Share

Dirundung Warga Pasar

Penulis: tri hidayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tapi sebenarnya dia begitu, karena sayang sama saya kok, Bu." Sahut Putri berusaha membela. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya membela saat suaminya direndahkan. 

Walaupun sebenarnya dalam hati, Putri juga tidak yakin bagaimana sikap Yuda kedepannya. Putri segera menyudahi belanjanya, karena tidak ingin mendengarkan pendapat yang lebih membuatnya drop. 

"Sudah, Bu. Ini semua jadi berapa?" Sambung Putri sambil menyerahkan barang belanjaannya. 

Sang penjual sayur geleng-geleng kepala, tersirat rasa kasihan dari sorot matanya, tapi tidak diungkapkan. Sebagai wanita yang sudah lebih dahulu menginjak dunia rumah tangga, tentu si penjual sayur sudah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan. 

"Lima puluh ribu, Mba." Jawab si penjual sayur setelah menghitung semua belanjaan Putri. Tak ingin bolak-balik, Putri membeli semua kebutuhan bumbu, dan berbagai jenis sayuran sekalian. Lagipula Yuda juga memintanya untuk beli stok seminggu kedepan. 

Putri segera menyerahkan selembar uang seratus ribuan, setelah mendapatkan kembalian, belanjaan juga sudah ada ditangannya, Putri segera pergi. "Terima kasih banyak, Bu."

"Semoga rumah tangganya baik-baik saja nantinya." Ucap sang penjual sayur menatap punggung Putri hingga tidak terlihat lagi. 

Sepanjang jalan Putri terngiang-ngiang terus ucapan si penjual sayur tadi. "Ah, Mas Yuda orangnya baik, Kok." Putri bermonolog, mengenyahkan pikiran negatif yang mulai berkeliaran dibenaknya. 

Agar tidak teringat dengan ucapan si penjual sayur, Putri melanjutkan belanjanya ke pedagang ayam dan ikan. Tapi di sana Putri lebih mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan hati. 

Jika si penjual sayur tadi berani menegur, penjual ayam dan ikan hanya melihat Putri dengan tatapan yang sulit diartikan. Tentu saja Putri jauh lebih kepikiran, entah mereka heran dengan penampilannya yang masih menggunakan pakaian pengantin lengkap, atau apa Putri tidak tahu. 

Putri beralih ke pedagang kelontong, dia membeli beras, minyak, tepung, kecap dan perlengkapan cuci serta mandi juga. Cukup banyak yang dibeli Putri, hingga dia kesulitan dalam membawa. 

"Suaminya mana, Neng? Masih pakai baju pengantin gitu, kok belanja dibiarkan sendiri. Seharusnya kan ditemani, pengantin baru mestinya lagi manis-manisnya."

Deg! 

Ucapan pedagang kelontong seakan menghujam jantung Putri, dia selalu menepis tentang keburukan Yuda. Tapi kenyataan selalu saja menunjukkan tentang keburukan itu. 

Putri menyunggingkan senyum, "Dia sedang kurang enak badan, Mang. Jadi menunggu di mobil." Sahutnya beralibi. 

"Waduh, kalian baru saja menikah?" Melihat Putri yang menganggukan kepala, membuat si penjual kelontong tergelak. 

Hahahaha! 

"Kalau hari ini tidak enak badan, ngalamat gagal malam pertama. Hahaha!"

Seketika wajah Putri yang sudah sedikit merona karena efek blush-on, semakin merona karena merasa malu. 

Bagaimana tidak? Dia yang baru saja sah menjadi istri orang, sudah diledek masalah malam pertama, tentu saja malu. 

"Ah, si Mamang bisa aja. Kalau begitu saya permisi dulu, terima kasih." Pungkas Putri setelah menyelesaikan transaksi. 

Karena barang bawaan yang cukup banyak, Putri sampai kebingungan bagaimana membawanya. Jika harus memanggil Yuda dulu, pasti akan bolak-balik dan memakan waktu. 

Melihat seorang kuli panggul yang sedang duduk dengan lesu, hati Putri mendadak terketuk. Sepertinya kuli tersebut belum mendapatkan pendapatan, sehingga tidak bersemangat. 

Putri bisa menebak bahwa orang tersebut adalah kuli panggul, karena sebelumnya dia melihat pria berkaos lusuh tadi menawarkan jasa pada orang yang membawa banyak belanjaan. 

Hanya saja orang yang ditawari tadi menolak, dia lebih baik kesusahan membawa belanjaan banyak dan cukup berat, dibandingkan membagi rezekinya sedikit kepada orang lain. 

Kadang hal semacam itu membuat kita geleng-geleng kepala. "Pak, boleh minta tolong?" Seru Putri sembari mengangkat salah satu belanjaannya. 

Sontak raut wajah pria tersebut terlihat sumringah, dia mendekat kepada Putri dengan semangat. "Mana yang mau dibawakan, Mba?"

Putri pun menunjukkan beberapa kantong belanjaan yang masih tergeletak di depan kios.

"Yang itu nggak, Mba?" Si tukang panggul menunjuk kantong yang berada di tangan Putri, padahal di sendiri sudah cukup kesusahan. 

"Ini biar saya saja yang membawa." Tolak Putri secara halus. "Mari, Pak, ikuti saya." Imbuhnya seraya memimpin langkah. 

Sang tukang panggul mengangguk patuh dan segera berjalan dibelakang Putri. Selama perjalanan menuju parkiran, mereka sedikit berbincang. 

Obrolan mereka pun tak jauh dari si tukang panggul yang penasaran, kenapa Putri belanja ke pasar mengenakan pakaian pengantin. 

Setelah dijelaskan, dia baru ber-oh-ria dan tidak banyak tanya lagi. Putri hanya geleng-geleng kepala melihat orang-orang yang terlalu ikut campur urusannya. 

Mereka hanya penasaran, bukan memberikan nasehat, solusi, atau apa. Intinya ya hanya ingin menjadikan Putri bahan ghibah mereka. 

Putri segera membuka bagasi mobil, tapi ternyata dikunci. Dia berjalan ke bagian kemudian, berharap menemukan suami sedang duduk disana, tapi ternyata tidak. 

"Taruh sini saja dulu nggak papa deh, Pak. Suami saya sedang pergi kayaknya." Ucap Putri sambil menunjukkan ruang di sebelah mobil. 

Lagi-lagi si tukang panggul mengangguk patuh, dia pun segera menurunkan semua belanjaan. "Ini ya, Pak. Terima kasih banyak." Lanjut Putri sambil memberikan selembar uang berwarna biru. 

"Ini kebanyakan, Mba."

"Nggak papa, kembaliannya ambil saja." Sahut Putri sambil mengibaskan tangan. 

"Wah, terima kasih banyak, Mba." Si tukang panggul membungkukkan badan. "Saya permisi dulu." Imbuhnya sambil berlalu. 

Prok! Prok! Prok! 

Putri tersentak saat mendengar suara tepuk tangan dari arah belakang, dia pun perlahan membalikkan badan. 

"Mas Yuda?" Ucapnya sedikit terkejut saat melihat suaminya lah yang tengah bertepuk tangan. "Kamu dari mana aja sih? Aku cariin malah nggak ada, belanjaan jadi ditaruh bawah dulu ini."

"Aku mau kemana aja itu bukan urusan kamu!" Sahut Yuda dengan nada rendah tapi sinis. Dia berjalan mendekati Putri dan berbisik. "Jadi kamu minta uang belanja lebih untuk dihamburkan begitu?"

Dahi Putri mengernyit, "Dihamburkan? Aku habis belanja, Mas. Bukannya kamu sendiri yang suruh aku belanja untuk stokol satu minggu ke depan?"

"Kalau suami sedang berbicara itu dengerin! Jangan main sambar!"

Lagi-lagi Putri terkejut, Yuda menyalahkan Putri karena sudah menggunakan jasa kuli panggul terlebih Putri membayarnya melebihi batas tarif normal. 

"Aku kerja itu bukan untuk kamu hamburkan uang seperti itu!"

Seketika Putri menunduk takut, saat masih masa tunangan dulu, Yuda yang mengajarkan untuk sering berbagi terhadap sesama. Itu sebabnya sekarang Putri melakukan itu, dia pikir Yuda bakalan senang, tapi ternyata tidak. 

Jadi, dulu hanya trik Yuda untuk mengambil hati dan simpati Putri? Jadi Putri telah jatuh cinta pada perangai Yuda yang palsu? 

Ya Salam, ternyata benar apa kata orang. Keburukan seseorang akan terlihat setelah mereka menjadi suami istri. Masa-masa pacaran dan tunangan adalah masa jaim dan saling memberikan perangai baik. 

Tapi, Putri tidak menyangka jika Yuda aslinya seburuk itu. "Mas, tolong bantu pindahkan belanjannya." Pinta Putri setelah mendapatkan ceramah pendek. 

"Kamu masih punya tangan 'kan?"

**** 

Bab terkait

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pesta Kejutan

    Putri hanya bisa menelan ludah, saat permintaan tolongnya ditolak mentah-mentah oleh sang suami. Niat hati Putri minta tolong, agar mempersingkat waktu, karena belanjaannya cukup banyak. Tapi ternyata Yuda malah mengeluarkan kata-kata yang cukup menyayat hati. Tanpa banyak bicara lagi, terpaksa Putri memindahkan barang belanjaan sendiri ke bagasi. "Bisa cepat sedikit nggak sih? Masukin barang segitu saja lelet, nggak tahu aku udah ngantuk apa?" Seru Yuda sambil melirik Putri dari spion tengah. Ya Salam, tadi kalau dia mau membantu memindahkan belanjaan, pasti sudah selesai. Ini orang benar-benar bikin geregetan sekali. Putri tak menyahut, dia tetap memindahkan barang dengan santai. Tak peduli Yuda yang sudah gelisah menunggu, salah sendiri dimintai pertolongan tidak mau. Brak! Putri menutup kembali pintu bagasi dengan cukup keras, kemudian dia segera naik ke dalam mobil. "Lama!" Ketus Yuda yang kemudian langsung menancap gas, padahal Putri belum siap, hampir saja wanita yang ma

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Datangnya wanita bar-bar

    Putri menatap heran para wanita yang mengelilinginya, dia merasa seperti siswa baru yang akan dirundung oleh kakak kelasnya. "Selamat ya, aku turut berbahagia, akhirnya ada yang bisa meluluhkan hati Yuda." Celetuk seorang wanita yang mengenakan dress berwarna biru. Dia kemudian mengulurkan tangan, saat Putri menyambut uluran tangan tersebut, wanita itu langsung menarik dan cipika cipiki. Sebenarnya Putri sedikit bingung, kenapa orang-orang di apartemen tersebut seperti sangat bahagia saat mendengar Yuda menikah, dan membawa istrinya untuk tinggal di sana. "Kami pikir Yuda tidak suka perempuan loh." Sambung wanita lain yang mengenakan dress abu-abu. "Nggak taunya dia malah bawa istri secantik ini."Putri memegang pipinya yang baru saja dicubit oleh wanita tadi, dia terpaksa menyunggingkan senyum karena tidak menyangka jika perangai Yuda di apartemen terkenal cuek dan dingin terhadap wanita. Disaat mereka semua sedang bersukacita merayakan pernikahan Yuda yang tergolong mendadak, a

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Tugas Pertama Seorang Istri

    Mendapat bentakan dari Yuda sebenarnya sudah mulai terbiasa bagi Putri, walaupun baru sehari dia melihat sisi lain dari pria yang dicintainya itu. Tapi yang bikin dia terkejut, Yuda menunjukkan sikap tersebut setelah memperlakukan Putri layaknya ratu. Ibarat kata setelah dibuat terbang setinggi langit, tiba-tiba saja dihempaskan begitu saja. Sakit bukan? "Lebih baik sekarang kamu masak dan buatkan aku makanan! Aku capek." Titah Yuda sambil berlalu, belanjaan yang tadi dia jatuhkan pun dibiarkan saja. Ya Salam, bahkan mereka baru tiba di apartemen. Jika Yuda capek, apalagi Putri yang sedari pagi masih mengenakan kebaya. Kebaya tersebut memang pemberian dari Yuda, sehingga tidak perlu dikembalikan layaknya menyewa pada MUA. "Tadi dibawah 'kan banyak makanan, kenapa kita tidak makan dulu di sana?"Maksud Putri adalah makan bersama para tetangga apartemen, karena dalam pesta kejutan tersebut tentunya sudah disediakan berbagai jenis makanan. Yuda menghentikan langkahnya, lalu membali

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Suami Egois

    Mendapatkan persetujuan dari Putri, tangan Yuda langsung melanjutkan aksinya untuk melucuti pakaian wanita yang kini resmi menjadi istrinya itu. Netranya membulat kala tubuh polos Putri hanya tertutup di dua bagian kewanitaannya. Tubuh putih dan bersih semakin membangkitkan gairah kejantanannya. Terlebih dua buah sintal milik Putri terlihat begitu menyembul, meskipun masih terbungkus tempatnya. Tak pikir panjang Yuda langsung membopong Putri ala bridal style dan menjatuhkannya di ranjang. Setelah melepas semua pakaian yang dia kenakan, Yuda kemudian membuka dua kain terakhir yang masih menutupi dua bagian sensitif milik Putri. 'Aku benar-benar tidak salah pilih.' Batin Yuda sambil menyeringai, begitu melihat tubuh polos Putri di depannya."Hei, kamu kenapa merem gitu?" Tanya Yuda yang sudah menindih wanitanya itu, kini kulit mereka benar-benar bersentuhan tanpa sehelai benangpun membatasi. "A-aku takut, Mas." Sahut Putri apa adanya, dari yang dia dengar dari teman-temannya yang s

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Sikap Yuda Berubah-ubah

    Srak! Bruk! Yuda menarik koper yang bertengger diatas lemari dengan kasar, kemudian melemparkannya tepat di sebelah meja rias. Putri yang sedang melepas riasannya di depan cermin, sontak menoleh kaget."Cepat kemasi pakaian dan barang-barang kamu seperlunya saja!" Titah Yuda dengan sangat tegas. Bahkan raut wajah Yuda terlihat dingin, tidak hangat seperti tadi siang, saat dia belum mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. Ya, Yuda dan Putri baru saja resmi menjadi pasangan suami istri, sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini mereka tengah berada di kamar Putri, kamar pengantin yang tidak di hias seperti pada umumnya, karena mereka hanya menggelar pernikahan yang sederhana. Tidak ada resepsi, hanya ada akad dan disaksikan oleh beberapa orang dari kedua belah pihak. Meskipun demikian, Putri tetap bahagia dengan pernikahannya yang sederhana ini. Sejak dulu dia memang tidak pernah mengidamkan pernikahan yang mewah, seperti kebanyakan para wanita. Bagi Putri, yang penting dah dimata

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pamit

    Putri mengangguk patuh, wajahnya merona menunjukkan bahwa dia tengah merasa malu. Bagaimana tidak? bagi wanita pemalu dan pendiam seperti dia, jangankan dicium, dipegang tangannya saja langsung salah tingkah. "Ya sudah, sekarang kita lanjutkan berkemas. Kita bilang sama Bapa dan Ibu nanti sekalian pergi."Yuda sadar dia telah salah langkah, memerintah Putri dengan membentak hanya akan menambah masalah saja. Buktinya di lembutin sedikit saja langsung menurut begitu. "Ya, Mas." Sahut Putri singkat, dia segera membereskan pakaian yang tadi dilempar oleh Yuda. Kini Putri tak mempermasalahkan tentang pakaian apa yang harus dia pakai nanti, karena sejatinya istri memang harus menurut pada suami. Lagipula seorang istri itu berpenampilan menarik untuk suaminya, jika sang suami lebih suka Putri memakai dress dan rok, mau tidak mau Putri harus memakainya. Ajaib sekali bukan? Ciuman dari Yuda bagaikan sihir yang menghipnotis Putri, dari yang tadinya sedikit memberontak, kini begitu menurut.

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Menjadi Pusat Perhatian

    Jengah melihat Putri yang terlalu lama dalam berpamitan, Yuda segera mendekat. "Kami pamit dulu ya, Pak, Bu." Sela Yuda sembari mencium punggung tangan Pak Broto dan Bu Puspa secara bergantian. Sembari berpamitan, Yuda menatap Putri dengan tajam, sebagai isyarat bahwa mereka harus segera pergi. Paham dengan arti tatapan sang suami, Putri lekas bersalaman dengan para keluarga yang masih berkumpul. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir, tak lupa Putri juga minta maaf karena harus pergi disaat mereka masih disana. "Nak, Yuda. Titip Putri ya, jangan sakiti dia." Ucap Bu Puspa memberikan pesan. Entah mengapa Bu Puspa memiliki firasat buruk, tetapi sebisa mungkin dia mengenyahkan firasat tersebut. Apalagi melihat Putri yang sepertinya sangat bahagia, tentu beliau tidak ingin merusak kebahagiaan anaknya itu. "Pasti, Bu. Yuda janji akan buat Putri menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini."Putri hanya bisa menatap kosong mendengar suaminya berucap demikian, kare

Bab terbaru

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Suami Egois

    Mendapatkan persetujuan dari Putri, tangan Yuda langsung melanjutkan aksinya untuk melucuti pakaian wanita yang kini resmi menjadi istrinya itu. Netranya membulat kala tubuh polos Putri hanya tertutup di dua bagian kewanitaannya. Tubuh putih dan bersih semakin membangkitkan gairah kejantanannya. Terlebih dua buah sintal milik Putri terlihat begitu menyembul, meskipun masih terbungkus tempatnya. Tak pikir panjang Yuda langsung membopong Putri ala bridal style dan menjatuhkannya di ranjang. Setelah melepas semua pakaian yang dia kenakan, Yuda kemudian membuka dua kain terakhir yang masih menutupi dua bagian sensitif milik Putri. 'Aku benar-benar tidak salah pilih.' Batin Yuda sambil menyeringai, begitu melihat tubuh polos Putri di depannya."Hei, kamu kenapa merem gitu?" Tanya Yuda yang sudah menindih wanitanya itu, kini kulit mereka benar-benar bersentuhan tanpa sehelai benangpun membatasi. "A-aku takut, Mas." Sahut Putri apa adanya, dari yang dia dengar dari teman-temannya yang s

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Tugas Pertama Seorang Istri

    Mendapat bentakan dari Yuda sebenarnya sudah mulai terbiasa bagi Putri, walaupun baru sehari dia melihat sisi lain dari pria yang dicintainya itu. Tapi yang bikin dia terkejut, Yuda menunjukkan sikap tersebut setelah memperlakukan Putri layaknya ratu. Ibarat kata setelah dibuat terbang setinggi langit, tiba-tiba saja dihempaskan begitu saja. Sakit bukan? "Lebih baik sekarang kamu masak dan buatkan aku makanan! Aku capek." Titah Yuda sambil berlalu, belanjaan yang tadi dia jatuhkan pun dibiarkan saja. Ya Salam, bahkan mereka baru tiba di apartemen. Jika Yuda capek, apalagi Putri yang sedari pagi masih mengenakan kebaya. Kebaya tersebut memang pemberian dari Yuda, sehingga tidak perlu dikembalikan layaknya menyewa pada MUA. "Tadi dibawah 'kan banyak makanan, kenapa kita tidak makan dulu di sana?"Maksud Putri adalah makan bersama para tetangga apartemen, karena dalam pesta kejutan tersebut tentunya sudah disediakan berbagai jenis makanan. Yuda menghentikan langkahnya, lalu membali

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Datangnya wanita bar-bar

    Putri menatap heran para wanita yang mengelilinginya, dia merasa seperti siswa baru yang akan dirundung oleh kakak kelasnya. "Selamat ya, aku turut berbahagia, akhirnya ada yang bisa meluluhkan hati Yuda." Celetuk seorang wanita yang mengenakan dress berwarna biru. Dia kemudian mengulurkan tangan, saat Putri menyambut uluran tangan tersebut, wanita itu langsung menarik dan cipika cipiki. Sebenarnya Putri sedikit bingung, kenapa orang-orang di apartemen tersebut seperti sangat bahagia saat mendengar Yuda menikah, dan membawa istrinya untuk tinggal di sana. "Kami pikir Yuda tidak suka perempuan loh." Sambung wanita lain yang mengenakan dress abu-abu. "Nggak taunya dia malah bawa istri secantik ini."Putri memegang pipinya yang baru saja dicubit oleh wanita tadi, dia terpaksa menyunggingkan senyum karena tidak menyangka jika perangai Yuda di apartemen terkenal cuek dan dingin terhadap wanita. Disaat mereka semua sedang bersukacita merayakan pernikahan Yuda yang tergolong mendadak, a

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pesta Kejutan

    Putri hanya bisa menelan ludah, saat permintaan tolongnya ditolak mentah-mentah oleh sang suami. Niat hati Putri minta tolong, agar mempersingkat waktu, karena belanjaannya cukup banyak. Tapi ternyata Yuda malah mengeluarkan kata-kata yang cukup menyayat hati. Tanpa banyak bicara lagi, terpaksa Putri memindahkan barang belanjaan sendiri ke bagasi. "Bisa cepat sedikit nggak sih? Masukin barang segitu saja lelet, nggak tahu aku udah ngantuk apa?" Seru Yuda sambil melirik Putri dari spion tengah. Ya Salam, tadi kalau dia mau membantu memindahkan belanjaan, pasti sudah selesai. Ini orang benar-benar bikin geregetan sekali. Putri tak menyahut, dia tetap memindahkan barang dengan santai. Tak peduli Yuda yang sudah gelisah menunggu, salah sendiri dimintai pertolongan tidak mau. Brak! Putri menutup kembali pintu bagasi dengan cukup keras, kemudian dia segera naik ke dalam mobil. "Lama!" Ketus Yuda yang kemudian langsung menancap gas, padahal Putri belum siap, hampir saja wanita yang ma

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Dirundung Warga Pasar

    "Tapi sebenarnya dia begitu, karena sayang sama saya kok, Bu." Sahut Putri berusaha membela. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya membela saat suaminya direndahkan. Walaupun sebenarnya dalam hati, Putri juga tidak yakin bagaimana sikap Yuda kedepannya. Putri segera menyudahi belanjanya, karena tidak ingin mendengarkan pendapat yang lebih membuatnya drop. "Sudah, Bu. Ini semua jadi berapa?" Sambung Putri sambil menyerahkan barang belanjaannya. Sang penjual sayur geleng-geleng kepala, tersirat rasa kasihan dari sorot matanya, tapi tidak diungkapkan. Sebagai wanita yang sudah lebih dahulu menginjak dunia rumah tangga, tentu si penjual sayur sudah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan. "Lima puluh ribu, Mba." Jawab si penjual sayur setelah menghitung semua belanjaan Putri. Tak ingin bolak-balik, Putri membeli semua kebutuhan bumbu, dan berbagai jenis sayuran sekalian. Lagipula Yuda juga memintanya untuk beli stok seminggu kedepan. Putri segera menyerahkan selembar uang seratus

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Menjadi Pusat Perhatian

    Jengah melihat Putri yang terlalu lama dalam berpamitan, Yuda segera mendekat. "Kami pamit dulu ya, Pak, Bu." Sela Yuda sembari mencium punggung tangan Pak Broto dan Bu Puspa secara bergantian. Sembari berpamitan, Yuda menatap Putri dengan tajam, sebagai isyarat bahwa mereka harus segera pergi. Paham dengan arti tatapan sang suami, Putri lekas bersalaman dengan para keluarga yang masih berkumpul. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir, tak lupa Putri juga minta maaf karena harus pergi disaat mereka masih disana. "Nak, Yuda. Titip Putri ya, jangan sakiti dia." Ucap Bu Puspa memberikan pesan. Entah mengapa Bu Puspa memiliki firasat buruk, tetapi sebisa mungkin dia mengenyahkan firasat tersebut. Apalagi melihat Putri yang sepertinya sangat bahagia, tentu beliau tidak ingin merusak kebahagiaan anaknya itu. "Pasti, Bu. Yuda janji akan buat Putri menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini."Putri hanya bisa menatap kosong mendengar suaminya berucap demikian, kare

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pamit

    Putri mengangguk patuh, wajahnya merona menunjukkan bahwa dia tengah merasa malu. Bagaimana tidak? bagi wanita pemalu dan pendiam seperti dia, jangankan dicium, dipegang tangannya saja langsung salah tingkah. "Ya sudah, sekarang kita lanjutkan berkemas. Kita bilang sama Bapa dan Ibu nanti sekalian pergi."Yuda sadar dia telah salah langkah, memerintah Putri dengan membentak hanya akan menambah masalah saja. Buktinya di lembutin sedikit saja langsung menurut begitu. "Ya, Mas." Sahut Putri singkat, dia segera membereskan pakaian yang tadi dilempar oleh Yuda. Kini Putri tak mempermasalahkan tentang pakaian apa yang harus dia pakai nanti, karena sejatinya istri memang harus menurut pada suami. Lagipula seorang istri itu berpenampilan menarik untuk suaminya, jika sang suami lebih suka Putri memakai dress dan rok, mau tidak mau Putri harus memakainya. Ajaib sekali bukan? Ciuman dari Yuda bagaikan sihir yang menghipnotis Putri, dari yang tadinya sedikit memberontak, kini begitu menurut.

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Sikap Yuda Berubah-ubah

    Srak! Bruk! Yuda menarik koper yang bertengger diatas lemari dengan kasar, kemudian melemparkannya tepat di sebelah meja rias. Putri yang sedang melepas riasannya di depan cermin, sontak menoleh kaget."Cepat kemasi pakaian dan barang-barang kamu seperlunya saja!" Titah Yuda dengan sangat tegas. Bahkan raut wajah Yuda terlihat dingin, tidak hangat seperti tadi siang, saat dia belum mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. Ya, Yuda dan Putri baru saja resmi menjadi pasangan suami istri, sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini mereka tengah berada di kamar Putri, kamar pengantin yang tidak di hias seperti pada umumnya, karena mereka hanya menggelar pernikahan yang sederhana. Tidak ada resepsi, hanya ada akad dan disaksikan oleh beberapa orang dari kedua belah pihak. Meskipun demikian, Putri tetap bahagia dengan pernikahannya yang sederhana ini. Sejak dulu dia memang tidak pernah mengidamkan pernikahan yang mewah, seperti kebanyakan para wanita. Bagi Putri, yang penting dah dimata

DMCA.com Protection Status