Baru saja Lillia membalikkan tubuhnya, terdengar suara serak Liman. “Sebentar.”Lillia spontan membalikkan tubuhnya melihat ke sisinya.Saat melihat Liman melambaikan tangannya, asisten segera meletakkan gelasnya.Asisten berjalan melewat Lillia, lalu berjalan keluar kamar. Tak lupa juga dia menutup pintu kamar.“Aku tuangin minuman buat kamu.” Lillia berjalan ke sisi dispenser.Liman menatap Lillia. Setelah Lillia menyerahkan air kepadanya. Dia baru berkata, “Apa isinya?”“Sup ayam. Aku suruh pihak hotel masak buat kamu.” Lillia menarik kursi ke sisi ranjang. Kali ini, dia baru mengambil sup yang dibawanya.“Aku ingin minum.” Seusai berbicara, Liman kembali batuk-batuk.Lillia mengiakan, lalu membukakan rantang.Setelah Liman menyantap sup hangat itu, dia merasa lebih nyaman sekarang. Tetiba dia bertanya pada Lillia, “Apa kamu sengaja memberi sarung tangan pemberianku kepada Fanny untuk menjalin hubungan baik sama dia? Supaya dia bisa melakukan pesanan di studiomu?”Semuanya seperti y
Lillia memberi tahu pemeran yang lain. Mereka semua pun mengobrol di kejauhan. Setelah berdiri beberapa saat, ponsel Lillia berdering.Panggilan masuk itu adalah panggilan dari Claude. Lillia mengangkat panggilan, lalu berjalan menjauh.“Ada apa?” Nada bicara Lillia sangat dingin.“Akun rahasia Liman sudah dibongkar netizen. Apa tim produksi nggak tahu masalah ini?” Terdengar kekesalan dari nada bicara Claude.Lillia segera meningkatkan kewaspadaannya. “Apa yang terjadi?”“Beberapa hari lalu Fanny mengunggah foto sarung tangan yang dibelinya ke Instagram. Kebetulan Liman juga mengunggah foto sarung tangan itu dengan menggunakan akun rahasianya. Coba kamu tebak apa yang terjadi?” tanya Claude.Sepertinya netizen akan beranggapan mereka sedang berpacaran ….. Tidak! Fanny memberi tahu orang-orang bahwa sarung tangan itu dipinjamkan oleh Lillia. Itu berarti Lillia yang akan digosipkan berpacaran dengan Liman.Sebelumnya hubungan mereka juga pernah diterpa gosip. Jika terjadi masalah sepert
Siapa pun tahu betapa dekatnya hubungan saudara sepupu ini. Claude juga sangat mementingkan orang di hadapannya ini.Lantaran khawatir Lillia akan kedinginan, dia pun menyewa begitu banyak kontainer untuk tim produksi. Saat syuting dimulai, mesin di dalam kontainer pun akan dinyalakan.Lillia tidak menyangka Claude akan datang lagi. Dia sungguh merasa kesal saat ini.Anggota tim produksi berangsur-angsur meninggalkan tempat. Lillia dan Claude berjalan ke dalam kontainer. Lillia duduk di dalam kontainer, lalu bertanya pada Claude, “Bukannya kamu lagi sibuk dengan rapat?”“Sudah selesai. Aku bisa menemanimu di sini sampai malam Hari Raya.” Claude berjalan ke sisi Lillia. Nada bicaranya sangat lembut.Meski sikap Claude kelihatan acuh tak acuh, sebenarnya dia diam-diam sedang mengamati Lillia.Raut wajah Lillia sangatlah datar. “Bagusan kamu pulang saja. Jangan sampai aku ditelepon nenekmu di malam Hari Raya, merusak suasana hatiku saja.”Claude mengerti, memang tidak ada yang salah denga
Setelah selesai berlari, tetiba Liman bertanya pada Lillia, “Emm … apa kakek nenekmu nggak pernah ungkit masalah orang tuamu?”“Nggak pernah, mungkin mereka takut aku akan sedih nantinya. Jadi, mereka nggak bersedia untuk mengatakannya. Aku juga nggak bertanya lagi. Begini cukup bagus, kok.” Lillia menghela napas dengan perlahan.Liman pun mengiakan.Saat Lillia kembali ke lobi hotel, Liman yang masih berada di luar pun mengerutkan keningnya. Apa Claude sebagai kakak sepupu Lillia juga tidak memberitahunya masalah orang tuanya?Claude menunggu Lillia di lobi. Melalui kaca, dapat terlihat bahwa Liman sedang memikirkan sesuatu.Saat Lillia berjalan mendekatinya, Claude pun bertanya, “Banyak sekali obrolan kamu dengan Liman. Apa lagi yang dia katakan sama kamu?”“Nggak ada hubungannya sama kamu. Sudah hampir Hari Raya, kenapa kamu nggak pulang?” Lillia mengelap keringat dengan handuk yang diletakkan di atas pundak.Wajah Lillia tampak memerah, begitu juga dengan lehernya.Claude mengikuti
Pekerjaan berakhir lebih awal di malam Hari Raya ini. Jaivyn merencanakan makan malam di restoran hotel.Lillia minum sedikit alkohol, lalu kembali ke kamarnya. Setelah mandi, dia menyadari mulai turun salju lagi.Kepingan salju jatuh perlahan di luar jendela. Awalnya Lillia ingin melakukan panggilan video dengan nenek. Namun, lantaran keseruan di saat makan malam, sekarang pun sudah jam 10-an malam.Lillia bersandar di sisi ranjang sembari menonton sinetron. Tetiba terdengar suara ketuk pintu.Lillia menghentikan sinetronnya, lalu mencoba untuk mendengar dengan saksama. Memang terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Lillia pun pergi membuka pintu.Ketika melihat Claude yang berada di luar pintu, jujur saja Lillia merasa sangat kaget. “Bukannya kamu temani Nenek di rumah?”“Dia sudah tidur. Jadi, aku kemari. Masih belum jam 12, masih sempat.” Claude berjalan ke dalam kamar. Mantel dan syal yang dikenakannya juga tampak dipenuhi dengan butiran air. Kepingan salju itu sepertinya menc
Sebenarnya lagu yang disukai Lillia sangat tidak terkenal. Ditambah lagi, sarung tangan itu diunggah pada hari Liman memberikannya kepada Lillia. Namun, berkali-kali Lillia meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanyalah kebetulan belaka.“Sayang sekali! Padahal Liman itu ganteng banget. Ngomong-ngomong … gimana hubungan kamu sama Claude?” Moonela mengecilkan suaranya.Lillia terdiam sejenak, baru membalas, “Lumayan.”Hanya saja, perlakuan lembut Claude saat ini sudah terlambat.“Sebentar lagi syuting akan dimulai. Nanti aku telepon kamu lagi.” Lillia menatap para pemeran berangsur-angsur masuk ke dalam kontainer. Dia pun segera mengakhiri panggilan.Setelah menyadari Lillia mengakhiri panggilan, Liman baru berlari ke sisinya.“Selamat Hari Raya.” Terdengar suara dari sisi Lillia.Lillia memasukkan ponsel ke dalam tas ranselnya, lalu menatapnya. “Selamat Hari Raya.”“Syuting kita akan berakhir sekitar 1 bulan. Pada saat itu, adeganku sudah nggak banyak lagi. Aku punya 1 permintaan.” Liman
Claude tidak langsung menjawab pertanyaan Lillia. Dia malah bertanya, “Apa kamu merasa Liman suka sama kamu?”“Aku nggak pernah perhatikan. Aku sangat hati-hati saat berhubungan dengan orang di dalam dunia hiburan. Jadi, aku nggak gitu perhatikan,” jawab Lillia dengan terus terang.Hanya saja, Lillia menganggap Liman sebagai temannya lantaran pernah membantunya sebanyak 2 kali. Jadi, saat dia meminta bantuan untuk membuatkan pakaian untuknya dan juga anggota keluarganya, Lillia juga menyetujuinya.Namun, mengenai masalah perasaan, Lillia benar-benar tidak pernah kepikiran hal itu.“Itu berarti kamu nggak merasakan rasa cintanya yang jelas itu,” ucap Claude.Setelah mendengar ucapan Claude, Lillia langsung memikirkan kembali sikap Liman terhadapnya selama beberapa saat ini. Lillia seketika menyipitkan matanya, tetapi dia masih saja berlagak tidak menghiraukannya. “Ya ampun, meskipun ada, dia itu aktor. Aktor itu paling pintar bersandiwara. Lagi pula, kita lagi berada di lokasi syuting.
Claude mengangkat-angkat alisnya. Dia tidak memberi jawaban apa-apa.Liman sungguh hebat. Dia bahkan ingin Lillia pergi menemui anggota keluarganya? Claude berpikir sejenak. Kali ini, Lillia juga tidak berkata-kata.Mereka berdua memasuki ruang tunggu. Claude duduk, lalu melihat ke sisi Lillia. “Setelah pekerjaan kali ini berakhir, aku ada proyek ba ….”“Nggak usah! Lebih baik kita nggak usah sering berhubungan.” Lillia langsung menyela.Lillia selalu sial ketika berada di dekat Claude. Dia sungguh tidak berminat untuk bekerja sama.“Kali ini aku pasti nggak akan cari masalah lagi. Proyek ini sangatlah penting,” ucap Claude dengan serius.“Aku tolak.” Tanpa berpikir, Lillia langsung menjawab.Seketika Claude tertegun. Dia melihat Lillia sembari melonggarkan dasinya. “Nggak ada kemungkinan sama sekali?”“Aku sudah pernah sial 2 kali di tanganmu dan juga di tangan keluargamu. Apa kamu rasa Studio LMOON bakal kerja sama denganmu? Aku juga mesti belajar dari pengalaman.” Lillia mengeluarka