Beranda / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 36 Mulai Belajar Menerimamu Di Sisiku

Share

Bab 36 Mulai Belajar Menerimamu Di Sisiku

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-06 08:56:20

Suasana malam yang tenang di meja dapur. Di atas meja terdapat secangkir teh yang hampir habis ada Mahira yang duduk di sofa sambil membaca buku kedokteran sesekali dia melihat Abisatya sedang bermain bersama Maya dan Sumiati di ruang keluarga.

"Tumben Mas Bi sudah pulang? Biasanya malam, Mas," celetuk Maya saat melihat Birendra datang.

"Mas Bi sudah makan? Kalau belum bibi siapkan."

"Tidak usah, Bi. Saya sudah makan malam tadi sama Rudi," jawabnya sambil menaruh tasnya ke sofa lalu mengeluarkan sesuatu hingga membuat Maya menutup mulutnya agar tak keceplosan bicara.

"Mana Mahira, Bik?"

"Non Mahira ada di dapur kayaknya sedang belajar, Mas," tunjuk Sumiati. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat perubahan sikap sang majikan kepada istrinya.

Birendra berjalan ke arah dapur dengan wajah datar, tangan kirinya memegang setangkai bunga mawar merah. Birendra tidak pernah memberi hadiah kepada Mahira setelah mereka menikah dan hubungan mereka selama ini terasa dingin. Mahira tidak menyadar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 37 Kedatangan Seseorang Yang Misterius

    Arya dan tim medis sedang berusaha menyelamatkan seorang pasien lansia. Mesin monitor detak jantung menunjukkan garis lurus dan tak ada tanda-tanda kehidupan "Dok, sudah tidak ada respons," kata Mahira yang ikut menangani pasien. Arya menarik napas dalam, menundukkan kepala sejenak sambil menekan rasa kecewa dan sedih. Dia melepaskan sarung tangannya perlahan, lalu menatap mesin monitor yang sekarang sudah mati. "Waktu meninggal, 09.45," ucap Arya dengab suara pelan. Arya mengusap wajahnya sebentar lalu berdiri tegak. Matanya memandang ke arah pintu, tempat seorang wanita yang menunggu kabar. "Dokter Hira, bisa wakillkan saya untuk memberitahu kematian ibunya kepada anaknya? Mungkin sesama wanita akan merasa lebih nyaman bila bicara," kata Arya menunjuk ke arah pintu IGD yang memperlihatkan satu sosok perempuan muda menunggu. Arya memang membiarkan Mahira untuk bisa beradaptasi dengan keadaan seperti ini ketika ada pasien yang meninggal. "Baik, Dok." Mahira segera berjalan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 38 Pura-Pura atau Birendra Memang Berubah

    Restoran berkonsep modern eropa dengan pencahayaan redup. Musik jazz lembut terdengar di latar belakang. Birendra dan Mahira duduk di meja dekat jendela besar yang menghadap taman. Sepulang dari tempatnya bekerja, Mahira tak menyangka dirinya mendapat kejutan dari Birendra. Sang suami mengajaknya makan malam di sebuah restoran yang cukup mahal Birendra duduk dengan tangan menyilang di meja, jari-jarinya sedikit mengetuk permukaan meja, tanda dia sedang gugup. Wajahnya terlihat berusaha tenang, namun matanya sesekali melirik ke arah Mahira, yang duduk berseberangan dengannya. Mahira tersenyum santai, tidak menyadari kecanggungan suaminya. "Lama kita tidak ke sini ya, Mas? Seingatku ketika merayakan ulang tahun pernikahan ayah dan ibu dua tahun lalu," kenang Mahira tersenyum lembut sambil memainkan garpu di piringnya. "Iya benar yang kamu katakan," jawab Birendra matanya beralih ke piringnya sejenak, lalu dia menghela napas pendek dan jemarinya mulai memainkan serbet di pangkuannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 39 Perhatian Atau Memang Pura-Pura

    Sebenarnya tak ada niatan Mahira untuk kembali ke dokter psikolog, tetapi karena Birendra yang menyuruhnya hingga dia pun menerima pemulihan ingatannya agar tahu kejadian sebenarnya tentang kecelakaan tersebut. Satu-satunya petunjuk yang melekat di ingatannya adalah gantungan tengkorak kecil yang jatuh di lokasi kecelakaan, yang diyakini milik pelaku. Merasa terganggu oleh potongan-potongan ingatan yang tidak utuh akhirnya Mahira memutuskan untuk menemui terapis untuk memulihkan memorinya dan mencari jawaban atas apa yang sebenarnya terjadi. "Nona Mahira silakan masuk," kata perawat memanggil namanya. "Iya Sus. Terima kasih." Mahira memasuki ruang terapi. Ruang itu bersih dan tertata rapi. Terdapat sofa empuk berwarna abu-abu dengan bantal kecil di ujungnya. Di tengah ruangan, seorang pria, Prof Andre terapis berusia sekitar 50-an usianya sedang duduk dengan sikap tenang, tangan terlipat di pangkuannya. Mahira terlihat gugup memegang erat tas di pangkuannya lalu duduk di uj

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 40 Kejutan Dari Birendra

    "Kita mau ke mana, Mas?"Sebuah pertanyaan muncul setelah Birendra mengajaknya pergi. Mahira tak banyak tanya hingga dia merasa bingung ketika sang suami bukannya pulang ke rumah."Nanti kamu akan tahu sendiri," jawab Birendra fokus menyetir."Tapi masalahnya aku ada rapat bersama Paman Hari dan direktur rumah sakit, Mas," kata Mahira."Aku sudah mengatakan kepada Paman Hari kalau aku ada hal penting yang harus dibicarakan denganmu," sahut Birendra memandang Mahira dari balik kaca spion."Bukannya bisa kita bicara di kantor rumah sakit, Mas?" Mahira menyahut sembari melihat arloji di pergelangan tangan."Jangan banyak bicara, Hira. Cerewetmu nggak banyak berubah sejak kecil," tukas Birendra menghela napas.Pada akhirnya Mahira menutup mulutnya dan tak lagi bertanya. Perjalanan ini sudah jauh dari perumahan mereka tinggal, Mahira pun tak tahu ke mana mobil Birendra membawanya siang ini."Ayo turun. Kok malah bengong?"Mereka tiba di sebuah butik mewah di pusat kota. Mahira melihat ke s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 41 Kelicikan Fatma Menghancurkan Hubungan Birendra

    "Pagi, Dokter Arya," sapa Mahira saat mereka bertemu di lobby."Pagi juga, Dokter Mahira. Ada sesuatu yang membuatmu gembira di hari ini?" Arya menyahut dengan tersenyum."Apa tampak ya di wajah saya?" Mahira malu, karena ketahuan dirinya tengah berbahagia menyambut hari-harinya."Jelas sekali. Sampai mata saya berkilau," canda Arya seraya tertawa."Naik apa ke sini, Dokter Mahira? Diantar suami tentunya," sambung Arya yang sempat melihat Mahira satu mobil dengan Birendra."Iya. Mulai sekarang Mas Bi akan mengantar saya setiap pagi," jawab Mahira. Senyum tak lepas dari bibirnya saat ini."Saya doakan pernikahan anda langgeng ya, Dok." Ada ucapan tulus dari Arya meski dia menahan emosional di hatinya."Terima kasih," sahut Mahira."Sudah mau pulang, Dok?" Mahira melihat Arya masih berpakaian yang sama seperti sore kemarin."Iya nih. Kemarin IGD kedatangan rombongan bus yang terluka karena tabrakan.""Saya pamit dulu ya."Mahira mengangguk seraya berjalan menuju lorong kanan tempat IGD

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 42 Kembalinya Cinta Pertama

    Sanur baru saja kembali ke kota asalnya setelah bertahun-tahun tinggal di luar negeri. Dia berdiri di depan rumah masa kecilnya, tempat dia tumbuh besar sebelum dikirim oleh ayahnya ke luar negeri untuk tinggal bersama bibinya. Sanur menatap rumah tua itu dengan perasaan bercampur aduk—ada kemarahan, kebencian, dan juga kerinduan yang menyakitkan. Rasa ditinggalkan membuat dirinya menjadi pribadi dengan penuh luka di hati. "Anda lebih memilihnya untuk tinggal bersama daripada aku yang juga membutuhkan kasih sayang. Sanur berdiri di depan gerbang rumah jari-jarinya mencengkeram besi pagar yang mulai berkarat. Matanya berkabut, tapi bukan karena hujan yang rintik-rintik, melainkan air mata yang berusaha dia tahan. "Kenapa, Yah? Kenapa kau tega?" tanya Sanur dalam hati dengan lirih. Sanur menggigit bibir bawahnya, menahan gejolak di dadanya. Dia melangkah maju dan mendekat ke pintu rumah. Tangannya yang gemetar terulur, seakan ingin menyentuh gagang pintu, tapi terhenti di tengah ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 43 Membuka Kembali Kasus Kecelakaan

    Arya berada di depot masakan rumah yang terletak di sudut kota, senja hari. Bukan untuk memesan makan malam melainkan bertemu dengan sang kawan yang berprofesi sebagai detektif. Arya sengaja mendatangi sang kawan untuk membahas soal kecelakaan Sarayu.Arya duduk dengan raut wajah tegang selagi menunggu sang kawan. Dia menatap secangkir kopi yang sudah mulai dingin dan tak berselang lama Adi baru saja datang lalu duduk di hadapannya."Maaf agak terlambat. Tadi masih dipanggil atasan," ucap Adi menaruh ponsel di atas meja."Tidak apa-apa. Aku tidak terburu-buru," sahut Arya."Oke ... mau bicara dirimu, Pak Dokter?" tanya Adi sang kawan bercanda."Aku tahu kamu pasti sibuk, Di. Tapi aku butuh bantuanmu. Ini tentang Sarayu. Aku nggak bisa percaya kalau orang yang mereka tangkap itu benar-benar pelakunya." Arya berbicara dengan nada rendah dan tangannya gemetar di sekitar cangkir kopi."Arya, kamu tahu polisi sudah bekerja keras dalam kasus ini. Bukti yang mereka kumpulkan cukup kuat. Kena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 44 Jangan Dekati Istriku

    Di ruangan kantor ber-AC, Birendra duduk dengan gelisah, melirik jam tangannya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Matanya sedikit layu dan wajahnya tampak tegang sembari memerhatikan ponselnya.Kemarin Birendra menerima sebuah foto melalui pesan yang memperlihatkan Mahira sedang minum kopi bersama dokter Arya di lobby rumah sakit. Meski tak ada yang terlihat mencurigakan di foto itu, Birendra merasa tak nyaman. Dia tak ingin terlihat cemburu, namun hatinya tak bisa berbohong.Tak lama kemudian, Rudi datang dan duduk di depannya. Rudi menyadari ketegangan Birendra, merasa ada sesuatu yang tak beres."Ada masalah lagi?" tanya Rudi mengangkat alis, mencoba membaca wajah temannya. Dia tahu pasti ada sesuatu sedang terjadi."Ada yang mengganggu pikiranku sejak kemarin," ucap Birendra menunduk, kedua tangan saling meremas di atas meja sambil menarik napas dalam-dalam dan mengusap wajahnya dengan tangan."Pasti masalahnya tak ada lagi Sarayu, ibu mertua atau Mahira," terka Rudi menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14

Bab terbaru

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 155 Kebimbangan Mahira

    Malam semakin larut saat Mahira menyetir seorang diri di lenggangnya jalanan ibu kota. Jari-jarinya mencengkeram erat setir mobil. Ini pertama kalinya ia menyetir setelah setahun tak pernah menyentuh mobil karena trauma kecelakaan yang pernah dialaminya. Tubuhnya terasa kaku, dan setiap tarikan napasnya berat.Satu jam lalu Mahira mendapat telepon dari Fatma untuk menemuinya secara langsung di tempat yang sudah ditunjuknya. Mahira awalnya ingin menolak, tetapi ancaman Fatma membuat dia harus menghadap.["Jika kau tak ke sini sendirian, jangan harap kamu akan bertemu dengan salah satu dari mereka."]Suara dingin Fatma memerintahkannya datang sendiri tanpa ditemani siapa pun. Jika Mahira membawa polisi atau siapa saja, salah satu sandera — anaknya, Abisatya atau akan dilukai. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tanpa memberitahu Birendra ataupun Wisnu, Mahira mengambil kunci mobil dan pergi di tengah malam yang sunyi.Angin malam menyapu wajahnya saat dia membuka sedikit jendela mob

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 154 Pilih Abisatya Atau Sanur

    "Maafkan saya, Non Mahira. Seharusnya nona tidak pernah mengasuh bayi itu. Saya begitu tak suka saat nona mau mengasuh anak dari pelakor.""Lebih baik lupakan saja anak ini, Nona Mahira."Empat hari sudah sejak hilangnya Abisatya dan polisi masih kesulitan menemukan jejak Maya dan Fatma. Kedua wanita itu begitu pandai bersembunyi, meninggalkan pihak berwenang kebingungan. Setiap harapan yang dimiliki Mahira dan Birendra mulai pudar."Aku berharap setelah ibu Fatma mendapatkan uangnya. Aku bisa pergi dari kota ini dan memberikan anak ini pada orang lain."Maya dan Fatma berganti lokasi tempat persembunyian. Kali ini anak buah Fatma menemukan rumah kosong di pinggiran kota meski harus masuk gang sempit, kedua wanita itu tak peduli asal mereka bisa menghindari pihak polisi."Makanya jangan cari masalah denganku. Kalau kamu diam, aku tak akan melakukan ini!"Dari luar, Maya mendengar suara keras Fatma. Maya segera meninggalkan Abisatya dengan botol susunya yang sengaja dia beli agar bayi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 153 Dua Pilihan Sulit

    "Birendra akan membawa Abisatya, Mahira. Jadi serahkan semua padanya ya."Dokter Agustin dan Arya datang ke rumah Mahira untuk memberi dukungan. Mereka tahu jika Mahira membutuhkan seseorang untuk menguatkan di kala susah seperti ini."Tapi bagaimana jika tak berhasil, Dok?" tanya Mahira menatap dokter Agustin penuh kesedihan."Sampai sekarang Mas Birendra tak meneleponku," lanjutnya."Tenanglah, Mahira. Dia akan memberi kabar pada kita," sahut Arya.Matanya terus melirik ke ponsel di atas meja yang tak henti-hentinya bergetar dengan notifikasi, tetapi tak satu pun dari mereka membawa kabar baik yang ditunggunya. Ruangan itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara jam dinding yang berdetak pelan.Arya tak tahu bagaimana dia harus menghibur Mahira yang saat ini sedang dirundung masalah. Sejak awal bertemu dengannya, Arya merasa kehidupan Mahira sungguh berat dan tak ada bahagia."Kita harus sabar, Mahira," ujar dokter Agustin dengan suara yang lembut."Birendra pasti tahu apa yang dia lak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status