Tujuh hari setelah pemakaman Daniella, Gavriel menemui Kakek Andreas dan menyatakan langkah yang akan dia ambil. "Kenapa kamu seperti ini? jika kamu pergi, bagaimana dengan Kakek?" tanya Kakek Andreas. Dia begitu terkejut saat mendengar keinginan Gavriel untuk pergi ke Luar Negri dan tinggal di sebuah Desa yang terkenal dengan pertaniannya. "Biarkan aku pergi Kakek. Alberto yang akan membantu Kakek mengurus perusahaan. Aku akan kembali jika ..." "Jika apa? jika perasaan bersalahmu menghilang? jika kau sudah menjalani hukumanmu? jangan bodoh Gavriel! semua yang terjadi bukan karena kesalahanmu. Pihak kepolisian juga sudah menyelidiki semuanya. Apa yang terjadi memang sebuah kecelakaan!!!" teriak Kakek. Namun seperti apapun keinginan Kakek untuk menahannya pada akhirnya Gavriel tetap memilih untuk pergi. Setelah dia pamit pada Kakeknya, dia pergi ke makam Daniella. Disana ada banyak bunga-bunga segar yang di letakan diatas makamnya. Gavriel duduk disana dalam diam, dia tak mampu
"Daniella! Aku tidak perduli apapun alasanmu, kamu harus ikut denganku. Kita tak sekedar menghadiri pesta pernikahan Agatha, tetapi ini kesempatan kita untuk bertemu dengan pria keren yang sudah kita impikan sejak lama. Lupakan saja betapa muaknya kamu dengan segala hal buruk yang terjadi akhir-akhir ini." Zeva membujuk Daniella untuk ikut dengannya.Daniella bukanlah tipe orang yang suka menghadiri pesta pernikahan, bertemu dengan orang-orang yang membuatnya harus memaksakan senyuman di wajahnya. Dia juga malas untuk basa-basi dengan orang baru. Di awal pertemuan dia akan terlihat seperti seorang yang pendiam, namun sesungguhnya dia periang dan bawel, tetapi dia juga gampang sedih dan terpukul saat ada sesuatu yang menyakiti hatinya. "Nggak mau Ze! Aku males banget pergi ke nikahan orang." Dia menujukan betapa enggannya dia untuk datang ke pesta pernikahan. Dia malas jika nanti dia datang dan bertemu dengan orang-orang yang dia kenal, pasti akan ada pertanyaan yang di tujukan untukn
Daniella yang masih terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba di bangunkan dengan deringan ponselnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia mengulurkan tangannya keluar dari selimut dan meraba-raba meja kecil yang ada di samping kasurnya. Dia terus meraba sampai dia mendapatkan ponselnya. Tanpa melihat siapa yang menelponnya pagi itu, dia langsung menjawab panggilan itu dengan suara parau."Selamat Pagi Daniella. Saya Alberto dari JS Group." Pria di telpon itu memperkenalkan dirinya. Suaranya terdengar gagah dan berwibawa.JS Group? Apakah aku pernah melamar pekerjaan disana? JS group perusahaan apa? Pikirnya."Ya?" Sahutnya."20 menit lagi, mobil dari perusahaan kami akan tiba di rumah anda. Mohon untuk segera bersiap-siap."Takut telpon penipuan, Daniella langsung mengakhiri panggilannya. "Dasar orang kurang kerjaan, pagi-pagi begini dia sudah menipu orang." Gumamnya sambil mencoba untuk tidur lagi. Namun isi kepalanya saat itu di penuhi dengan JS Group. JS Group? Dia pernah mendengarnya, k
Gavriel melihat hasil pemotretan yang sudah di lakukan oleh Daniella. Matanya mulai menjelajah setiap detail hasil pemotretan. Senyum cerah di wajah Daniella, lekuk tubuhnya yang indah dan wajahnya yang begitu cantik membuatnya terbuai. Sepertinya Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan Daniella, rambutnya yang indah seperti hasil kreasi para peri. Dia tiba-tiba terdiam dan mengingat kembali tentang perlakuan sang Photographer pada Daniella.Gavriel mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang. Alamat studio foto dan sebuah kalimat: Kau tau apa yang harus kau lakukan.Dia tidak mau ada orang lain yang berkata kasar pada Daniella, hanya dia saja yang boleh melakukannya. Gavriel terdiam, mengingat segala ucapan dan perlakuannya pada Daniella. Dia merasa dia begitu keterlaluan, tetapi menurutnya dia harus melakukannya agar dia bisa dekat dengan perempuan itu.Gavriel kembali menatap foto-foto Daniella di komputernya, dia semakin mengagumi perempuan itu. Saat itu dia memperbe
"Kakek pikir, kau sudah menganggap Kakek mati." Kakek Andreas menatap Gavriel yang sedang menikmati makan malamnya. Sepulang kerja, dia memutuskan untuk pulang ke rumah Kakeknya. Sekalian untuk melihat keadaan Kakek.Sudah hampir satu bulan dia tidak berkunjung, karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan."Aku cukup sibuk akhir-akhir ini." Katanya. Dia menikmati makanannya dengan lahap, dia merindukan masakan rumahan seperti ini, sop panas, dengan lauk ayam goreng, telor balado dan sambal. Menu yang tidak pernah dia makan saat dia di kantor dan di apartemen."Ada masalah di kantor?" Kakek meraih gelasnya dan meneguk minumannya perlahan."Tidak ada. JS Group aman di bawah kendali ahli warisnya." Sahutnya bangga."Delon sudah menikah, lalu kapan kau akan menyusulnya?" Tanya Kakek tiba-tiba."Kenapa tiba-tiba bahas pernikahan?" Nafsu makan Gavriel hilang karena pertanyaan itu."Kau bilang tidak ada masalah apapun di kantor, itu artinya kau bisa mencari perempuan yang bisa
Daniella merasa, ia baru saja memejamkan matanya, ketika ia di bangunkan oleh suara ponselnya yang terus menerus berbunyi. Rasa kantuk yang luar biasa membuat Daniella enggan menjawab telpon pagi itu dan memilih untuk melanjutkan tidurnya, setelah dia mematikan nada dering ponselnya.Daniella terbangun dari tidurnya di jam 1 siang, dia bangun setelah dia merasa kelaparan. Setelah tidur cukup lama, dia merasa badannya segar dan pikirannyapun tenang. Ini semua terjadi setelah semalam dia melakukan meditasi karena kesulitan untuk tidur.Hari ini Daniella akan menghabiskan waktunya di rumah saja, dia tidak ada rencana kemana-mana dan dia juga belum menemukan pekerjaan yang cocok dengannya. Sebelumnya, Daniella di suruh oleh Kakek Michael untuk membantu Om nya di perusahaan, dia pernah mencobanya selama satu bulan namun dia merasa jenuh karena rutinitas yang ia lakukan disana selalu sama. Kakek juga tidak memaksakannya untuk bekerja selama Kakek masih mampu untuk membiayai semua kebutuhann
"Aku akan membunuhnya sekarang juga!" Pria bertubuh tinggi, mengenakan jaket kulit dan topi baseball berdiri dari tempat duduknya ketika Daniella beranjak keluar. Pria itu tertawa sendiri, dia membayangkan sebuah kemenangan di depan matanya. Daniella pergi ke sebuah store yang menjual berbagai produk kecantikan, sebuah store yang di gandrungi oleh anak-anak muda karena produk-produk yang di jual sangat bagus dan harganya yang tidak terlalu mahal. Daniella melihat-lihat beberapa produk yang ingin dia beli, dia mencoba beberapa lipstik dan juga parfum. Dia juga melihat beberapa produk kecantikan dari JS Group. Produk dari JS mendapatkan perhatian public sejak Allena menjadi model mereka, karena rata-rata usia penggemar Allena dari remaja sampai yang Dewasa. Produk-produk dari JS Group di tulis sebagai produk yang terlaris disana. Daniella jadi berpikir apakah nanti produk yang terbaru dari JS Group akan mendapatkan popularitas yang sama saat dia menggantikan posisi Allena?"Eh, itu mod
"Dion tidak akan tinggal diam setelah kau membuat kekacauan seperti kemarin. Niatmu untuk menjaga Daniella malah menciptakan masalah baru dan menjadikan Daniella sebagai target Dion." Ray meniup-niup mie panas yang dia buat untuknya dan juga Gavriel. Ray mengambil sumpit serta mangkok dan memberikan pada Gavriel. Tanpa mengajak Gavriel untuk segera menyantap mienya, Ray langsung menyeruputnya dengan penuh semangat. Setelah memasukan satu seruputan mie kedalam mulutnya, dia kembali melihat Gavriel. Pria itu masih menyilangkan kedua tangannya dan tampak tak tertarik untuk menyantap mie yang sudah di sajikan untuknya. Wajahnya mengkerut, dan sesekali dia menggerutu kesal.Ray terus menyantap mie nya selagi panas, karena makan mie saat dingin, tidak enak menurut Ray. Dia mengabaikan segela gerutuan tak jelas yang keluar dari mulut Gavriel."Bagaimana dengan CCTV di studionya? Kau sudah membereskannya?" Tanya Gavriel. Kali ini dia meraih sumpit dan sendok lalu mengaduk-aduk mienya yang ma