Fanny menempel di pundak Lillia dengan mesranya. “Sudah nggak begitu bengkak lagi. Setelah selesai syuting, aku akan ke studiomu untuk memesan gaun!”“Boleh.” Lillia langsung tersenyum.Raut wajah Liman sekali muram lagi.Saat Claude datang untuk menjemput Lillia, keningnya spontan berkerut ketika melihat sosok Liman.Setiap harinya bocah itu selalu menempel dengan Lillia. Saat lari pagi, Liman juga sering meliriknya. Kenapa ekspresinya malah jadi seperti ini?Claude yang selalu berwaspada terhadap Liman kembali meningkatkan kewaspadaannya.Tak lama setelah Lillia kembali ke kamarnya, Claude pun masuk. Dia memesan makanan untuk diantar ke kamar.Hanya saja, Claude merasa set makanan hotel ini sangat tidak lezat. Claude duduk di samping Lillia, lalu mulai memijat tangannya.“Aku lagi isi air untuk rendaman.” Lillia berencana melepaskan tangannya.Bagian merah bekas tusukan sudah tidak bengkak dan gatal lagi. Lillia mengisi air di ember hanya untuk merendam kakinya saja.Lillia tidak mer
Keesokan paginya, Jaivyn meliburkan semua orang hari ini.Fanny pergi ke kamar Lillia untuk menggosip.“Dengar-dengar semalam Kak Liman mandi salju semalam. Pakaiannya basah kuyup hingga kulitnya keunguan. Pak Jaivyn bawa dia kembali ke hotel. Dia juga dimarahi dengan kasarnya,” cerita Fanny dengan kedua mata dilebarkan.Sekarang Fanny sedang di usia penuh energik. Jadi, ketika membahas masalah ini, kedua matanya tampak berkilauan.“Mungkin dia lagi cari ilham,” ucap Lillia dengan bingung. Dia sendiri juga tidak mengerti.Seusai mendengar, Fanny pun mengerutkan keningnya. “Jangan-jangan karena dia ada adegan hampir mati, jadi dia ingin menyiksa dirinya, berusaha untuk mendalami perannya?”Lillia menggeleng sembari meminum teh susu hangatnya. Dia merasa sangat nyaman bisa duduk sambil memandang salju dari dalam ruangan.“Sepertinya aku masih kalah jauh kalau dibandingkan sama Kak Liman. Aku pergi dulu.” Fanny segera berdiri.Lillia mengiakan. Dia tidak perlu bekerja hari ini. Jadi, Lill
Claude memeluk Lillia, lalu menyandarkan dagu di atas pundaknya. “Kamu bisa mengatakannya kepadaku berarti kamu peduli dengan pemikiranku. Kamu berharap aku bisa setuju. Nggak seharusnya aku cemburu, kamu jadi nggak senang. Jangan marah lagi, ya?”Kening Lillia spontan berkerut. Dia mendorong Claude, lalu berjalan ke sisi ranjang tanpa bersuara sama sekali. Dia berbaring di atas ranjang, lalu menutup kepalanya dengan selimut. “Aku mau tidur. Jangan bicara lagi.” Lillia tidak ingin berbicara dengan Claude lagi.Semakin Lillia kepikiran dengan kebaikan yang dilakukan Claude, Lillia akan lupa sebenarnya bagaimana posisinya di hati Claude.Dulu Lillia selalu mengikuti apa kemauan Claude. Namun sekarang, berhubung Claude memperlakukannya dengan baik, dia pun berani bersikap dingin terhadap Claude.Claude mengerutkan keningnya, lalu duduk di sofa dengan terdiam. Beberapa saat kemudian, Claude mengambil sarung tangan berjalan ke depan pintu sembari mengirim pesan kepada asisten, menyuruhnya u
Baru saja Lillia membalikkan tubuhnya, terdengar suara serak Liman. “Sebentar.”Lillia spontan membalikkan tubuhnya melihat ke sisinya.Saat melihat Liman melambaikan tangannya, asisten segera meletakkan gelasnya.Asisten berjalan melewat Lillia, lalu berjalan keluar kamar. Tak lupa juga dia menutup pintu kamar.“Aku tuangin minuman buat kamu.” Lillia berjalan ke sisi dispenser.Liman menatap Lillia. Setelah Lillia menyerahkan air kepadanya. Dia baru berkata, “Apa isinya?”“Sup ayam. Aku suruh pihak hotel masak buat kamu.” Lillia menarik kursi ke sisi ranjang. Kali ini, dia baru mengambil sup yang dibawanya.“Aku ingin minum.” Seusai berbicara, Liman kembali batuk-batuk.Lillia mengiakan, lalu membukakan rantang.Setelah Liman menyantap sup hangat itu, dia merasa lebih nyaman sekarang. Tetiba dia bertanya pada Lillia, “Apa kamu sengaja memberi sarung tangan pemberianku kepada Fanny untuk menjalin hubungan baik sama dia? Supaya dia bisa melakukan pesanan di studiomu?”Semuanya seperti y
Lillia memberi tahu pemeran yang lain. Mereka semua pun mengobrol di kejauhan. Setelah berdiri beberapa saat, ponsel Lillia berdering.Panggilan masuk itu adalah panggilan dari Claude. Lillia mengangkat panggilan, lalu berjalan menjauh.“Ada apa?” Nada bicara Lillia sangat dingin.“Akun rahasia Liman sudah dibongkar netizen. Apa tim produksi nggak tahu masalah ini?” Terdengar kekesalan dari nada bicara Claude.Lillia segera meningkatkan kewaspadaannya. “Apa yang terjadi?”“Beberapa hari lalu Fanny mengunggah foto sarung tangan yang dibelinya ke Instagram. Kebetulan Liman juga mengunggah foto sarung tangan itu dengan menggunakan akun rahasianya. Coba kamu tebak apa yang terjadi?” tanya Claude.Sepertinya netizen akan beranggapan mereka sedang berpacaran ….. Tidak! Fanny memberi tahu orang-orang bahwa sarung tangan itu dipinjamkan oleh Lillia. Itu berarti Lillia yang akan digosipkan berpacaran dengan Liman.Sebelumnya hubungan mereka juga pernah diterpa gosip. Jika terjadi masalah sepert
Siapa pun tahu betapa dekatnya hubungan saudara sepupu ini. Claude juga sangat mementingkan orang di hadapannya ini.Lantaran khawatir Lillia akan kedinginan, dia pun menyewa begitu banyak kontainer untuk tim produksi. Saat syuting dimulai, mesin di dalam kontainer pun akan dinyalakan.Lillia tidak menyangka Claude akan datang lagi. Dia sungguh merasa kesal saat ini.Anggota tim produksi berangsur-angsur meninggalkan tempat. Lillia dan Claude berjalan ke dalam kontainer. Lillia duduk di dalam kontainer, lalu bertanya pada Claude, “Bukannya kamu lagi sibuk dengan rapat?”“Sudah selesai. Aku bisa menemanimu di sini sampai malam Hari Raya.” Claude berjalan ke sisi Lillia. Nada bicaranya sangat lembut.Meski sikap Claude kelihatan acuh tak acuh, sebenarnya dia diam-diam sedang mengamati Lillia.Raut wajah Lillia sangatlah datar. “Bagusan kamu pulang saja. Jangan sampai aku ditelepon nenekmu di malam Hari Raya, merusak suasana hatiku saja.”Claude mengerti, memang tidak ada yang salah denga
Setelah selesai berlari, tetiba Liman bertanya pada Lillia, “Emm … apa kakek nenekmu nggak pernah ungkit masalah orang tuamu?”“Nggak pernah, mungkin mereka takut aku akan sedih nantinya. Jadi, mereka nggak bersedia untuk mengatakannya. Aku juga nggak bertanya lagi. Begini cukup bagus, kok.” Lillia menghela napas dengan perlahan.Liman pun mengiakan.Saat Lillia kembali ke lobi hotel, Liman yang masih berada di luar pun mengerutkan keningnya. Apa Claude sebagai kakak sepupu Lillia juga tidak memberitahunya masalah orang tuanya?Claude menunggu Lillia di lobi. Melalui kaca, dapat terlihat bahwa Liman sedang memikirkan sesuatu.Saat Lillia berjalan mendekatinya, Claude pun bertanya, “Banyak sekali obrolan kamu dengan Liman. Apa lagi yang dia katakan sama kamu?”“Nggak ada hubungannya sama kamu. Sudah hampir Hari Raya, kenapa kamu nggak pulang?” Lillia mengelap keringat dengan handuk yang diletakkan di atas pundak.Wajah Lillia tampak memerah, begitu juga dengan lehernya.Claude mengikuti
Pekerjaan berakhir lebih awal di malam Hari Raya ini. Jaivyn merencanakan makan malam di restoran hotel.Lillia minum sedikit alkohol, lalu kembali ke kamarnya. Setelah mandi, dia menyadari mulai turun salju lagi.Kepingan salju jatuh perlahan di luar jendela. Awalnya Lillia ingin melakukan panggilan video dengan nenek. Namun, lantaran keseruan di saat makan malam, sekarang pun sudah jam 10-an malam.Lillia bersandar di sisi ranjang sembari menonton sinetron. Tetiba terdengar suara ketuk pintu.Lillia menghentikan sinetronnya, lalu mencoba untuk mendengar dengan saksama. Memang terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Lillia pun pergi membuka pintu.Ketika melihat Claude yang berada di luar pintu, jujur saja Lillia merasa sangat kaget. “Bukannya kamu temani Nenek di rumah?”“Dia sudah tidur. Jadi, aku kemari. Masih belum jam 12, masih sempat.” Claude berjalan ke dalam kamar. Mantel dan syal yang dikenakannya juga tampak dipenuhi dengan butiran air. Kepingan salju itu sepertinya menc
Claude menatap Lillia dan berkata, “Kalau mereka datang mencari masalah lagi, teleponlah aku. Untung saja hari ini asistenmu juga sedang lembur dan meneleponku tepat waktu. Kalau nggak, aku nggak tahu akan sekacau apa tempat ini sekarang.”Bagaimanapun juga, Edward benar-benar akan menghancurkan Perusahaan LMOON.Lillia menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa. Malam ini, dia memang merasa marah. Namun, dia sebenarnya juga merasakan kesedihan yang tidak dapat dimengerti.“Kamu pulang saja dulu. Aku mau istirahat,” kata Lillia dengan nada yang agak dingin.Claude meliriknya, lalu bertanya, “Kamu sedih?”“Nggak,” jawab Lillia dengan ekspresi cemberut.“Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Ingat, kalau mereka datang untuk mempersulitmu lagi, kamu harus meneleponku,” hibur Claude dengan nada lembut.Claude tahu dari mana datangnya kesedihan Lillia. Bagaimanapun juga, Edward dan Imelda adalah orang tua kandung Lillia. Namun, mereka malah datang untuk menindas Lillia. Mana mungkin Lillia
Ohara memegang sapunya erat-erat, lalu memelototi Edward dan Imelda sambil berseru, “Suatu hari nanti, kalian pasti akan menyesal!”Edward hanya mendengus. Dia mengira Ohara sedang berbicara tentang opini publik. Dia pun menjawab dengan tampang mengejek, “Aku nggak akan menyesal. Biarpun Kelly berbuat salah, kami akan tetap mendukungnya!”Imelda menatap Lillia dan berkata, “Kamu memang berbakat, tapi karaktermu malah begitu buruk. Kelly sudah berulang kali menyanjungmu, tapi kamu bukan hanya nggak menanggapinya, malah bekerja sama dengan Claude untuk mempermalukannya. Sebenarnya, kamu sudah tahu dari awal kalau kamu tetap nggak akan kalah meski Claude menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal, ‘kan?”“Kamu tahu Claude menyukaimu, makanya kamu bisa membiarkannya tunangan sama Kelly dengan tenang. Selain bisa menyelesaikan krisis LMOON, kamu juga bisa menertawakan Kelly!”Lillia sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa. Saat ini, pipinya sudah bengkak. Sangat jelas bahwa
Begitu pulang ke Kediaman Jaspal, Kelly langsung tidak berhenti menangis di ruang tamu.Edward oun buru-buru turun ke lantai bawah. Setelah melihat tampang Kelly yang begitu sedih, dia segera bertanya, “Sayang, ada apa?”“Mantan istrinya Claude itu Lillia. Apa kalian tahu, tapi nggak memberitahuku?” tanya Kelly pada Edward dengan berlinang air mata.Edward duduk di sisi Kelly dan hendak menjawab. Namun, begitu melihat pipi Kelly yang merah dan bengkak, dia segera bertanya, “Siapa yang memukulmu?”Kelly menjawab sambil menangis, “Lillia melihat aku dan Claude makan di restoran, lalu juga sengaja membawa beberapa pria makan di sana dan menggoda mereka untuk membuat Claude marah. Waktu aku berdebat dengan Lillia, Claude menamparku deminya.”Seusai berbicara, Kelly menangis makin kencang.Edward pun berdiri dengan marah, lalu segera mencari ponselnya dan hendak menelepon Claude untuk memakinya. Begitu melihat Kelly yang menangis tersedu-sedu, Imelda yang baru turun juga buru-buru memelukny
Lillia juga melihat Claude dan Kelly meninggalkan restoran. Setelah para bos itu selesai makan, Lillia pun memanggilkan mobil untuk mengantar mereka kembali ke hotel sebelum masuk ke mobilnya sendiri. Hanya saja, sebelum mobilnya sempat keluar dari tempat parkir, mobil Claude pun memblokir jalannya.Claude duduk di dalam mobil dan menatap Lillia dengan ekspresi tidak senang. Sementara itu, Lillia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah saling bertatapan dari dalam mobil untuk sesaat, Claude baru turun dari mobil. Pada akhirnya, Lillia mau tak mau turun dari mobil setelah Claude mengetuk kaca jendelanya 3 kali.“Ada apa?” tanya Lillia dengan kening berkerut.“Aku nggak langsung memberitahumu aku sudah kembali ke ibu kota karena Hans bilang kamu sedang rapat. Makanya, aku pergi ke Kediaman Jaspal dulu,” jelas Claude dengan sikap mendominasi. Dia juga memerangkapi Lillia di antara tubuhnya dengan mobil.Lillia menjawab dengan ekspresi datar, “Pak Claude, kenapa kamu h
Edward pun menjawab dengan tidak senang, “Aku tahu kamu sama sekali nggak menyukai Kelly.”Claude hanya tersenyum dan tidak menjawab.Begitu mendengar percakapan mereka, Imelda juga merasa sangat sedih.“Aku pada dasarnya memang nggak bersedia menikahinya, tapi dia sendiri yang memaksa. Aku ini orang yang selalu memegang janjiku. Berhubung kalian sudah melepaskan Perusahaan LMOON, aku akan memenuhi janjiku dengan menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal,” jawab Claude dengan ekspresi acuh tak acuh.Edward tidak lagi berbicara. Dia bangkit dari tempat duduk dan mengisyaratkan Imelda untuk naik ke lantai atas bersamanya.Malam ini, Lillia mengajak beberapa bos besar ke Xennington. Baru saja mereka semua duduk, dia langsung melihat Kelly dan Claude berjalan masuk ke restoran. Dia pun merasa agak terkejut karena tidak tahu bahwa Claude telah kembali ke ibu kota ....Namun, setelah teringat kembali ucapan Claude sebelumnya, Lillia pun tidak memikirkannya lagi. Claude pernah m
“Apa kamu masih marah sama Kelly? Hari ini, aku sudah menegurnya sebelum datang. Pokoknya, aku akan selalu berpihak padamu. Percayalah padaku,” ujar Louis dengan nada yang terdengar sangat memelas.Moonela menjawab, “Aku nggak marah, cuma ingin jalan-jalan sendiri!”“Tapi, tetanggamu bilang kakimu cedera dan dia juga sempat menggantikanmu untuk lapor polisi. Kalau kakimu cedera, kenapa kamu masih bisa berkeluyuran?” tanya Louis dengan sengaja.Kali ini, Moonela tidak bisa menjawab dengan begitu cepat. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, “Cedera kakiku nggak parah, kok .... Kamu pergi ke rumahku?”“Emm, aku rindu banget sama kamu. Aku datang mencarimu, tapi kamu nggak menyahut. Jadi, aku tanya ke tetanggamu,” jawab Louis dengan nada lembut.“Aku lagi nggak ada di rumah. Jangan mencariku lagi! Aku sedang jalan-jalan di luar. Kalau suasana hatiku sudah baikan, aku akan meneleponmu,” jawab Moonela. Intinya, dia menolak untuk bertemu dengan Louis.Louis pun merasa agak marah dan berk
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per