Sampai ....Dadanya tiba-tiba terasa terbakar.Ruisha tersentak. Entah dapat kekuatan dari mana, dia mendorong Anzelo menjauh. Tangannya menutupi dadanya dengan wajah memerah.Anzelo terhuyung ke belakang karena dorongan Ruisha, tetapi tidak marah.Melihat telapak tangannya, dia tampak membeku juga.Melihat bentuk telapak tangan Anzelo, Ruisha merasa malu. Saat ini, wajahnya benar-benar panas seperti habis terbakar.Bagaimana mungkin ... bagaimana mungkin Anzelo memasukkan tangannya ke dalam pakaian Ruisha dan menyentuh ....Karena masih belum terbangun sepenuhnya saat keluar dari rumah, Ruisha lupa memakai korsetnya.Untungnya, pakaian yang dia kenakan cukup besar, jadi tidak ada orang lain yang menyadarinya."Sudah malam, aku akan pergi sekarang."Ruisha terlalu malu untuk menatap siapa pun, jadi langsung masuk ke dalam mobil dan berniat melarikan diri.Anzelo akhirnya kembali tersadar, sedikit senyum muncul di bawah matanya saat melihat Ruisha melarikan diri."Hmm."Dia berkata, "Ev
Mendapatkan berbagai macam tatapan dari rekan-rekannya yang lain, Ruisha memasuki ruang kerja presdir.Dia berdiri agak jauh dan bertanya, "Pak Anzelo, ada keperluan apa Anda ingin bertemu dengan saya?""Kenapa kamu menghindar sejauh itu?"Sorot mata Anzelo terlihat sedikit lembut dan dia meliriknya beberapa kali. "Kenapa ada lingkaran hitam di bawah matamu? Apa tidurmu nggak nyenyak?"Ini semua karena siapa coba!Namun, Ruisha tidak mengatakan apa-apa.Anzelo juga tidak mengatakan apa-apa, menatapnya dengan tatapan membara.Merasa tidak nyaman, Ruisha tidak bisa menahan diri lagi dan bertanya, "Pak Anzelo, lihat apa?""Aku lagi mikirin ...."Anzelo mengerutkan bibirnya, "Evano, hari ini kamu terlihat jauh lebih datar."Wajah Ruisha langsung memerah.Dia meminta Ruisha datang ke ruangannya hanya karena ingin mengatakan ini kepadanya?Terlihat jelas kalau Anzelo sedang dalam suasana hati yang baik, "Evano, apa kamu kemarin sengaja?"Wajah Ruisha yang sempat merona pun langsung pucat.Di
Hanya karena Ruisha tidak membuat masalah, bukan berarti dia benar-benar bisa ditindas dan diremehkan dengan mudah."Kamu!"Linda sangat marah karena dibantah oleh Ruisha.Sinisme muncul di bawah matanya. Dia mengangkat tangannya dan melayangkan tamparan. "Hari ini aku akan mengajarimu bagaimana caranya bicara dengan atasan!""Apa yang kalian lakukan?"Sebuah teguran terdengar.Rheno mencengkeram lengan Linda dan menegur dengan wajah muram, "Ini perusahaan, bukan pasar sayur tempat siapa pun bebas berteriak!""Pak Rheno!" Linda panik dan langsung menunjukkan wajah teraniaya. "Evano ini benar-benar menyebalkan. Dia membuat Pak Anzelo marah, aku dengan baik hati mengajarinya peraturan di tempat kerja. Tapi dia ....""Cukup!"Rheno membentak, menyela dengan tidak sabar, "Kamu nggak bisa mengendalikan bawahanmu, apa Kamandjana Group membayarmu dengan gaji tinggi cuma buat jadi pajangan saja?"Ditegur di depan umum, wajah Linda sedikit menunduk.Tersipu malu, dia menundukkan kepalanya. "Ya,
Dengan mata menegang, Anzelo menoleh. "Katakan.""Dia memang melakukan kencan buta dengan Nona Clara di kedai kopi seberang Permata Indah pada tanggal 7. Dia juga mengaku memberikan obat perangsang kepada Nona Clara."Rheno berkata, "Selama beberapa tahun ini, dia sudah melakukan kencan buta sampai beberapa kali, tapi nggak ada yang berhasil. Ketika mendengar kalau Nona Clara masih muda dan cantik, dia langsung punya rencana untuk mengambil jalan pintas, yaitu langsung tidur dengan Nona Clara. Dengan begitu, dia nggak perlu memberikan mas kawin terlalu banyak."Dengan semua bukti fisik yang ada, sepertinya perempuan malam itu memanglah Clara.Suaranya cocok dan jam tangan itu pun ada padanya.Namun, hati Anzelo enggan menerima kenyataan ini.Laki-laki itu menunduk, dingin dan tidak tertebak. "Tanyakan padanya, apakah dia ada waktu untuk makan malam."Apa atasannya ini akan makan malam bersama seseorang?Rheno terdiam, lalu langsung membuat pengaturan.Setelah mengikuti Anzelo sekian la
Kenapa situasi jadi berubah mencekam begini?Ruisha mengangguk. "Pak Rheno bilang malam ini Anda akan pergi, jadi ingin saya bantu memilih hadiah pertemuan."Mata yang tersembunyi di balik kaca mata terlihat jernih dan polos.Anzelo tersenyum karena sangat marah. "Jadi, kamu sengaja memilih ini, ingin aku memberikannya untuk pacarku?"Kenapa masih tanya?Apa Ruisha harus mengakuinya secara langsung?Rasa sakit yang menggelitik makin menggerayangi hatinya.Ruisha mengangguk. "Ya.""Bagus, bagus sekali!"Pembuluh darah menonjol di dahi Anzelo. Rasanya, dia ingin sekali menghancurkan kotak kado ini dan melemparkannya ke dinding.Namun, dia hanya berdiri diam, meringis sambil bertanya, "Evano, apa nggak ada yang ingin kamu katakan?"Saat bertemu dengan tatapannya, Anzelo menggertakkan gigi dan menegaskan, "Mengenai aku yang akan pergi kencan dengan pacarku."Anzelo tidak tahu jawaban seperti apa yang ingin dia dengar, yang dia tahu hanyalah kemarahan yang memenuhi dadanya, membuatnya membe
Clara menjatuhkan air matanya dan berkata sambil menahan isak tangis, "Pertama kali itu sangat penting bagiku, tapi aku tahu aku nggak pantas buat kamu. Aku nggak akan mengganggumu, jadi jangan mengatakan hal seperti itu lagi, ya?"Anzelo agak kesal.Pendidikan yang dia dapatkan tidak memungkinkan dia untuk tidak memberikan kompensasi." Apa yang kamu inginkan? Aku memberimu satu kesempatan terakhir.""Aku ...."Jantung Clara berdegup kencang dan menatapnya dengan berani. "Aku ingin bersamamu."Anzelo mencibir, "Jangan mimpi.""Anzelo, aku tahu ini hanya khayalan, tapi aku sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu. Kalau nggak, mana mungkin aku memberikan yang pertama kalinya untukmu. Aku bukan perempuan murahan."Clara melanjutkan, "Kenapa kamu nggak bisa memberiku kesempatan untuk mendekatimu? Kalau nggak dicoba, dari mana kamu tahu kalau kamu nggak menyukaiku?"Anzelo menatapnya dengan tatapan dingin, tatapannya tajam dan menusuk seperti pisau.Bahu Clara bergetar. Dia menggerta
Clara benar-benar merasa sangat bahagia saat ini.Membawa bunga-bunga itu pulang ke rumah dengan penuh semangat, sesosok tubuh muncul dari kegelapan di pintu masuk lingkungan tempat tinggalnya. "Kamu akhirnya pulang juga."Dia terkejut. "Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah aku sudah bilang untuk berhenti menghubungiku?"Lampu otomatis yang terpasang langsung menyinari wajah laki-laki itu. Kepalanya botak dan wajahnya terlihat gelisah. "Aku sudah mengatakan seperti yang kamu inginkan. Mereka nggak akan mengulitkanku lagi, bukan? Aku beritahukan, aku ini pegawai negeri. Kalau aku sampai kehilangan pekerjaanku, aku nggak akan mengampunimu."Itu adalah laki-laki yang harusnya pergi kencan buta dengannya hari itu."Saking takutnya kehilangan pekerjaan, kamu sampai menggunakan cara-cara curang."Clara memutar matanya jengah. "Lepaskan aku.""Kamu, kamu nggak boleh melakukan ini padaku."Laki-laki itu benar-benar ketakutan. "Jelas-jelas kamulah yang memintaku untuk memberikan obat perangs
Clara masih terus melanjutkan kebohongannya dengan percaya diri, "Ada orang kaya yang mengejarku. Aku iri karena ada orang lain yang menerima hadiah, jadi aku sengaja menjadikannya status Line untuk membuatnya jengkel. Aku nggak ingin kamu mengira aku terlalu sombong, jadi aku menyembunyikannya darimu. Ruisha, kamu nggak marah padaku, 'kan?""Benarkah?" Ruisha hampir sepenuhnya percaya dengan penjelasan Clara. "Clara, kenapa kamu melakukan ini? Hal terpenting dalam suatu hubungan adalah ketulusan. Kalau kamu bersikap begitu, kamu menginginkan orangnya atau uang orang itu? Nggak baik kalau seperti itu.""Cinta akan tumbuh kalau ada uang. Bagaimana dia akan membuktikan bahwa dia mencintaiku kalau dia saja nggak mau mengeluarkan uang untukku?Clara merasa pemikirannya benar, jadi melanjutkan dengan tidak sabar, "Jangan menceramahiku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan.""Clara, jangan mengambil jalan yang salah. Mengandalkan kebohongan untuk menjalankan sebuah hubungan, cepat atau lambat