Clara benar-benar merasa sangat bahagia saat ini.Membawa bunga-bunga itu pulang ke rumah dengan penuh semangat, sesosok tubuh muncul dari kegelapan di pintu masuk lingkungan tempat tinggalnya. "Kamu akhirnya pulang juga."Dia terkejut. "Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah aku sudah bilang untuk berhenti menghubungiku?"Lampu otomatis yang terpasang langsung menyinari wajah laki-laki itu. Kepalanya botak dan wajahnya terlihat gelisah. "Aku sudah mengatakan seperti yang kamu inginkan. Mereka nggak akan mengulitkanku lagi, bukan? Aku beritahukan, aku ini pegawai negeri. Kalau aku sampai kehilangan pekerjaanku, aku nggak akan mengampunimu."Itu adalah laki-laki yang harusnya pergi kencan buta dengannya hari itu."Saking takutnya kehilangan pekerjaan, kamu sampai menggunakan cara-cara curang."Clara memutar matanya jengah. "Lepaskan aku.""Kamu, kamu nggak boleh melakukan ini padaku."Laki-laki itu benar-benar ketakutan. "Jelas-jelas kamulah yang memintaku untuk memberikan obat perangs
Clara masih terus melanjutkan kebohongannya dengan percaya diri, "Ada orang kaya yang mengejarku. Aku iri karena ada orang lain yang menerima hadiah, jadi aku sengaja menjadikannya status Line untuk membuatnya jengkel. Aku nggak ingin kamu mengira aku terlalu sombong, jadi aku menyembunyikannya darimu. Ruisha, kamu nggak marah padaku, 'kan?""Benarkah?" Ruisha hampir sepenuhnya percaya dengan penjelasan Clara. "Clara, kenapa kamu melakukan ini? Hal terpenting dalam suatu hubungan adalah ketulusan. Kalau kamu bersikap begitu, kamu menginginkan orangnya atau uang orang itu? Nggak baik kalau seperti itu.""Cinta akan tumbuh kalau ada uang. Bagaimana dia akan membuktikan bahwa dia mencintaiku kalau dia saja nggak mau mengeluarkan uang untukku?Clara merasa pemikirannya benar, jadi melanjutkan dengan tidak sabar, "Jangan menceramahiku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan.""Clara, jangan mengambil jalan yang salah. Mengandalkan kebohongan untuk menjalankan sebuah hubungan, cepat atau lambat
"Evano, perusahaan baru menjalin kerja sama dengan Ramajati Group dan kita butuh gudang sesegera mungkin."Linda melanjutkan, "Kamu bertanggung jawab untuk membereskan gudang di Area A. Selesaikan paling lambat jam delapan besok.""Kak Linda, kalau nggak salah, luas gudang di Area A itu sampai beberapa ribu meter persegi."Diana pun turut menimpali, "Stok di sana baru habis kemarin, jadi sudah kosong. Jangankan Evano sendirian, kalau tiga orang yang beresin pun belum tentu bisa selesai.""Ini tugas yang diatur sama perusahaan. Kesulitan bisa diatasi setelah dicoba. Jangan mengeluh dulu kalau kamu saja belum mencoba."Linda memutar matanya jengah. "Kalian pikir perusahaan bayar kalian dengan cuma-cuma? Kalau bisa, lakukanlah. Kalau nggak bisa, kalian bisa keluar dari perusahaan. Atau kamu juga ingin dapat tugas ini bareng Evano?"Ini terlalu tidak masuk akal.Meskipun bekerja untuk perusahaan, mereka tidak boleh melakukan pemaksaan sampai seperti ini.Diana sangat marah.Ruisha menahann
Wajah Ruisha memerah dan dia merasa tidak nyaman. "Pak Brandon, kenapa bisa ada di sini?""Aku dengar ada yang minta bantuan kepada pegawaiku."Brandon tersenyum, lalu melanjutkan, "Aku ingin lihat, pegawai mana yang begitu berani melakukan tugas nggak sesuai prosedur."Itu hanya masalah satu panggilan telepon, tetapi tidak semua orang memiliki keberanian untuk melakukannya.Dua perusahaan bekerja sama tentu saja melibatkan semua aspek. Yang berani melakukan ini belum tentu terpikirkan cara seperti ini. Sementara yang tidak terpikirkan cara ini tentu saja tidak akan berani melakukannya."Nggak disangka kalau orang itu adalah Evano."Brandon mendekat dua langkah dan menatapnya. "Berapa banyak kejutan yang akan diberikan Evano padaku?"Suasana di sini agak gelap, Ruisha tidak bisa melihat mata Brandon, jadi dia sedikit tidak nyaman.Mundur dua langkah, dia masih bisa mencium aroma parfum yang kuat, tetapi tidak menyengat dari tubuh laki-laki itu. Aromanya begitu mengganggu seperti laki-l
Brandon memang orang yang penyayang. Melihat Ruisha seperti ini, dia jadi makin tidak tega."Anzelo, kamu galak sekali. Evano sudah bekerja keras sampai selarut ini, tapi kamu bahkan nggak mau mentraktirnya makan malam?"Dia dengan santainya menabrak bahu Anzelo. "Lihatlah lengan dan kaki kurus Evano. Dia bahkan masih bantu-bantu pindahin barang. Kasihan sekali."Dia memindahkan barang?Tatapan Anzelo jatuh pada tubuh Ruisha. Baru kemudian dia menyadari bahwa pakaiannya juga kotor dan rambutnya basah oleh keringat.Ruisha menundukkan kepalanya dan berdoa di dalam hatinya.Cepat menolak cepat menolak.Dua laki-laki ini, yang satu lebih berbahaya dari yang lain. Dia benar-benar tidak ingin pergi makan malam dengan mereka.Suara dingin yang menyenangkan dari laki-laki itu terdengar, "Ayo pergi."Jantung Ruisha berdegup kencang. Dia berdiri diam dan mencoba untuk menolak.Dengan mata dingin menyapu ke arah Ruisha, Anzelo bertanya, "Mau aku siapkan kursi khusus baru kamu mau gerak?"Mana mu
Setelah makan malam, Ruisha mencoba untuk pergi, tetapi dia gagal. Dia ditahan oleh Brandon yang menyodorkan mikrofon dengan paksa kepadanya."Ayo, nyanyi satu lagu."Brandon memegang pundak gadis seksi. "Evano, kamu nggak akan menolak, 'kan?""Mas Evano, ayo nyanyi."Gadis-gadis lain membujuk, "Mas Evano punya suara bagus, pasti kalau nyanyi juga bagus."Ruisha menangkupkan mikrofon, matanya tanpa sadar melihat ke arah tengah.Jari-jari bertulang itu tengah memegang gelas anggur. Separuh wajah laki-laki itu tersembunyi dalam kegelapan dan dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Dalam suasana yang begitu hidup dan vulgar, dia masih tetap mulia dan dingin, bahkan udara di sekelilingnya tampak jauh lebih tenang.Hati Ruisha berdebar-debar."Kenapa lihat Pak Anzelo terus?"Brandon bertanya sambil tersenyum, "Cuma nyanyi saja. Anzelo, nggak mungkin kamu nggak kasih izin, 'kan?"Anzelo mengangkat matanya dengan dingin. "Apa dia nggak punya otak, sampai nggak bisa ngambil keputusan sendiri?"
Dengan rasa sakit di hatinya, Ruisha menjawab dengan bibir bergetar, "Saya ... saya nggak begitu."Kenapa Anzelo mengatakan hal seperti itu?"Nggak begitu?" Anzelo mencibir, "Aku melihat Evano tersenyum lebih banyak dari siapa pun malam ini.""Nggak, kok."Ruisha merasa sangat sedih.Wajahnya memucat dan matanya yang berkaca-kaca terlihat lebih cantik dari langit berbintang.Anzelo tiba-tiba menangkup wajahnya dan menunduk untuk menciumnya.Ponsel jatuh dan senter tertutup lantai, hanya menyisakan kegelapan.Mata Ruisha membelalak saat melihat wajah Anzelo di depannya.Bulu mata yang tebal seperti kupu-kupu hitam bertengger diam di wajah yang bagaikan karya seni itu. Aroma kelelakian yang bergulir, invasi yang kuat, membuat giginya sedikit terbuka.Orang yang tinggi dan dingin diselimuti oleh keinginan duniawi, berubah menjadi penampilan yang asing, tetapi terasa begitu familier.Yang mana yang merupakan dia yang sebenarnya?Kata-kata Clara terus terulang di benak Ruisha dan ada rasa s
Aura Anzelo begitu mengerikan dan dingin, matanya terpejam dalam perenungan.Mobil berderit tajam dan berhenti secara tiba-tiba, membuat tubuh Anzelo terentak ke depan.Anzelo membuka matanya. "Apa yang terjadi?""Ada yang tiba-tiba menyeberang jalan."Sopir menyeka keringat dingin di dahinya dan berkata dengan hati-hati.Gadis itu mungkin juga terkejut, duduk berlutut di depan mobil. Rambutnya yang panjang menutupi pipinya dan dia masih diam tak bergerak."Coba periksa."Sopir itu mengiakan, lalu menoleh ke belakang dan berkata dengan ragu, "Pak ... Pak Anzelo, sepertinya itu ... Nona Clara."Clara?Anzelo turun dari mobil. Gadis yang berjongkok di bawah mendongak pelan, lalu memanggilnya dengan nada menyedihkan, "Anzelo ....""Kenapa kamu di sini?""Aku pulang terlambat dari kantor dan ponselku mati. Jadi, aku niatnya mau menginap di rumah temanku."Clara melanjutkan, "Dia nggak di rumah, jadi aku tunggu dia di luar begini. Nggak disangka malah ketemu kamu."Alis Anzelo berkerut saat