"Kenapa kamu baru memberitahuku sekarang? kenapa kamu membiarkan Anthonio membawa pergi Daniella?" Suaranya terdengar marah, dia juga panik mengetahui Daniella bersama Anthonio. Orang suruhan Ray, yang biasanya mengawasi dan menjaga Daniella saat Gavriel tidak ada, kini telah tumbang. Anthonio memang tak main-main menghabisi siapapun yang berusaha menghalanginya. Lebih mengerikannya lagi saat Gavriel juga mendengar kabar tentang Sana yang juga tewas di tangan Anthonio. "Lalu kemana dia membawa pergi Daniella? Jawab! aku harus menemuinya sekarang juga." "Aku minta maaf Gavriel, karena sampai sekarang aku belum menemukannya. Aku akan mengabarimu segera jika aku mendapatkan informasi tentang keberadaan mereka." "Aku kasih waktu kamu satu jam. Temui keberadaan mereka!" Gavriel menutup teleponnya dan berteriak kesal di dalam ruang kerjanya. Suasana hatinya begitu kacau, dia sangat mencemaskab Daniella. Pintu ruangannya terbuka, Alberto masuk bersama Allena yang terlihat begitu takut di
Cuaca panas langsung menerjang kulit Daniella. Di depan pintu kedatangan Bandara Labuan Bajo, sudah banyak supir Travel yang mengantri dan menawarkan jasa mereka. Seorang pria berbadan besar menerobos kerumunan para supir travel itu dan mengambil koper milik Anthonio. Pria berbadan besar itu salah satu orang kepercayaan Anthonio yang akan membawa mereka menuju lokasi yang akan mereka tuju. Daniella melangkah mengikuti langkah Kaki Anthonio, karena pria terus menggenggam tangan Daniella dan tidak membiarkan Daniella melangkah jauh darinya. Mereka menuju parkiran mobil yang berada di depan Bandara. Beberapa orang yang melihat Daniella saat itu, terus memperhatikan wajahnya dengan seksama, seakan-akan mereka penasaran akan sesuatu. Daniella masuk kedalam mobil, dia dan Anthonio duduk di bangku penumpang. Setelah pria berbadan besar itu meletkan barang-barang milik Anthonio di bagasi, dia juga masuk kedalam mobil dan duduk di balik kemudinya. "Perjalanan menuju ke kota Ruteng, bisa kit
Sungguh mengejutkan mendengar berita tentang Daniella dan Anthonio yang kecelakaan di sebuah daerah yang jaraknya sekitar dua jam dari Labuan Bajo. Sekujur tubuh Gavriel terasa lemas, dia tak berdaya mendapati kabar mengerikan itu. Dia tidak pernah berpikir hal mengerikan seperti ini harus datang pada dirinya. Gavriel hanya tertunduk lemas di dalam ruangannya gelap, dia menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan yang menimpa Daniella, baginya semua yang terjadi karena dirinya, seandainya saja dia tidak hadir di dalam kehidupan Daniella dan tidak memaksakan Daniella untuk ada di sampingnya, semuanya tak akan terjadi. Alberto masuk kedalam ruangan, memberitahu Gavriel jika Kakek Andreas dan Kakek Michael sudah tiba, dan jenasah Daniella juga akan tiba di Jakarta sekitar jam 7 malam nanti. Gavriel tidak berani menemui mereka, dia marah pada dirinya sendiri dia tidak bisa melakukan apa yang telah dia janjikan pada Kakek Michael. Dia tidak bisa menjaga Daniella. Kakek Andreas menemuiny
Tujuh hari setelah pemakaman Daniella, Gavriel menemui Kakek Andreas dan menyatakan langkah yang akan dia ambil. "Kenapa kamu seperti ini? jika kamu pergi, bagaimana dengan Kakek?" tanya Kakek Andreas. Dia begitu terkejut saat mendengar keinginan Gavriel untuk pergi ke Luar Negri dan tinggal di sebuah Desa yang terkenal dengan pertaniannya. "Biarkan aku pergi Kakek. Alberto yang akan membantu Kakek mengurus perusahaan. Aku akan kembali jika ..." "Jika apa? jika perasaan bersalahmu menghilang? jika kau sudah menjalani hukumanmu? jangan bodoh Gavriel! semua yang terjadi bukan karena kesalahanmu. Pihak kepolisian juga sudah menyelidiki semuanya. Apa yang terjadi memang sebuah kecelakaan!!!" teriak Kakek. Namun seperti apapun keinginan Kakek untuk menahannya pada akhirnya Gavriel tetap memilih untuk pergi. Setelah dia pamit pada Kakeknya, dia pergi ke makam Daniella. Disana ada banyak bunga-bunga segar yang di letakan diatas makamnya. Gavriel duduk disana dalam diam, dia tak mampu
"Daniella! Aku tidak perduli apapun alasanmu, kamu harus ikut denganku. Kita tak sekedar menghadiri pesta pernikahan Agatha, tetapi ini kesempatan kita untuk bertemu dengan pria keren yang sudah kita impikan sejak lama. Lupakan saja betapa muaknya kamu dengan segala hal buruk yang terjadi akhir-akhir ini." Zeva membujuk Daniella untuk ikut dengannya.Daniella bukanlah tipe orang yang suka menghadiri pesta pernikahan, bertemu dengan orang-orang yang membuatnya harus memaksakan senyuman di wajahnya. Dia juga malas untuk basa-basi dengan orang baru. Di awal pertemuan dia akan terlihat seperti seorang yang pendiam, namun sesungguhnya dia periang dan bawel, tetapi dia juga gampang sedih dan terpukul saat ada sesuatu yang menyakiti hatinya. "Nggak mau Ze! Aku males banget pergi ke nikahan orang." Dia menujukan betapa enggannya dia untuk datang ke pesta pernikahan. Dia malas jika nanti dia datang dan bertemu dengan orang-orang yang dia kenal, pasti akan ada pertanyaan yang di tujukan untukn
Daniella yang masih terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba di bangunkan dengan deringan ponselnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia mengulurkan tangannya keluar dari selimut dan meraba-raba meja kecil yang ada di samping kasurnya. Dia terus meraba sampai dia mendapatkan ponselnya. Tanpa melihat siapa yang menelponnya pagi itu, dia langsung menjawab panggilan itu dengan suara parau."Selamat Pagi Daniella. Saya Alberto dari JS Group." Pria di telpon itu memperkenalkan dirinya. Suaranya terdengar gagah dan berwibawa.JS Group? Apakah aku pernah melamar pekerjaan disana? JS group perusahaan apa? Pikirnya."Ya?" Sahutnya."20 menit lagi, mobil dari perusahaan kami akan tiba di rumah anda. Mohon untuk segera bersiap-siap."Takut telpon penipuan, Daniella langsung mengakhiri panggilannya. "Dasar orang kurang kerjaan, pagi-pagi begini dia sudah menipu orang." Gumamnya sambil mencoba untuk tidur lagi. Namun isi kepalanya saat itu di penuhi dengan JS Group. JS Group? Dia pernah mendengarnya, k
Gavriel melihat hasil pemotretan yang sudah di lakukan oleh Daniella. Matanya mulai menjelajah setiap detail hasil pemotretan. Senyum cerah di wajah Daniella, lekuk tubuhnya yang indah dan wajahnya yang begitu cantik membuatnya terbuai. Sepertinya Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan Daniella, rambutnya yang indah seperti hasil kreasi para peri. Dia tiba-tiba terdiam dan mengingat kembali tentang perlakuan sang Photographer pada Daniella.Gavriel mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang. Alamat studio foto dan sebuah kalimat: Kau tau apa yang harus kau lakukan.Dia tidak mau ada orang lain yang berkata kasar pada Daniella, hanya dia saja yang boleh melakukannya. Gavriel terdiam, mengingat segala ucapan dan perlakuannya pada Daniella. Dia merasa dia begitu keterlaluan, tetapi menurutnya dia harus melakukannya agar dia bisa dekat dengan perempuan itu.Gavriel kembali menatap foto-foto Daniella di komputernya, dia semakin mengagumi perempuan itu. Saat itu dia memperbe
"Kakek pikir, kau sudah menganggap Kakek mati." Kakek Andreas menatap Gavriel yang sedang menikmati makan malamnya. Sepulang kerja, dia memutuskan untuk pulang ke rumah Kakeknya. Sekalian untuk melihat keadaan Kakek.Sudah hampir satu bulan dia tidak berkunjung, karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan."Aku cukup sibuk akhir-akhir ini." Katanya. Dia menikmati makanannya dengan lahap, dia merindukan masakan rumahan seperti ini, sop panas, dengan lauk ayam goreng, telor balado dan sambal. Menu yang tidak pernah dia makan saat dia di kantor dan di apartemen."Ada masalah di kantor?" Kakek meraih gelasnya dan meneguk minumannya perlahan."Tidak ada. JS Group aman di bawah kendali ahli warisnya." Sahutnya bangga."Delon sudah menikah, lalu kapan kau akan menyusulnya?" Tanya Kakek tiba-tiba."Kenapa tiba-tiba bahas pernikahan?" Nafsu makan Gavriel hilang karena pertanyaan itu."Kau bilang tidak ada masalah apapun di kantor, itu artinya kau bisa mencari perempuan yang bisa