Elena tiba-tiba berhenti melawan, seperti telah menerima nasibnya.Melihat Elena menjadi patuh, Nicholas pun menyuapi Elena obat itu lagi, kemudian dia menggigit tulang selangka Elena.Obat ampuh ini bekerja dengan cepat.Saat Nicholas sedikit mengendurkan cengkeramannya pada Elena.Elena mengeluarkan pisau tajam dari saku celananya.Dengan cepat, keras dan akurat, Elena menyayat lengannya untuk menjernihkan pikirannya.Beberapa orang yang siap untuk menonton adegan dewasa siaran langsung itu pun berteriak."Ah! Dia bunuh diri!"Pisau Elena pun menempel di leher Nicholas. Elena menjilat bibirnya lalu berkata dengan suara serak, "Tuan Nicholas, mari kita mati bersama, bersenang-senang di akhirat. Bagaimana?"Nicholas si pengecut ketakutan hingga mengompol.Jika dia tahu bahwa wanita ini masih bisa berulah setelah diberi obat, Nicholas akan mengikatnya dulu."Letakkan pisaunya, aku akan melepaskanmu," kata Nicholas dengan gemetar."Nggak akan. Aku akan kerepotan kalau melepaskanmu, kamu
Suasana tampak ambigu.Elena mendapat suntikan dan akhirnya bisa tidur nyenyak.Nathan, yang telah melakukan sesuatu, pergi untuk mencuci tangannya.Dia melihat jari-jarinya yang ramping, lalu tersenyum.Elena perlahan membuka matanya, kemudian dia mencium bau disinfektan rumah sakit.Dia mendengar suara seorang pria berbicara dengan suara rendah.Ketika dia sudah sadar, dia menoleh lalu mendapati pria yang berdiri di dekat jendela sedang bertelepon.Suaranya sangat serak, tetapi ada sedikit nada dingin dalam perkataannya. "Biarkan dia tinggal di penjara selama sisa hidupnya."Brandon Edkins yang ada di ujung telepon tertawa. "Nathan, bisa-bisanya kamu marah karena seorang wanita. Ini nggak seperti kamu.""Mungkin aku kerasukan," kata Nathan dengan malas, nadanya tidak terdengar takut. "Harus membaca kitab suci.""Oke, serahkan masalah ini kepadaku," sahut Brandon dengan semangat.Nathan sepertinya menyadari bahwa seseorang sedang menatapnya. Dia menoleh, lalu melihat wanita yang masih
Separuh wajah wanita di cermin itu agak merah dan bengkak karena dipukul.Cukup mengenaskan.Wajahnya sering ditampar akhir-akhir ini.Elena tersenyum tak berdaya.Ketika dia hendak buang air, Nathan keluar.Suara derai terdengar dari toilet.Dengan ekspresi normal, Nathan membalas pesan yang dikirim oleh temannya yang protes Nathan tiba-tiba menutup telepon.Ketika Elena keluar dari toilet dan melihat Nathan menunggu di luar pintu toilet, dia sangat malu.Elena menyesap sup ayam panas sedikit demi sedikit. Nathan duduk di sofa sambil menunggu Elena menghabiskan sup sebelum memberitahunya hal lain."Besok aku akan mengatur operasi aborsi untukmu."Elena menyeka sudut mulutnya lalu berkata, "Oke."Nathan terdiam beberapa saat. "Bahan obat yang kamu minum tadi malam sangat berbahaya bagi janin. Maaf."Elena menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum. "Kamu sudah menyelamatkanku, nggak perlu minta maaf. Anak ini ... memang akan diaborsi.""Apakah kamu sudah menyimpan nomor ponselku?" Nat
Sore harinya, Martin mewakili Kaedyn untuk mengirimkan perjanjian kepada Elena tanda tangani. Dia tidak tahu apa isinya."Elena, maaf, aku nggak bisa menghentikan mereka tadi malam."Martin benar-benar merasa bersalah.Elena menggelengkan kepalanya. "Mereka menang jumlah, kamu nggak bisa mengalahkan mereka. Aku tetap ingin berterima kasih kepadamu."Elena bukan tipe orang yang mudah marah."Nicholas nggak akan muncul di hadapanmu lagi. Dia sudah dijebloskan ke penjara, Grup Burchan juga telah menghentikan semua kerja sama dengan Keluarga Ondrus."Elena mendengar bahwa Nicholas dipenjara, lalu mengingat percakapan telepon Nathan pagi ini. Sepertinya Nathan membantunya lagi.Sedangkan Grup Burchan yang telah berhenti kerja sama dengan Keluarga Ondrus, Elena tidak cukup naif untuk berpikir bahwa Kaedyn melakukannya untuk Elena.Dunia bisnis ibarat medan perang.Jika terjadi sesuatu pada Keluarga Ondrus, Grup Burchan dapat mencaplok beberapa properti Keluarga Ondrus untuk mengembangkan dir
Nathan dengan tidak fokus mendengarkan seorang petapa tua membaca kitab suci. Jemarinya mengetik di layar ponsel."Tidak."Kenapa dia harus marah?Dia dan Elena hanya berhubungan intim secara tidak sengaja.Elena bebas melakukan apa pun yang dia inginkan.Petapa tua itu diundang oleh Brandon yang merasa Nathan tampak aneh karena menjadi orang baik belakangan ini.Nathan meletakkan ponselnya, lalu mendengarkan kitab suci sambil menyilangkan kaki."Master, tolong ajari saya melafalkan sutra kehidupan tanpa batas."Sutra kehidupan tanpa batas dapat menenangkan jiwa orang mati.Hanya itu yang bisa Nathan lakukan untuk anaknya yang tidak memiliki kesempatan untuk melihat dunia ini.Pemuda itu jelas-jelas memiliki aura yang mulia, tetapi ada juga keganasan dalam dirinya.Petapa tua itu memiliki kemampuan untuk menilai orang."Sukhāvatī-vyūha."Elena tidak tahu bahwa Nathan sedang membaca sutra di rumah saat ini. Ketika dia melihat balasan singkat Nathan, dia pun berhenti mengirim pesan."Tid
Pintu bangsal dibuka lagi.Ternyata Kaedyn datang bersama Doreen.Doreen mengenakan gaun polkadot bermotif bunga putih, wajah cantiknya tampak bersih.Dia tampak polos.Elena melihat mereka berdua, kemudian membuang muka dengan tenang.Tidak ada ekspresi senang atau marah.Neneknya Kaedyn memasang ekspresi dingin, tetapi etikanya melarangnya langsung mengatakan kata-kata yang menyakitkan.Doreen memegang buket bunga krisan liar yang disukai neneknya Kaedyn. "Nenek, aku datang menjenguk Nenek."Dia berkata dengan canggung, "Aku keluar dari lift, lalu kebetulan bertemu dengan Kae."Glenna mendekat, lalu memeluk lengan Doreen. "Nenek, aku yang membuat janji dengan Kak Doreen untuk menjenguk Nenek hari ini."Anak muda datang menjenguknya, Nyonya Besar Burchan tidak mungkin mengusirnya.Dia menjawab dengan acuh tak acuh, "Terima kasih, Nona Doreen."Kaedyn menghampiri Elena, kemudian menyerahkan sebuah roti kepada Elena. "Kamu langsung kemari begitu mendarat. Makan roti dulu untuk mengganja
Elena merasa tidak nyaman saat Kaedyn memanggilnya "El".Sebelumnya pria itu selalu memanggil Elena dengan "Sekretaris Elena" atau "Elena".Kaedyn pasti keberatan setengah mati memanggil Elena dengan begitu akrab.Kepala Elena penuh dengan pikiran."Sudah, cepat pergi berkencan, nggak perlu temani Nenek.""Oke, kami akan mendengarkan Nenek."Kaedyn dan Elena berjalan keluar dari bangsal berdampingan.Wajah sang nenek yang semula tersenyum berubah menjadi sedih. "Netta, apakah kedua anak itu pikir aku ini bodoh?"Mereka jelas-jelas berpura-pura akur di hadapannya.Nama Netta adalah Netta Muren.Dia telah merawat neneknya Kaedyn selama 20 tahun lebih. Dia kurang lebih memahami kekhawatiran sang nenek. "Nyonya Besar, anak muda punya pola pikiran mereka sendiri."Nenek menggelengkan kepalanya. "Baiklah, aku akan memberi mereka kesempatan lagi selagi aku masih hidup. Setelah aku memejamkan mata, aku nggak akan bisa mengurus mereka lagi."Elena mengikuti Kaedyn ke dalam lift.Mereka berdiri
Seluruh bioskop dipesan hanya untuk mengambil beberapa foto.Elena menghela napas. Dasar orang kaya.Tugas kencan menonton film telah selesai, Kaedyn membawa Elena ke restoran.Restoran ini punya ruang privat, jadi Kaedyn tidak memesan seluruh restoran.Elena bersikap kooperatif dalam mengambil foto. Setelah mereka selesai mengambil foto, Elena mengambil tas kulit kecilnya dan hendak pergi.Kaedyn melihat punggung Elena yang tidak sabar untuk pergi dengan mengerutkan kening.Dia menyimpan ponselnya, berencana mengirimkan foto kencannya kepada neneknya nanti. Kemudian dia juga berdiri dan meninggalkan ruangan itu.Hidangan yang dipesan sudah disajikan di atas meja.Mereka tidak bernafsu untuk makan.Elena keluar dari ruang privat, dia tidak menyangka akan bertemu Nathan di restoran ini.Nathan mengenakan setelan hitam. Dia tampak sangat formal dan elegan.Wanita yang berdiri di sampingnya mengenakan gaun feminin. Wanita itu tampak muda.Aura wanita itu sangat kalem.Nathan juga melihat