Главная / Pernikahan / Dia (Bukan) Suami Idaman / Tugas Pertama Seorang Istri

Share

Tugas Pertama Seorang Istri

Автор: tri hidayanti
last update Последнее обновление: 2024-10-29 19:42:56

Mendapat bentakan dari Yuda sebenarnya sudah mulai terbiasa bagi Putri, walaupun baru sehari dia melihat sisi lain dari pria yang dicintainya itu. Tapi yang bikin dia terkejut, Yuda menunjukkan sikap tersebut setelah memperlakukan Putri layaknya ratu.

Ibarat kata setelah dibuat terbang setinggi langit, tiba-tiba saja dihempaskan begitu saja. Sakit bukan?

"Lebih baik sekarang kamu masak dan buatkan aku makanan! Aku capek." Titah Yuda sambil berlalu, belanjaan yang tadi dia jatuhkan pun dibiarkan saja.

Ya Salam, bahkan mereka baru tiba di apartemen. Jika Yuda capek, apalagi Putri yang sedari pagi masih mengenakan kebaya.

Kebaya tersebut memang pemberian dari Yuda, sehingga tidak perlu dikembalikan layaknya menyewa pada MUA.

"Tadi dibawah 'kan banyak makanan, kenapa kita tidak makan dulu di sana?"

Maksud Putri adalah makan bersama para tetangga apartemen, karena dalam pesta kejutan tersebut tentunya sudah disediakan berbagai jenis makanan.

Yuda menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan. "Salah siapa pakai ketakutan saat ada Sinta? Jika kamu biasa saja tadi, aku tidak akan buru-buru mengajakmu naik."

Deg!

Jadi ini semua salah Putri? Yuda menyalahkan istrinya yang erkejut dan takut dengan kedatangan wanita bar-bar?

"Ma-maaf, Mas."

Putri menundukkan kepalanya, dia sudah tidak berani protes lagi. Karena semua yang terjadi selalu salah dia. Daripada membuang waktu untuk berdebat, lebih baik Putri membereskan belanjaan dan masak seperti permintaan sang suami.

Sementara Yuda duduk bersantai di sofa sambil menonton televisi. "Sayang, buatkan akun minuman dulu!" Serunya tanpa mau merubah posisi nyaman.

Putri baru saja tiba di dapur, dia masih membereskan belanjaan karena wanita rajin itu paling tidak suka jika beraktivitas, masih banyak barang berserakan.

"Huh," Putri menghela nafas cukup panjang. Pengantin baru seharusnya sedang merasakan kehidupan layaknya ratu, bukan babu seperti itu.

Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah pilihan Putri, lagi pula dia sudah terlanjur mencintai Yuda, jadi bukan hanya mencintai kelebihan, dia juga harus mencintai kekurangan suaminya.

Wanita yang penampilannya masih tetap cantik, meskipun make-up di wajahnya itu sudah luntur, melakukan apa yang diminta sang suami.

Tangan Putri dengan lihai membuat es cappucino, beberapa bulan menjadi tunangan Yuda, membuat dia hafal segala kesukaan pria bertubuh atletis itu.

"Ini, Mas." Ucap Putri sambil menyerahkan segelas es cappucino.

Netra Yuda yang sedang fokus pada layar datar di depannya, langsung beralih pada segelas es cappucino segar yang sangat menggiurkan.

"Terima kasih, Sayang." Yuda langsung menerima dan menyeruput es tersebut. "Aahh… segar sekali, aku memang tidak salah memilih kamu sebagai istri."

Dasar budak cinta, sudah dibentak-bentak, giliran dipuji sedikit saja langsung melayang kegirangan. Wajah Putri langsung merona mendapatkan pujian tersebut.

"Mas, aku mau melanjutkan masak, tapi boleh ganti baju dulu tidak?" Tanya Putri sedikit takut.

"Tentu, gantilah bajumu dulu. Pasti panas menggunakan kebaya dan rok seperti itu."

Putri mengulum senyum, sekarang dia tahu bagaimana cara berkompromi dengan sang suami. Yaitu harus menyenangkan hati pria yang dicintainya itu, baru mengutarakan keinginannya.

Segera Putri melangkah mengambil koper yang masih berjajar di dekat sofa, lalu membawanya menuju kamar. Tapi langkahnya terhenti karena belum tahu mana letak kamarnya yang mana.

"Mas, kamarnya sebelah mana?" Putri mengedarkan pandangan ada dua kamar, dan dia tidak tahu akan tidur dimana.

"Oh, ya ampun sampai lupa." Yuda segera beranjak dari duduknya dan mendekat. "Ayo, aku antar ke kamar kita." Ajaknya sambil menyeret salah satu koper, sedangkan tangan yang satu merangkul Putri.

Mereka melangkah menuju kamar yang dekat dengan jendela, Putri terperangah begitu melihat kamar tersebut. Gorden yang terbuka, membuat dia langsung melihat pemandangan di luar mengarah ke gedung-gedung tinggi pencakar langit.

Tanpa sadar Putri melepaskan kopernya dan melaju mendekati jendela. "Mas, disini indah banget." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.

Pria yang masih berdiri di ambang pintu itu mengulum senyum, perlahan dia mendekat dan mendekap sang istri dari belakang. "Memang, itulah mengapa aku ingin cepat-cepat membawa kamu kesini. Supaya kamu bisa melihat dan merasakan keindahan ini."

Putri tertegun karena tiba-tiba Yuda memeluknya, jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Sebenarnya dia sangat bahagia, tapi dia tidak mau terlena, mengingat sikap suaminya bisa berubah seratus delapan puluh derajat kapan saja.

Cup!

Kejutan yang didapat Putri bertambah kala Yuda mengecup tengkuk lehernya, ada perasaan merinding karena Yuda tak hanya mengecup, tapi juga menyesapnya.

'Oh, tidak. Aku belum siap.' Batin Putri menolak, meskipun dia sangat mencintai Yuda, dan mereka sudah resmi menjadi suami istri, tapi untuk menjalankan tugas yang satu itu, masih butuh waktu.

"Mas, aku belum masak. Katanya kamu lapar." Ucap Putri menghentikan aksi Yuda yang sudah mulai menggerayangi tubuhnya itu.

"Ya, aku memang lapar dan ingin makan. Tapi kali ini aku ingin makan kamu dulu."

Netra Putri terbelalak, sepertinya Yuda sudah terburu nafsu begitu menyentuh tubuh molek istrinya itu. Yuda membalikkan badan Putri sehingga kini mereka saling berhadapan.

Benar saja, mata Yuda sudah dipenuhi kabut nafsu, dia mengikis jarak dengan sang istri dan kemudian melumat bibir Putri yang begitu ranum.

Sontak Putri terkejut dan hendak memundurkan diri, tapi Yuda langsung menahannya hingga wanita yang kini dalam dekapannya tidak bisa mengelak lagi.

Cukup lama mereka saling berpagutan, membuat Putri hampir kehabisan nafas. Dia memukul dada Yuda berkali-kali, hingga akhirnya pria yang sedang menikmati lembutnya bibir Putri berhenti.

"Kenapa, Sayang?" Keluh nya yang merasa terganggu dengan pukulan tersebut.

"Aku hampir kehabisan nafas, Mas."

Yuda terkekeh, "Maaf, habisnya aku terbawa suasana sih." Kini tangan Yuda beralih meraba sisi punggung Putri dan menarik resleting kebaya yang masih dikenakan wanita berparas cantik itu.

Sontak Putri menahannya, "Kamu mau ngapain, Mas?"

"Katanya kamu mau ganti baju 'kan? Biar aku bantu."

"Aku bisa sendiri, Mas. Lagian kamu juga harus keluar dulu, aku malu kalau ganti baju di depan kamu."

Yuda tergelak, "Kenapa harus malu? Aku ini suami kamu, ingat? Jadi semua bagian tubuhmu itu hak aku sepenuhnya, aku bebas untuk memandang bahkan menyentuhnya."

Oh tidak, bulu kuduk Putri semakin merinding mendengar kata-kata tersebut. Dia memang sangat mencintai Yuda, tapi untuk membiarkan Yuda memandang atau bahkan menyentuh tubuh polosnya masih takut.

Melihat Putri yang seperti ketakutan, membuat Yuda semakin ingin memiliki semua tubuh wanitanya itu. "Kamu tahu 'kan kalau istri membantah suami itu dosa?"

Putri mengangguk pelan, "Jadi kamu jangan membantah perintahku yang satu ini. Kamu harus melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri."

Wanita yang mempunyai lesung pipi itu mengerjap berkali-kali. Dia pun mengangguk pelan.

****

Related chapter

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Suami Egois

    Mendapatkan persetujuan dari Putri, tangan Yuda langsung melanjutkan aksinya untuk melucuti pakaian wanita yang kini resmi menjadi istrinya itu. Netranya membulat kala tubuh polos Putri hanya tertutup di dua bagian kewanitaannya. Tubuh putih dan bersih semakin membangkitkan gairah kejantanannya. Terlebih dua buah sintal milik Putri terlihat begitu menyembul, meskipun masih terbungkus tempatnya. Tak pikir panjang Yuda langsung membopong Putri ala bridal style dan menjatuhkannya di ranjang. Setelah melepas semua pakaian yang dia kenakan, Yuda kemudian membuka dua kain terakhir yang masih menutupi dua bagian sensitif milik Putri. 'Aku benar-benar tidak salah pilih.' Batin Yuda sambil menyeringai, begitu melihat tubuh polos Putri di depannya."Hei, kamu kenapa merem gitu?" Tanya Yuda yang sudah menindih wanitanya itu, kini kulit mereka benar-benar bersentuhan tanpa sehelai benangpun membatasi. "A-aku takut, Mas." Sahut Putri apa adanya, dari yang dia dengar dari teman-temannya yang s

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Sikap Yuda Berubah-ubah

    Srak! Bruk! Yuda menarik koper yang bertengger diatas lemari dengan kasar, kemudian melemparkannya tepat di sebelah meja rias. Putri yang sedang melepas riasannya di depan cermin, sontak menoleh kaget."Cepat kemasi pakaian dan barang-barang kamu seperlunya saja!" Titah Yuda dengan sangat tegas. Bahkan raut wajah Yuda terlihat dingin, tidak hangat seperti tadi siang, saat dia belum mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. Ya, Yuda dan Putri baru saja resmi menjadi pasangan suami istri, sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini mereka tengah berada di kamar Putri, kamar pengantin yang tidak di hias seperti pada umumnya, karena mereka hanya menggelar pernikahan yang sederhana. Tidak ada resepsi, hanya ada akad dan disaksikan oleh beberapa orang dari kedua belah pihak. Meskipun demikian, Putri tetap bahagia dengan pernikahannya yang sederhana ini. Sejak dulu dia memang tidak pernah mengidamkan pernikahan yang mewah, seperti kebanyakan para wanita. Bagi Putri, yang penting dah dimata

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pamit

    Putri mengangguk patuh, wajahnya merona menunjukkan bahwa dia tengah merasa malu. Bagaimana tidak? bagi wanita pemalu dan pendiam seperti dia, jangankan dicium, dipegang tangannya saja langsung salah tingkah. "Ya sudah, sekarang kita lanjutkan berkemas. Kita bilang sama Bapa dan Ibu nanti sekalian pergi."Yuda sadar dia telah salah langkah, memerintah Putri dengan membentak hanya akan menambah masalah saja. Buktinya di lembutin sedikit saja langsung menurut begitu. "Ya, Mas." Sahut Putri singkat, dia segera membereskan pakaian yang tadi dilempar oleh Yuda. Kini Putri tak mempermasalahkan tentang pakaian apa yang harus dia pakai nanti, karena sejatinya istri memang harus menurut pada suami. Lagipula seorang istri itu berpenampilan menarik untuk suaminya, jika sang suami lebih suka Putri memakai dress dan rok, mau tidak mau Putri harus memakainya. Ajaib sekali bukan? Ciuman dari Yuda bagaikan sihir yang menghipnotis Putri, dari yang tadinya sedikit memberontak, kini begitu menurut.

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Menjadi Pusat Perhatian

    Jengah melihat Putri yang terlalu lama dalam berpamitan, Yuda segera mendekat. "Kami pamit dulu ya, Pak, Bu." Sela Yuda sembari mencium punggung tangan Pak Broto dan Bu Puspa secara bergantian. Sembari berpamitan, Yuda menatap Putri dengan tajam, sebagai isyarat bahwa mereka harus segera pergi. Paham dengan arti tatapan sang suami, Putri lekas bersalaman dengan para keluarga yang masih berkumpul. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir, tak lupa Putri juga minta maaf karena harus pergi disaat mereka masih disana. "Nak, Yuda. Titip Putri ya, jangan sakiti dia." Ucap Bu Puspa memberikan pesan. Entah mengapa Bu Puspa memiliki firasat buruk, tetapi sebisa mungkin dia mengenyahkan firasat tersebut. Apalagi melihat Putri yang sepertinya sangat bahagia, tentu beliau tidak ingin merusak kebahagiaan anaknya itu. "Pasti, Bu. Yuda janji akan buat Putri menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini."Putri hanya bisa menatap kosong mendengar suaminya berucap demikian, kare

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Dirundung Warga Pasar

    "Tapi sebenarnya dia begitu, karena sayang sama saya kok, Bu." Sahut Putri berusaha membela. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya membela saat suaminya direndahkan. Walaupun sebenarnya dalam hati, Putri juga tidak yakin bagaimana sikap Yuda kedepannya. Putri segera menyudahi belanjanya, karena tidak ingin mendengarkan pendapat yang lebih membuatnya drop. "Sudah, Bu. Ini semua jadi berapa?" Sambung Putri sambil menyerahkan barang belanjaannya. Sang penjual sayur geleng-geleng kepala, tersirat rasa kasihan dari sorot matanya, tapi tidak diungkapkan. Sebagai wanita yang sudah lebih dahulu menginjak dunia rumah tangga, tentu si penjual sayur sudah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan. "Lima puluh ribu, Mba." Jawab si penjual sayur setelah menghitung semua belanjaan Putri. Tak ingin bolak-balik, Putri membeli semua kebutuhan bumbu, dan berbagai jenis sayuran sekalian. Lagipula Yuda juga memintanya untuk beli stok seminggu kedepan. Putri segera menyerahkan selembar uang seratus

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pesta Kejutan

    Putri hanya bisa menelan ludah, saat permintaan tolongnya ditolak mentah-mentah oleh sang suami. Niat hati Putri minta tolong, agar mempersingkat waktu, karena belanjaannya cukup banyak. Tapi ternyata Yuda malah mengeluarkan kata-kata yang cukup menyayat hati. Tanpa banyak bicara lagi, terpaksa Putri memindahkan barang belanjaan sendiri ke bagasi. "Bisa cepat sedikit nggak sih? Masukin barang segitu saja lelet, nggak tahu aku udah ngantuk apa?" Seru Yuda sambil melirik Putri dari spion tengah. Ya Salam, tadi kalau dia mau membantu memindahkan belanjaan, pasti sudah selesai. Ini orang benar-benar bikin geregetan sekali. Putri tak menyahut, dia tetap memindahkan barang dengan santai. Tak peduli Yuda yang sudah gelisah menunggu, salah sendiri dimintai pertolongan tidak mau. Brak! Putri menutup kembali pintu bagasi dengan cukup keras, kemudian dia segera naik ke dalam mobil. "Lama!" Ketus Yuda yang kemudian langsung menancap gas, padahal Putri belum siap, hampir saja wanita yang ma

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Datangnya wanita bar-bar

    Putri menatap heran para wanita yang mengelilinginya, dia merasa seperti siswa baru yang akan dirundung oleh kakak kelasnya. "Selamat ya, aku turut berbahagia, akhirnya ada yang bisa meluluhkan hati Yuda." Celetuk seorang wanita yang mengenakan dress berwarna biru. Dia kemudian mengulurkan tangan, saat Putri menyambut uluran tangan tersebut, wanita itu langsung menarik dan cipika cipiki. Sebenarnya Putri sedikit bingung, kenapa orang-orang di apartemen tersebut seperti sangat bahagia saat mendengar Yuda menikah, dan membawa istrinya untuk tinggal di sana. "Kami pikir Yuda tidak suka perempuan loh." Sambung wanita lain yang mengenakan dress abu-abu. "Nggak taunya dia malah bawa istri secantik ini."Putri memegang pipinya yang baru saja dicubit oleh wanita tadi, dia terpaksa menyunggingkan senyum karena tidak menyangka jika perangai Yuda di apartemen terkenal cuek dan dingin terhadap wanita. Disaat mereka semua sedang bersukacita merayakan pernikahan Yuda yang tergolong mendadak, a

Latest chapter

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Suami Egois

    Mendapatkan persetujuan dari Putri, tangan Yuda langsung melanjutkan aksinya untuk melucuti pakaian wanita yang kini resmi menjadi istrinya itu. Netranya membulat kala tubuh polos Putri hanya tertutup di dua bagian kewanitaannya. Tubuh putih dan bersih semakin membangkitkan gairah kejantanannya. Terlebih dua buah sintal milik Putri terlihat begitu menyembul, meskipun masih terbungkus tempatnya. Tak pikir panjang Yuda langsung membopong Putri ala bridal style dan menjatuhkannya di ranjang. Setelah melepas semua pakaian yang dia kenakan, Yuda kemudian membuka dua kain terakhir yang masih menutupi dua bagian sensitif milik Putri. 'Aku benar-benar tidak salah pilih.' Batin Yuda sambil menyeringai, begitu melihat tubuh polos Putri di depannya."Hei, kamu kenapa merem gitu?" Tanya Yuda yang sudah menindih wanitanya itu, kini kulit mereka benar-benar bersentuhan tanpa sehelai benangpun membatasi. "A-aku takut, Mas." Sahut Putri apa adanya, dari yang dia dengar dari teman-temannya yang s

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Tugas Pertama Seorang Istri

    Mendapat bentakan dari Yuda sebenarnya sudah mulai terbiasa bagi Putri, walaupun baru sehari dia melihat sisi lain dari pria yang dicintainya itu. Tapi yang bikin dia terkejut, Yuda menunjukkan sikap tersebut setelah memperlakukan Putri layaknya ratu. Ibarat kata setelah dibuat terbang setinggi langit, tiba-tiba saja dihempaskan begitu saja. Sakit bukan? "Lebih baik sekarang kamu masak dan buatkan aku makanan! Aku capek." Titah Yuda sambil berlalu, belanjaan yang tadi dia jatuhkan pun dibiarkan saja. Ya Salam, bahkan mereka baru tiba di apartemen. Jika Yuda capek, apalagi Putri yang sedari pagi masih mengenakan kebaya. Kebaya tersebut memang pemberian dari Yuda, sehingga tidak perlu dikembalikan layaknya menyewa pada MUA. "Tadi dibawah 'kan banyak makanan, kenapa kita tidak makan dulu di sana?"Maksud Putri adalah makan bersama para tetangga apartemen, karena dalam pesta kejutan tersebut tentunya sudah disediakan berbagai jenis makanan. Yuda menghentikan langkahnya, lalu membali

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Datangnya wanita bar-bar

    Putri menatap heran para wanita yang mengelilinginya, dia merasa seperti siswa baru yang akan dirundung oleh kakak kelasnya. "Selamat ya, aku turut berbahagia, akhirnya ada yang bisa meluluhkan hati Yuda." Celetuk seorang wanita yang mengenakan dress berwarna biru. Dia kemudian mengulurkan tangan, saat Putri menyambut uluran tangan tersebut, wanita itu langsung menarik dan cipika cipiki. Sebenarnya Putri sedikit bingung, kenapa orang-orang di apartemen tersebut seperti sangat bahagia saat mendengar Yuda menikah, dan membawa istrinya untuk tinggal di sana. "Kami pikir Yuda tidak suka perempuan loh." Sambung wanita lain yang mengenakan dress abu-abu. "Nggak taunya dia malah bawa istri secantik ini."Putri memegang pipinya yang baru saja dicubit oleh wanita tadi, dia terpaksa menyunggingkan senyum karena tidak menyangka jika perangai Yuda di apartemen terkenal cuek dan dingin terhadap wanita. Disaat mereka semua sedang bersukacita merayakan pernikahan Yuda yang tergolong mendadak, a

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pesta Kejutan

    Putri hanya bisa menelan ludah, saat permintaan tolongnya ditolak mentah-mentah oleh sang suami. Niat hati Putri minta tolong, agar mempersingkat waktu, karena belanjaannya cukup banyak. Tapi ternyata Yuda malah mengeluarkan kata-kata yang cukup menyayat hati. Tanpa banyak bicara lagi, terpaksa Putri memindahkan barang belanjaan sendiri ke bagasi. "Bisa cepat sedikit nggak sih? Masukin barang segitu saja lelet, nggak tahu aku udah ngantuk apa?" Seru Yuda sambil melirik Putri dari spion tengah. Ya Salam, tadi kalau dia mau membantu memindahkan belanjaan, pasti sudah selesai. Ini orang benar-benar bikin geregetan sekali. Putri tak menyahut, dia tetap memindahkan barang dengan santai. Tak peduli Yuda yang sudah gelisah menunggu, salah sendiri dimintai pertolongan tidak mau. Brak! Putri menutup kembali pintu bagasi dengan cukup keras, kemudian dia segera naik ke dalam mobil. "Lama!" Ketus Yuda yang kemudian langsung menancap gas, padahal Putri belum siap, hampir saja wanita yang ma

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Dirundung Warga Pasar

    "Tapi sebenarnya dia begitu, karena sayang sama saya kok, Bu." Sahut Putri berusaha membela. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya membela saat suaminya direndahkan. Walaupun sebenarnya dalam hati, Putri juga tidak yakin bagaimana sikap Yuda kedepannya. Putri segera menyudahi belanjanya, karena tidak ingin mendengarkan pendapat yang lebih membuatnya drop. "Sudah, Bu. Ini semua jadi berapa?" Sambung Putri sambil menyerahkan barang belanjaannya. Sang penjual sayur geleng-geleng kepala, tersirat rasa kasihan dari sorot matanya, tapi tidak diungkapkan. Sebagai wanita yang sudah lebih dahulu menginjak dunia rumah tangga, tentu si penjual sayur sudah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan. "Lima puluh ribu, Mba." Jawab si penjual sayur setelah menghitung semua belanjaan Putri. Tak ingin bolak-balik, Putri membeli semua kebutuhan bumbu, dan berbagai jenis sayuran sekalian. Lagipula Yuda juga memintanya untuk beli stok seminggu kedepan. Putri segera menyerahkan selembar uang seratus

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Menjadi Pusat Perhatian

    Jengah melihat Putri yang terlalu lama dalam berpamitan, Yuda segera mendekat. "Kami pamit dulu ya, Pak, Bu." Sela Yuda sembari mencium punggung tangan Pak Broto dan Bu Puspa secara bergantian. Sembari berpamitan, Yuda menatap Putri dengan tajam, sebagai isyarat bahwa mereka harus segera pergi. Paham dengan arti tatapan sang suami, Putri lekas bersalaman dengan para keluarga yang masih berkumpul. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir, tak lupa Putri juga minta maaf karena harus pergi disaat mereka masih disana. "Nak, Yuda. Titip Putri ya, jangan sakiti dia." Ucap Bu Puspa memberikan pesan. Entah mengapa Bu Puspa memiliki firasat buruk, tetapi sebisa mungkin dia mengenyahkan firasat tersebut. Apalagi melihat Putri yang sepertinya sangat bahagia, tentu beliau tidak ingin merusak kebahagiaan anaknya itu. "Pasti, Bu. Yuda janji akan buat Putri menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini."Putri hanya bisa menatap kosong mendengar suaminya berucap demikian, kare

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pamit

    Putri mengangguk patuh, wajahnya merona menunjukkan bahwa dia tengah merasa malu. Bagaimana tidak? bagi wanita pemalu dan pendiam seperti dia, jangankan dicium, dipegang tangannya saja langsung salah tingkah. "Ya sudah, sekarang kita lanjutkan berkemas. Kita bilang sama Bapa dan Ibu nanti sekalian pergi."Yuda sadar dia telah salah langkah, memerintah Putri dengan membentak hanya akan menambah masalah saja. Buktinya di lembutin sedikit saja langsung menurut begitu. "Ya, Mas." Sahut Putri singkat, dia segera membereskan pakaian yang tadi dilempar oleh Yuda. Kini Putri tak mempermasalahkan tentang pakaian apa yang harus dia pakai nanti, karena sejatinya istri memang harus menurut pada suami. Lagipula seorang istri itu berpenampilan menarik untuk suaminya, jika sang suami lebih suka Putri memakai dress dan rok, mau tidak mau Putri harus memakainya. Ajaib sekali bukan? Ciuman dari Yuda bagaikan sihir yang menghipnotis Putri, dari yang tadinya sedikit memberontak, kini begitu menurut.

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Sikap Yuda Berubah-ubah

    Srak! Bruk! Yuda menarik koper yang bertengger diatas lemari dengan kasar, kemudian melemparkannya tepat di sebelah meja rias. Putri yang sedang melepas riasannya di depan cermin, sontak menoleh kaget."Cepat kemasi pakaian dan barang-barang kamu seperlunya saja!" Titah Yuda dengan sangat tegas. Bahkan raut wajah Yuda terlihat dingin, tidak hangat seperti tadi siang, saat dia belum mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. Ya, Yuda dan Putri baru saja resmi menjadi pasangan suami istri, sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini mereka tengah berada di kamar Putri, kamar pengantin yang tidak di hias seperti pada umumnya, karena mereka hanya menggelar pernikahan yang sederhana. Tidak ada resepsi, hanya ada akad dan disaksikan oleh beberapa orang dari kedua belah pihak. Meskipun demikian, Putri tetap bahagia dengan pernikahannya yang sederhana ini. Sejak dulu dia memang tidak pernah mengidamkan pernikahan yang mewah, seperti kebanyakan para wanita. Bagi Putri, yang penting dah dimata

DMCA.com Protection Status