Beranda / Pernikahan / Dia (Bukan) Suami Idaman / Datangnya wanita bar-bar

Share

Datangnya wanita bar-bar

Penulis: tri hidayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Putri menatap heran para wanita yang mengelilinginya, dia merasa seperti siswa baru yang akan dirundung oleh kakak kelasnya.

"Selamat ya, aku turut berbahagia, akhirnya ada yang bisa meluluhkan hati Yuda." Celetuk seorang wanita yang mengenakan dress berwarna biru.

Dia kemudian mengulurkan tangan, saat Putri menyambut uluran tangan tersebut, wanita itu langsung menarik dan cipika cipiki.

Sebenarnya Putri sedikit bingung, kenapa orang-orang di apartemen tersebut seperti sangat bahagia saat mendengar Yuda menikah, dan membawa istrinya untuk tinggal di sana.

"Kami pikir Yuda tidak suka perempuan loh." Sambung wanita lain yang mengenakan dress abu-abu. "Nggak taunya dia malah bawa istri secantik ini."

Putri memegang pipinya yang baru saja dicubit oleh wanita tadi, dia terpaksa menyunggingkan senyum karena tidak menyangka jika perangai Yuda di apartemen terkenal cuek dan dingin terhadap wanita.

Disaat mereka semua sedang bersukacita merayakan pernikahan Yuda yang tergolong mendadak, ada wanita yang baru saja datang.

Dia mengernyit heran kenapa di lobi begitu ramai, dia pun semakin mendekat. Saat melihat ke arah tembok dan membaca tulisan "Happy Wedding Yuda and wife", netranya terbelalak.

Hatinya seperti tercubit, dia pun mengedarkan pandangan dan mencari sosok pria yang namanya tertulis di tembok. Saat menemukan, wanita itu langsung melangkah dengan cepat mendekati pria tersebut.

"Yuda! Apa-apa ini?" Sontak semua menoleh ke arah sumber suara yang begitu keras, begitu juga dengan Putri yang kebetulan sedang berjauhan dengan Yuda.

"Sinta? Apa-apaan gimana maksudnya?" Yuda bingung terhadap tetangganya itu, kenapa tiba-tiba datang dan marah.

Wanita yang dipanggil dengan nama Sinta itu mencebik, "Jadi kamu anggap apa aku selama ini? Aku yang sering masakin buat kamu, sering membantu kamu disaat butuh pertolongan. Ta-tapi sekarang kamu malah menikah dengan wanita lain?"

Semua penghuni apartemen saling berpandangan, mereka tidak tahu jika selama ini Sinta begitu peduli dengan Yuda. Mereka pikir tidak ada wanita yang tertarik dengan pria cuek itu.

Yuda pun menggaruk tengkuk lehernya. Dia tidak menyangka jika Sinta pamrih terhadap semua yang telah dilakukan. "Aku tidak pernah meminta bantuan kepadamu, kamulah yang menawarkan diri. Sudah ku tolak, tetap saja ngoyo."

Seketika wajah Sinta merah padam, rasa malu marah, dan kecewa bercampur jadi satu. Dia mengedakan pandangan dan berhenti pada wanita yang sedang dikerumuni oleh para wanita penghuni apartemen.

Sinta mendekati wanita yang masih mengenakan pakaian pengantin itu, "Heh! jadi kamu yang sudah berani merebut Yuda dariku?" Serunya seraya menarik rambut Putri yang masih di sanggul.

Sanggul tersebut rambut aslinya Putri, jadi ketika ditarik akan terasa begitu sakit. "Aw!" Pekik Putri mengaduh kesakitan.

"Sinta sudah lepaskan dia. Kamu itu harus bisa menerima kenyataan." Sela para wanita yang masih mengelilingi mereka, ada yang memegangi Putri ada juga yang memegangi Sinta.

Mendadak pesta tersebut kacau, Putri seperti pelakor yang sedang dilabrak oleh istri sahnya Yuda. Padahal jelas-jelas Sinta bukanlah siapa-siapa.

Dia hanya wanita yang diam-diam menyimpan rasa pada Yuda, tapi tidak berani mengungkapkannya. Hingga saat tau Yuda menikah, dia seperti kebakaran jenggot.

Yuda segera berlari melerai, dia menarik Sinta sekuat mungkin hingga wanita itu jatuh tersungkur. "Sinta cukup! Aku tekankan sama kamu, aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya mencintai Putri istri sahku."

Dada wanita yang menggunakan hot pan levis itu naik turun tidak beraturan. Dia benar-benar merasa dipermalukan oleh Yuda dan semua penghuni apartemen itu.

Meskipun demikian Sinta masih berusaha untuk bangkit dan tegar. "Awas kamu!" Ancam Sinta seraya menjentikkan telunjuknya kepada Putri.

Putri hanya menunduk dan bersembunyi dibelakang Yuda. Orang-orang disana mulai berkomentar, sebagian besar mereka menganggap Sinta tidak waras.

"Mr.Ben dan semuanya, saya minta maaf atas semua kekacauan ini." Ucap Yuda merasa tidak enak hati.

"Tidak apa-apa, saya paham. Kami juga tidak menyangka jika selama ini Sinta memendam perasaan terhadap anda, karena yang saya tahu para wanita malah takut."

Yuda mencebik, orang-orang yang sudah mengenal Yuda lebih jauh, tidak akan takut. Justru yang ada akan jatuh cinta dan tergila-gila seperti Putri dan Sinta.

Tapi sayangnya Yuda lebih tertarik dengan Putri, jika dibantu dengan Sinta, Putri jauh lebih cantik dan seksi. Jadi Yuda tidak akan malu jika membawa Putri untuk acara-acara kantor nantinya.

"Kalau begitu saya permisi naik dulu, istri saya sepertinya sedikit terkejut dengan kejadian ini."

"Ya, benar sekali. Silahkan."

"Mohon maaf karena tidak bisa menyelesaikan acara ini."

"Tidak masalah, kami memang sengaja membuat pesta kejutan. Karena sudah berhasil, tya sudah selesai."

Yuda tersenyum dan menganggukan kepala. Dia pun pamit untuk meninggalkan pesta. Putri memaksakan seulas senyum dan terus berpegangan pada lengan suaminya.

"Tunggu!"

Langkah Yuda dan Putri terhenti saat ada yang menahannya. "Kita bisa foto bersama dulu sebentar? Untuk kenang-kenangan."

Rupanya itu Mr. Ben. Sebenarnya yang meminta untuk foto bersama adalah kaum wanita, tapi jika mereka yang bilang pasti Yuda langsung menolaknya.

Pria beralis tebal itu menoleh sejenak sang istri, dia meminta persetujuan wanita cantik yang tengah bergelayut padanya.

Karena sudah merasa direpotkan telah disiapkan pesta kejutan seperti ini, Putri pun mengangguk setuju.

"Yeay!" Semua wanita bersorak gembira. Kini mereka berkumpul di depan dinding yang ada ucapan selamat.

Setelah beberapa pose, akhirnya Yuda dan Putri benar-benar pamit untuk kembali ke unitnya. Sebelum masuk, mereka mampir ke bagian penitipan barang terlebih dahulu, mengambil belanjaan yang sebelumnya dibawa ke tempat tersebut.

"Selamat datang di rumah kita," Ucap Yuda seraya membuka pintu apartemen. Sejenak rasa takut Putri akibat sikap Sinta yang bar-bar tadi menghilang.

Dia mengedarkan pandangan, khawatir Sinta tiba-tiba datang lagi. "Sinta tinggal di unit yang mana?" Tanya Putri masih celingukan.

Yuda menghela nafas, "Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Yang penting kamu sekarang aman, dia tidak mungkin berani datang kesini lagi."

Putri memicingkan mata, "Kamu sedang tidak menyembunyikan sesuatu darimu 'kan, Mas?"

"Ya ampun, Sayang. Aku tidak ada hubungan apapun sama Sinta. Dianya aja yang kegatelan, kalau kamu masih penasaran dimana Sinta tinggal, tuh di unit sebelah."

Yuda mendorong Putri agar segera masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Sementara Putri masih mematung di tempat, berbagai prasangka berkeliaran dibenaknya.

"Jadi Sinta sering datang kesini?"

"Iya, tapi bukan aku yang minta, udah kenapa si? Kamu cemburu?"

Putri mencebik mendengar pertanyaan tersebut, wanita mana yang tidak cemburu, mendengar suaminya sering didatangi wanita lain. Meskipun saat itu Yuda belum resmi menjadi suaminya.

"Wajar dong, Mas. Aku ini istri kamu, aku berhak cemburu."

"Putri cukup!" Bentak Yuda sambil menjatuhkan belanjaannya di lantai.

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pury alliens
Sinta bikin ribut aja, kasihan selama ini dia cuma jaga jodoh orang, lagian ngapain pakai acara ribut jadi malu sendiri kan, si Yuda emang segitu cueknya ya jadi penasaran bagaimana hubungan Yuda dan putri selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Tugas Pertama Seorang Istri

    Mendapat bentakan dari Yuda sebenarnya sudah mulai terbiasa bagi Putri, walaupun baru sehari dia melihat sisi lain dari pria yang dicintainya itu. Tapi yang bikin dia terkejut, Yuda menunjukkan sikap tersebut setelah memperlakukan Putri layaknya ratu. Ibarat kata setelah dibuat terbang setinggi langit, tiba-tiba saja dihempaskan begitu saja. Sakit bukan? "Lebih baik sekarang kamu masak dan buatkan aku makanan! Aku capek." Titah Yuda sambil berlalu, belanjaan yang tadi dia jatuhkan pun dibiarkan saja. Ya Salam, bahkan mereka baru tiba di apartemen. Jika Yuda capek, apalagi Putri yang sedari pagi masih mengenakan kebaya. Kebaya tersebut memang pemberian dari Yuda, sehingga tidak perlu dikembalikan layaknya menyewa pada MUA. "Tadi dibawah 'kan banyak makanan, kenapa kita tidak makan dulu di sana?"Maksud Putri adalah makan bersama para tetangga apartemen, karena dalam pesta kejutan tersebut tentunya sudah disediakan berbagai jenis makanan. Yuda menghentikan langkahnya, lalu membali

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Suami Egois

    Mendapatkan persetujuan dari Putri, tangan Yuda langsung melanjutkan aksinya untuk melucuti pakaian wanita yang kini resmi menjadi istrinya itu. Netranya membulat kala tubuh polos Putri hanya tertutup di dua bagian kewanitaannya. Tubuh putih dan bersih semakin membangkitkan gairah kejantanannya. Terlebih dua buah sintal milik Putri terlihat begitu menyembul, meskipun masih terbungkus tempatnya. Tak pikir panjang Yuda langsung membopong Putri ala bridal style dan menjatuhkannya di ranjang. Setelah melepas semua pakaian yang dia kenakan, Yuda kemudian membuka dua kain terakhir yang masih menutupi dua bagian sensitif milik Putri. 'Aku benar-benar tidak salah pilih.' Batin Yuda sambil menyeringai, begitu melihat tubuh polos Putri di depannya."Hei, kamu kenapa merem gitu?" Tanya Yuda yang sudah menindih wanitanya itu, kini kulit mereka benar-benar bersentuhan tanpa sehelai benangpun membatasi. "A-aku takut, Mas." Sahut Putri apa adanya, dari yang dia dengar dari teman-temannya yang s

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Sikap Yuda Berubah-ubah

    Srak! Bruk! Yuda menarik koper yang bertengger diatas lemari dengan kasar, kemudian melemparkannya tepat di sebelah meja rias. Putri yang sedang melepas riasannya di depan cermin, sontak menoleh kaget."Cepat kemasi pakaian dan barang-barang kamu seperlunya saja!" Titah Yuda dengan sangat tegas. Bahkan raut wajah Yuda terlihat dingin, tidak hangat seperti tadi siang, saat dia belum mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. Ya, Yuda dan Putri baru saja resmi menjadi pasangan suami istri, sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini mereka tengah berada di kamar Putri, kamar pengantin yang tidak di hias seperti pada umumnya, karena mereka hanya menggelar pernikahan yang sederhana. Tidak ada resepsi, hanya ada akad dan disaksikan oleh beberapa orang dari kedua belah pihak. Meskipun demikian, Putri tetap bahagia dengan pernikahannya yang sederhana ini. Sejak dulu dia memang tidak pernah mengidamkan pernikahan yang mewah, seperti kebanyakan para wanita. Bagi Putri, yang penting dah dimata

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pamit

    Putri mengangguk patuh, wajahnya merona menunjukkan bahwa dia tengah merasa malu. Bagaimana tidak? bagi wanita pemalu dan pendiam seperti dia, jangankan dicium, dipegang tangannya saja langsung salah tingkah. "Ya sudah, sekarang kita lanjutkan berkemas. Kita bilang sama Bapa dan Ibu nanti sekalian pergi."Yuda sadar dia telah salah langkah, memerintah Putri dengan membentak hanya akan menambah masalah saja. Buktinya di lembutin sedikit saja langsung menurut begitu. "Ya, Mas." Sahut Putri singkat, dia segera membereskan pakaian yang tadi dilempar oleh Yuda. Kini Putri tak mempermasalahkan tentang pakaian apa yang harus dia pakai nanti, karena sejatinya istri memang harus menurut pada suami. Lagipula seorang istri itu berpenampilan menarik untuk suaminya, jika sang suami lebih suka Putri memakai dress dan rok, mau tidak mau Putri harus memakainya. Ajaib sekali bukan? Ciuman dari Yuda bagaikan sihir yang menghipnotis Putri, dari yang tadinya sedikit memberontak, kini begitu menurut.

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Menjadi Pusat Perhatian

    Jengah melihat Putri yang terlalu lama dalam berpamitan, Yuda segera mendekat. "Kami pamit dulu ya, Pak, Bu." Sela Yuda sembari mencium punggung tangan Pak Broto dan Bu Puspa secara bergantian. Sembari berpamitan, Yuda menatap Putri dengan tajam, sebagai isyarat bahwa mereka harus segera pergi. Paham dengan arti tatapan sang suami, Putri lekas bersalaman dengan para keluarga yang masih berkumpul. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir, tak lupa Putri juga minta maaf karena harus pergi disaat mereka masih disana. "Nak, Yuda. Titip Putri ya, jangan sakiti dia." Ucap Bu Puspa memberikan pesan. Entah mengapa Bu Puspa memiliki firasat buruk, tetapi sebisa mungkin dia mengenyahkan firasat tersebut. Apalagi melihat Putri yang sepertinya sangat bahagia, tentu beliau tidak ingin merusak kebahagiaan anaknya itu. "Pasti, Bu. Yuda janji akan buat Putri menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini."Putri hanya bisa menatap kosong mendengar suaminya berucap demikian, kare

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Dirundung Warga Pasar

    "Tapi sebenarnya dia begitu, karena sayang sama saya kok, Bu." Sahut Putri berusaha membela. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya membela saat suaminya direndahkan. Walaupun sebenarnya dalam hati, Putri juga tidak yakin bagaimana sikap Yuda kedepannya. Putri segera menyudahi belanjanya, karena tidak ingin mendengarkan pendapat yang lebih membuatnya drop. "Sudah, Bu. Ini semua jadi berapa?" Sambung Putri sambil menyerahkan barang belanjaannya. Sang penjual sayur geleng-geleng kepala, tersirat rasa kasihan dari sorot matanya, tapi tidak diungkapkan. Sebagai wanita yang sudah lebih dahulu menginjak dunia rumah tangga, tentu si penjual sayur sudah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan. "Lima puluh ribu, Mba." Jawab si penjual sayur setelah menghitung semua belanjaan Putri. Tak ingin bolak-balik, Putri membeli semua kebutuhan bumbu, dan berbagai jenis sayuran sekalian. Lagipula Yuda juga memintanya untuk beli stok seminggu kedepan. Putri segera menyerahkan selembar uang seratus

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pesta Kejutan

    Putri hanya bisa menelan ludah, saat permintaan tolongnya ditolak mentah-mentah oleh sang suami. Niat hati Putri minta tolong, agar mempersingkat waktu, karena belanjaannya cukup banyak. Tapi ternyata Yuda malah mengeluarkan kata-kata yang cukup menyayat hati. Tanpa banyak bicara lagi, terpaksa Putri memindahkan barang belanjaan sendiri ke bagasi. "Bisa cepat sedikit nggak sih? Masukin barang segitu saja lelet, nggak tahu aku udah ngantuk apa?" Seru Yuda sambil melirik Putri dari spion tengah. Ya Salam, tadi kalau dia mau membantu memindahkan belanjaan, pasti sudah selesai. Ini orang benar-benar bikin geregetan sekali. Putri tak menyahut, dia tetap memindahkan barang dengan santai. Tak peduli Yuda yang sudah gelisah menunggu, salah sendiri dimintai pertolongan tidak mau. Brak! Putri menutup kembali pintu bagasi dengan cukup keras, kemudian dia segera naik ke dalam mobil. "Lama!" Ketus Yuda yang kemudian langsung menancap gas, padahal Putri belum siap, hampir saja wanita yang ma

Bab terbaru

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Suami Egois

    Mendapatkan persetujuan dari Putri, tangan Yuda langsung melanjutkan aksinya untuk melucuti pakaian wanita yang kini resmi menjadi istrinya itu. Netranya membulat kala tubuh polos Putri hanya tertutup di dua bagian kewanitaannya. Tubuh putih dan bersih semakin membangkitkan gairah kejantanannya. Terlebih dua buah sintal milik Putri terlihat begitu menyembul, meskipun masih terbungkus tempatnya. Tak pikir panjang Yuda langsung membopong Putri ala bridal style dan menjatuhkannya di ranjang. Setelah melepas semua pakaian yang dia kenakan, Yuda kemudian membuka dua kain terakhir yang masih menutupi dua bagian sensitif milik Putri. 'Aku benar-benar tidak salah pilih.' Batin Yuda sambil menyeringai, begitu melihat tubuh polos Putri di depannya."Hei, kamu kenapa merem gitu?" Tanya Yuda yang sudah menindih wanitanya itu, kini kulit mereka benar-benar bersentuhan tanpa sehelai benangpun membatasi. "A-aku takut, Mas." Sahut Putri apa adanya, dari yang dia dengar dari teman-temannya yang s

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Tugas Pertama Seorang Istri

    Mendapat bentakan dari Yuda sebenarnya sudah mulai terbiasa bagi Putri, walaupun baru sehari dia melihat sisi lain dari pria yang dicintainya itu. Tapi yang bikin dia terkejut, Yuda menunjukkan sikap tersebut setelah memperlakukan Putri layaknya ratu. Ibarat kata setelah dibuat terbang setinggi langit, tiba-tiba saja dihempaskan begitu saja. Sakit bukan? "Lebih baik sekarang kamu masak dan buatkan aku makanan! Aku capek." Titah Yuda sambil berlalu, belanjaan yang tadi dia jatuhkan pun dibiarkan saja. Ya Salam, bahkan mereka baru tiba di apartemen. Jika Yuda capek, apalagi Putri yang sedari pagi masih mengenakan kebaya. Kebaya tersebut memang pemberian dari Yuda, sehingga tidak perlu dikembalikan layaknya menyewa pada MUA. "Tadi dibawah 'kan banyak makanan, kenapa kita tidak makan dulu di sana?"Maksud Putri adalah makan bersama para tetangga apartemen, karena dalam pesta kejutan tersebut tentunya sudah disediakan berbagai jenis makanan. Yuda menghentikan langkahnya, lalu membali

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Datangnya wanita bar-bar

    Putri menatap heran para wanita yang mengelilinginya, dia merasa seperti siswa baru yang akan dirundung oleh kakak kelasnya. "Selamat ya, aku turut berbahagia, akhirnya ada yang bisa meluluhkan hati Yuda." Celetuk seorang wanita yang mengenakan dress berwarna biru. Dia kemudian mengulurkan tangan, saat Putri menyambut uluran tangan tersebut, wanita itu langsung menarik dan cipika cipiki. Sebenarnya Putri sedikit bingung, kenapa orang-orang di apartemen tersebut seperti sangat bahagia saat mendengar Yuda menikah, dan membawa istrinya untuk tinggal di sana. "Kami pikir Yuda tidak suka perempuan loh." Sambung wanita lain yang mengenakan dress abu-abu. "Nggak taunya dia malah bawa istri secantik ini."Putri memegang pipinya yang baru saja dicubit oleh wanita tadi, dia terpaksa menyunggingkan senyum karena tidak menyangka jika perangai Yuda di apartemen terkenal cuek dan dingin terhadap wanita. Disaat mereka semua sedang bersukacita merayakan pernikahan Yuda yang tergolong mendadak, a

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pesta Kejutan

    Putri hanya bisa menelan ludah, saat permintaan tolongnya ditolak mentah-mentah oleh sang suami. Niat hati Putri minta tolong, agar mempersingkat waktu, karena belanjaannya cukup banyak. Tapi ternyata Yuda malah mengeluarkan kata-kata yang cukup menyayat hati. Tanpa banyak bicara lagi, terpaksa Putri memindahkan barang belanjaan sendiri ke bagasi. "Bisa cepat sedikit nggak sih? Masukin barang segitu saja lelet, nggak tahu aku udah ngantuk apa?" Seru Yuda sambil melirik Putri dari spion tengah. Ya Salam, tadi kalau dia mau membantu memindahkan belanjaan, pasti sudah selesai. Ini orang benar-benar bikin geregetan sekali. Putri tak menyahut, dia tetap memindahkan barang dengan santai. Tak peduli Yuda yang sudah gelisah menunggu, salah sendiri dimintai pertolongan tidak mau. Brak! Putri menutup kembali pintu bagasi dengan cukup keras, kemudian dia segera naik ke dalam mobil. "Lama!" Ketus Yuda yang kemudian langsung menancap gas, padahal Putri belum siap, hampir saja wanita yang ma

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Dirundung Warga Pasar

    "Tapi sebenarnya dia begitu, karena sayang sama saya kok, Bu." Sahut Putri berusaha membela. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya membela saat suaminya direndahkan. Walaupun sebenarnya dalam hati, Putri juga tidak yakin bagaimana sikap Yuda kedepannya. Putri segera menyudahi belanjanya, karena tidak ingin mendengarkan pendapat yang lebih membuatnya drop. "Sudah, Bu. Ini semua jadi berapa?" Sambung Putri sambil menyerahkan barang belanjaannya. Sang penjual sayur geleng-geleng kepala, tersirat rasa kasihan dari sorot matanya, tapi tidak diungkapkan. Sebagai wanita yang sudah lebih dahulu menginjak dunia rumah tangga, tentu si penjual sayur sudah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan. "Lima puluh ribu, Mba." Jawab si penjual sayur setelah menghitung semua belanjaan Putri. Tak ingin bolak-balik, Putri membeli semua kebutuhan bumbu, dan berbagai jenis sayuran sekalian. Lagipula Yuda juga memintanya untuk beli stok seminggu kedepan. Putri segera menyerahkan selembar uang seratus

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Menjadi Pusat Perhatian

    Jengah melihat Putri yang terlalu lama dalam berpamitan, Yuda segera mendekat. "Kami pamit dulu ya, Pak, Bu." Sela Yuda sembari mencium punggung tangan Pak Broto dan Bu Puspa secara bergantian. Sembari berpamitan, Yuda menatap Putri dengan tajam, sebagai isyarat bahwa mereka harus segera pergi. Paham dengan arti tatapan sang suami, Putri lekas bersalaman dengan para keluarga yang masih berkumpul. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir, tak lupa Putri juga minta maaf karena harus pergi disaat mereka masih disana. "Nak, Yuda. Titip Putri ya, jangan sakiti dia." Ucap Bu Puspa memberikan pesan. Entah mengapa Bu Puspa memiliki firasat buruk, tetapi sebisa mungkin dia mengenyahkan firasat tersebut. Apalagi melihat Putri yang sepertinya sangat bahagia, tentu beliau tidak ingin merusak kebahagiaan anaknya itu. "Pasti, Bu. Yuda janji akan buat Putri menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini."Putri hanya bisa menatap kosong mendengar suaminya berucap demikian, kare

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Pamit

    Putri mengangguk patuh, wajahnya merona menunjukkan bahwa dia tengah merasa malu. Bagaimana tidak? bagi wanita pemalu dan pendiam seperti dia, jangankan dicium, dipegang tangannya saja langsung salah tingkah. "Ya sudah, sekarang kita lanjutkan berkemas. Kita bilang sama Bapa dan Ibu nanti sekalian pergi."Yuda sadar dia telah salah langkah, memerintah Putri dengan membentak hanya akan menambah masalah saja. Buktinya di lembutin sedikit saja langsung menurut begitu. "Ya, Mas." Sahut Putri singkat, dia segera membereskan pakaian yang tadi dilempar oleh Yuda. Kini Putri tak mempermasalahkan tentang pakaian apa yang harus dia pakai nanti, karena sejatinya istri memang harus menurut pada suami. Lagipula seorang istri itu berpenampilan menarik untuk suaminya, jika sang suami lebih suka Putri memakai dress dan rok, mau tidak mau Putri harus memakainya. Ajaib sekali bukan? Ciuman dari Yuda bagaikan sihir yang menghipnotis Putri, dari yang tadinya sedikit memberontak, kini begitu menurut.

  • Dia (Bukan) Suami Idaman   Sikap Yuda Berubah-ubah

    Srak! Bruk! Yuda menarik koper yang bertengger diatas lemari dengan kasar, kemudian melemparkannya tepat di sebelah meja rias. Putri yang sedang melepas riasannya di depan cermin, sontak menoleh kaget."Cepat kemasi pakaian dan barang-barang kamu seperlunya saja!" Titah Yuda dengan sangat tegas. Bahkan raut wajah Yuda terlihat dingin, tidak hangat seperti tadi siang, saat dia belum mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. Ya, Yuda dan Putri baru saja resmi menjadi pasangan suami istri, sejak beberapa jam yang lalu. Saat ini mereka tengah berada di kamar Putri, kamar pengantin yang tidak di hias seperti pada umumnya, karena mereka hanya menggelar pernikahan yang sederhana. Tidak ada resepsi, hanya ada akad dan disaksikan oleh beberapa orang dari kedua belah pihak. Meskipun demikian, Putri tetap bahagia dengan pernikahannya yang sederhana ini. Sejak dulu dia memang tidak pernah mengidamkan pernikahan yang mewah, seperti kebanyakan para wanita. Bagi Putri, yang penting dah dimata

DMCA.com Protection Status