua tangan Nicholas dengan tidak sabar menyentuh Elena.

Elena merasa jijik.

Perut bagian bawah Elena terasa nyeri.

Elena meludahi wajah Nicholas dengan jijik. "Menjijikkan! Jangan sentuh aku!"

Nicholas menampar Elena begitu kuat hingga telinga Elena berdengung.

"Sekretaris Elena, tampaknya kamu masih belum bisa tahu situasimu. Aku akan memberimu segelas minuman agar kamu patuh."

Mereka mempunyai jenis obat yang bisa mengubah wanita galak menjadi pelacur.

Nicholas terengah-engah. Dia meminta orang untuk menahan Elena, kemudian dia mengeluarkan sebungkus obat untuk dituangkan ke dalam gelas anggur.

Martin yang ditahan oleh mereka hanya bisa menyaksikan mereka membuka mulut Elena, menuang paksa minuman itu ke dalam mulut Elena.

Sebagian pakaian Elena telah robek, memperlihatkan kulit putihnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status