"Kakek pikir, kau sudah menganggap Kakek mati." Kakek Andreas menatap Gavriel yang sedang menikmati makan malamnya. Sepulang kerja, dia memutuskan untuk pulang ke rumah Kakeknya. Sekalian untuk melihat keadaan Kakek.
Sudah hampir satu bulan dia tidak berkunjung, karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
"Aku cukup sibuk akhir-akhir ini." Katanya. Dia menikmati makanannya dengan lahap, dia merindukan masakan rumahan seperti ini, sop panas, dengan lauk ayam goreng, telor balado dan sambal. Menu yang tidak pernah dia makan saat dia di kantor dan di apartemen.
"Ada masalah di kantor?" Kakek meraih gelasnya dan meneguk minumannya perlahan.
"Tidak ada. JS Group aman di bawah kendali ahli warisnya." Sahutnya bangga.
"Delon sudah menikah, lalu kapan kau akan menyusulnya?" Tanya Kakek tiba-tiba.
"Kenapa tiba-tiba bahas pernikahan?" Nafsu makan Gavriel hilang karena pertanyaan itu.
"Kau bilang tidak ada masalah apapun di kantor, itu artinya kau bisa mencari perempuan yang bisa kau nikahi, kau mau Kakek mengatur kencan buta untukmu?"
"Kakek sudah tua, jangan memusingkan sesuatu yang bisa aku selesaikan sendiri. Nikmati saja masa tua Kakek, dan jangan lupa untuk check up. Sudah beberapakali Dokter Handoko menghubungiku, kakek selalu membatalkan jadwal untuk check up."
"Jangan mengalihkan topik pembicaraan. Umurmu sudah 30 tahun, sudah waktunya untuk menikah. Kenapa kau tidak menikah saja dengan gadis yang dulu pernah berkencan denganmu."
"Siapa? Aku tidak pernah berkencan dengan siapapun."
"Model JS Group. Dulu beritanya sangat heboh, ahli waris JS Group berkencan dengan seorang model ternama, siapa nama model itu?" Kakek Andreas mencoba mengingat nama model yang dulu bekerja untuk JS Group.
"Mantan model JS Group. Perempuan itu sudah membatalkan kontraknya dan sekarang JS Group sudah memiliki model yang baru."
"Kenapa di ganti? Bukankah karakternya cocok dengan produk-produk JS Group?" Tanya Kakek dengan alis berkerut. Dia ingat peningkatan penjualan brand JS Group sangat tinggi saat itu.
"Ada yang lebih cocok," Gavriel mengambil ponselnya lalu menunjukan foto Daniella padanya. "Karakternya cocok sekali dengan JS Group." Dia meyakinkan Kakek, jika penjualan produk terbaru mereka akan sama hasilnya bahkan lebih tinggi saat mereka menjadikan Daniella sebagai modelnya, apalagi kualitas produk mereka sangat bagus.
Kakeknya terdiam sebentar. "Sepertinya kakek pernah melihat dia." Kakek mengambil kacamata dan memakainya agar dia bisa melihat dengan jelas.
Gavriel mengulurkan tangannya untuk meminta ponselnya, namun Kakek Andreas tidak memberikannya karena dia masih memperhatikan wajah Daniella. Dia yakin pernah melihat dan bertemu dengan Daniella.
"Dia teman kuliah Gavriel. Mungkin Kakek pernah melihatnya saat upacara kelulusanku."
"Upacara kelulusan?" Kakek Andreas mencoba mengingat-ingat. "Ah, dia cucunya Michael." Katanya sambil tersenyum sumringah.
"Michael?"
"Ya, dia temanku."
Raut wajah Kakek terlihat senang dan Gavriel tau apa arti kesenangan di wajah Kakeknya itu.
"Jangan pernah berniat untuk menjodohkan aku dengannya. Aku tidak perduli entah Kakek berteman dengan Kakeknya atau apapun, jangan pernah menjodohkan aku dengannya." Gavriel menolak keras yang namanya perjodohan.
"Kenapa kau berpikir seperti itu? Kau mengatakannya karena kau mau Kakek melakukannya? Kakek akan melakukannya dengan senang hati."
"Aku menebak arti senyuman di wajah Kakek."
"Kalau kau mau di jodohkan, Kakek akan menghubungi Michael untuk mengatur semuanya. Seharusnya aku melakukannya sejak lama. Bagaimana bisa aku lupa kalau Michael punya seorang cucu yang cantik."
"Kalau Kakek melakukannya, silahkan cari penerus untuk JS Group."
Kakek langsung terdiam, ahli warisnya hanya Gavriel, dia tidak mungkin memberikan perusahaannya kepada orang lain. Sebelumnya juga Gavriel tidak ingin menjadi penerus Kakeknya, tetapi melihat perjuangannya untuk JS Group, akhirnya dia mengalah dan setuju.
Selesai makan dan berbincang dengan Kakek, Gavriel pergi ke kamarnya. Dia berbaring di kasur sambil memainkan ponselnya.
Sebuah pesan masuk membuatnya senang.
"Makanya, jangan berani menyentuh semua hal atau siapapun yang sudah menjadi milikku." Katanya.
***
"Nak, kau kenal Gavriel?" Tanya Kakek saat Daniella kembali dari rumah Agatha.
"Ya, dia teman sekampus Daniella. Kenapa Kakek tiba-tiba tanya tentang Gavriel?"
"Tidak apa-apa. Kakek hanya teringat saat menghadiri acara kelulusan kalian."
Kalau sudah tau satu kampus kenapa tanya lagi. Daniella menggerutu dalam hatinya.
"Bagaimana pemotretannya? Semuanya berjalan lancar?"
"Kok Kakek tau, hari ini aku ada pemotretan?" Daniella meletakan tasnya di sofa dan duduk di sebelah Kakeknya. "Kakek menyuruh orang untuk mengikutiku?" Tanya Daniella curiga. Karena, terkadang Kakek suka melakukan hal itu.
Kakek mengibaskan sebelah tangannya. "Pria yang tadi menjemputmu yang mengatakannya pada Kakek. Bagaimana pemotretannya? Bukannya menyenangkan bisa jadi bagian dari JS Group?"
Daniella menyenderkan kepalanya di bahu Kakek. Dia mengadu pada Kakek kalau dia sangat lelah dan merasa tidak di hargai selama pemotretan.
"Siapa yang mengatakannya? Berani-beraninya dia mengumpati cucuku." Kakek sangat marah, karena selama ini, dia tidak pernah marah pada Daniella, karena dia tau perasaan cucunya sangat rapuh.
"Aku sudah tidak apa-apa. Lagipula aku tidak akan melakukan pemotretan lagi. Hari ini aku melakukannya karena Gavriel."
Mendengar nama Gavriel, raut wajah Kakek berubah cerah.
"Dia yang memintamu menjadi model di perusahaannya?"
"Bukan meminta, lebih tepatnya menyuruh."
"Itu artinya hubungan kalian sudah sangat dekat?"
"Tidak. Kami tidak pernah dekat. Insiden 5 tahun lalu yang membuatku ku harus menuruti apa yang dia katakan."
"Insiden apa?"
Karena bukan soal uang, dia pun cerita pada Kakek, tentu saja dia akan menyembunyikan cerita tentang ciumannya.
"Wahh kalau begitu, kamu harus bertanggung jawab. Ini bukan masalah Kamu bisa mengganti semuanya dengan uang, tetapi ini tanggung jawab dan kewajiban kamu untuk membayarnya dengan cara apapun seperti yang kamu katakan dulu. Kamu harus bertanggung jawab untuk apa yang sudah kamu buat dan kamu ucapkan."
"Seandainya saat itu aku tidak mengucapkan kata-kata itu dan langsung mengganti semuanya dengan uang, pasti aku tidak akan terjebak dalam kehidupan Gavriel."
"Syukurlah, karena dulu kamu melakukan hal yang tepat."
Daniella mengangkat kepalanya dan menatap Kakek. "Kenapa Kakek malah bilang begitu? Kakek mau aku di tindas sama Gavriel?"
"Tidak, siapapun tidak boleh menindas cucu kesayanganku." Katanya.
"Aku mau ke kamar dulu, mau tidur mau ngilangin semua kepenatan hari ini. Kakek juga harus tidur sekarang, jangan kelamaan nonton TV." Dia mematikan televisi yang masih menyala dan menyuruh Kakek untuk kembali ke kamar.
Setibanya di kamar, Kakek tidak tidur. Dia tampak bahagia. Dia mengambil ponselnya dan menelpon Kakek Andreas.
"Kau tau, apa yang terjadi pada mereka adalah sebuah petunjuk kalau mereka berdua berjodoh. Kita harus bergerak cepat supaya mereka berdua selalu bertemu dan cinta bisa tumbuh di hati mereka." Kata Kakek Michael penuh semangat.
"Tapi, jangan sampai mereka tau kalau kita merencanakan perjodohan ini. Cucuku bisa ngamuk dan tidak mau meneruskan JS Group lagi. Kita harus membuat semuanya terjadi seperti sebuah kebetulan."
Kakek Michael yang sedang asyik telponan dengan Kakek Andreas, tiba-tiba terdiam ketika Daniella masuk ke kamarnya.
"Kakek telponan sama siapa? Ceria sekali." Tanya Daniella penasaran. Ia pergi kearah meja kecil yang ada di samping kasur Kakek, ia membuka lacinya dan mengeluarkan beberapa obat. Dia menatap Kakek seakan menyuruh Kakek untuk mengakhiri panggilannya dan minum obat.
Tanpa mengatakan apapun, Kakek langsung menutup telponnya.
"Aku seperti memergoki anak muda yang sedang jatuh cinta." Goda Daniella, karena ekspresi Kakek seperti anak muda yang ketahuan sedang pacaran sama Ibunya.
Kakek tidak menjawabnya, dia menerima obat yang sudah di siapkan oleh Daniella dan menelannya.
Kakek tiba-tiba menghela napas panjang.
"Seandainya kamu sudah menikah .... "
"Kakek mau minum lagi?" Tanya Daniella. "Kalau tidak, sekarang Kakek tidur dan jangan mikirin hal-hal aneh." Daniella menyuruh Kakek untuk baring ke kasur. Kakek menurut dan membiarkan Daniella menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Daniella akan selalu mengalihkan topik saat Kakek membicarakan soal pernikahan. Untuk sementara Kakek akan menjalankan rencananya dengan Kakek Andreas.
Buat semuanya seperti sebuah kebetulan.
Daniella merasa, ia baru saja memejamkan matanya, ketika ia di bangunkan oleh suara ponselnya yang terus menerus berbunyi. Rasa kantuk yang luar biasa membuat Daniella enggan menjawab telpon pagi itu dan memilih untuk melanjutkan tidurnya, setelah dia mematikan nada dering ponselnya.Daniella terbangun dari tidurnya di jam 1 siang, dia bangun setelah dia merasa kelaparan. Setelah tidur cukup lama, dia merasa badannya segar dan pikirannyapun tenang. Ini semua terjadi setelah semalam dia melakukan meditasi karena kesulitan untuk tidur.Hari ini Daniella akan menghabiskan waktunya di rumah saja, dia tidak ada rencana kemana-mana dan dia juga belum menemukan pekerjaan yang cocok dengannya. Sebelumnya, Daniella di suruh oleh Kakek Michael untuk membantu Om nya di perusahaan, dia pernah mencobanya selama satu bulan namun dia merasa jenuh karena rutinitas yang ia lakukan disana selalu sama. Kakek juga tidak memaksakannya untuk bekerja selama Kakek masih mampu untuk membiayai semua kebutuhann
"Aku akan membunuhnya sekarang juga!" Pria bertubuh tinggi, mengenakan jaket kulit dan topi baseball berdiri dari tempat duduknya ketika Daniella beranjak keluar. Pria itu tertawa sendiri, dia membayangkan sebuah kemenangan di depan matanya. Daniella pergi ke sebuah store yang menjual berbagai produk kecantikan, sebuah store yang di gandrungi oleh anak-anak muda karena produk-produk yang di jual sangat bagus dan harganya yang tidak terlalu mahal. Daniella melihat-lihat beberapa produk yang ingin dia beli, dia mencoba beberapa lipstik dan juga parfum. Dia juga melihat beberapa produk kecantikan dari JS Group. Produk dari JS mendapatkan perhatian public sejak Allena menjadi model mereka, karena rata-rata usia penggemar Allena dari remaja sampai yang Dewasa. Produk-produk dari JS Group di tulis sebagai produk yang terlaris disana. Daniella jadi berpikir apakah nanti produk yang terbaru dari JS Group akan mendapatkan popularitas yang sama saat dia menggantikan posisi Allena?"Eh, itu mod
"Dion tidak akan tinggal diam setelah kau membuat kekacauan seperti kemarin. Niatmu untuk menjaga Daniella malah menciptakan masalah baru dan menjadikan Daniella sebagai target Dion." Ray meniup-niup mie panas yang dia buat untuknya dan juga Gavriel. Ray mengambil sumpit serta mangkok dan memberikan pada Gavriel. Tanpa mengajak Gavriel untuk segera menyantap mienya, Ray langsung menyeruputnya dengan penuh semangat. Setelah memasukan satu seruputan mie kedalam mulutnya, dia kembali melihat Gavriel. Pria itu masih menyilangkan kedua tangannya dan tampak tak tertarik untuk menyantap mie yang sudah di sajikan untuknya. Wajahnya mengkerut, dan sesekali dia menggerutu kesal.Ray terus menyantap mie nya selagi panas, karena makan mie saat dingin, tidak enak menurut Ray. Dia mengabaikan segela gerutuan tak jelas yang keluar dari mulut Gavriel."Bagaimana dengan CCTV di studionya? Kau sudah membereskannya?" Tanya Gavriel. Kali ini dia meraih sumpit dan sendok lalu mengaduk-aduk mienya yang ma
Daniella baru pertama kali mengikuti casting, dia tidak mengerti sama sekali apa yang harus dia lakukan. Seandainya dia tau sebuah mantra yang bisa membuatnya rileks dan menyelesaikan proses casting itu, pasti dia tidak akan segrogi ini. Dia mendengar dari beberapa mulut staff disana, jika beberapa artis dan model ternama di tawarkan juga untuk mengikuti casting. "Bagaimana ini?" gumamnya, dia begitu cemas. Mendengar nama-nama para model ternama membuat rasa percaya dirinya hilang.Hal paling mudah yang di lakukan Daniella adalah saat proses pengenalan, dan pengambilan foto dari beberapa sudut, tentu saja pengambilan fotonya berbeda daripada saat dia menjadi model dari JS Group. Untuk beberapa tahapan Daniella tidak bisa melakukannya, dia sangat gugup. Semua yang ada disana tampak saling mengenal dan hanya dialah orang asing disana, tak ada yang menyemangati atau membuatnya lebih tenang. Dia tidak perduli dengan hasilnya, yang penting dia sudah melakukan sebisa mungkin apa yang di m
Siapa yang menduga jika Allena juga akan hadir disana? Yah Gavriel tau hubungan Allena dengan sang penyanyi, sepertinya penyanyi itu sendiri meminta Allena untuk menjadi modelnya. Allena begitu semangat saat proses casting, dia tersenyum berseri-seri dan bahagia. Dia beranggapan jika Gavriel datang kesana untuk mendukungnya. Apalagi dia tau jika project kali ini di dukung oleh JS Group. "Aku sangat senang, karena kamu mau meluangkan waktumu untuk datang kesini dan mendukungku." Matanya bersinar saat berbicara dengan Gavriel. "Aku tidak datang untuk mendukungmu." Sahutnya dingin. Tulang rahangnya mengeras saat dia tau Daniella sudah melakukan proses casting sejak tadi. Saat ini dia masih menunggu jawaban dari Ray, kemana perginya Daniella, karena dia sudah menghubungi Daniella tetapi nomornya tidak bisa di hubungi. Dia juga menghubungi Agatha untuk menanyakan Daniella, namun Agatha bilang Daniella tidak bersamanya, begitu juga dengan Zeva. Setelah menunggu selama hampir 10 menit,
Kakek mengamati Gavriel secara perlahan, dia merasa ada sesuatu yang ingin di katakan oleh cucunya itu, apalagi dia datang menemuinya malam-malam seperti ini. Ada hal yang ingin di katakan oleh Gavriel, namun sudah hampir sepuluh menit Gavriel duduk di ruang tengah bersama Kakek Andreas dia tidak mengatakan apapun dan hanya terdengar tarikan napas berat. Tampaknya Gavriel sedang mempertimbangkan apa yang akan dia katakan pada Kakek Andreas. "Apa terjadi sesuatu di kantor?" Tanya Kakek, walau dia yakin tujuan Gavriel datang bukan karena itu, Gavriel tidak akan memberitahu Kakeknya jika ada masalah apapun di kantor karena dia bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Dia kembali bertanya "Dokter Handoko memberi laporan baru padamu tentang kondisi kesehatan Kakek?" Tebaknya lagi. Dia berpikir dua hal itulah yang membuat Gavriel terlihat tak tenang. "Ada yang Kakek sembunyikan dariku?" Dia balik bertanya penuh selidik pada Kakek. Dia menatap Kakeknya dalam dan tidak membiarkan Kakek mengali
Zeva mendatangi Daniella ke rumahnya setelah dia mendapat kabar dari Anthonio jika Daniella akan menikah. Dia ingin mengamuk karena dia tau tentang pernikahan sahabatnya dari orang lain. "Siapa pria yang akan dia nikahi? kenapa dia tidak menceritakan apapun padaku?" keluh Zeva. Dia merasa kesal karena hal itu. "Awas saja kau Daniella, bisa-bisanya kau menyembunyikan hal ini dariku!" Zeva melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah Daniella. Dia tidak sabar ingin mengamuk pada sahabatnya itu. "Siapa yang mengatakannya? Aku belum ada rencana untuk menikah." Daniella melempar hoodienya dengan kesal ke atas kasur, dan mengenai Zeva yang duduk bersila disana. Saat itu dia sedang membereskan pakaiannya, beberapa barangnya juga masih berserakan di lantai dan diatas kasurnya. "Anthonio. Dia menelponmu dan pria yang akan menikahimu yang menerima teleponnya. Ah, sekarang aku tau kenapa kau tidak membalas pesanku dan beberapa kali aku menghubungimu kau tidak bisa di hubungi sama sekali. P
Selain menikmati secangkir kopi di pagi hari, Daniella juga menyempatkan diri untuk berolahraga, kadang dia work out di rumah atau pergi ke Gim. Pagi ini, dia memilih untuk lari pagi, mengintari jalanan kompleks perumahannya. Dia harus menjaga staminanya dan memastikan bentuk tubuhnya tetap terjaga, apalagi setelah obrolannya semalam dengan Zeva. Sebagai seorang model, Daniella harus menjaga badannya dan staminanya. Badan yang bagus akan mendukung performancenya. Daniella sudah siap dengan pakaian olahraganya yang serba hitam dan celana pendek memamerkan kakinya yang jenjang. Sebelum memulai aktifitasnya pagi itu, dia melakukan sedikit peregangan, merentangkan kedua tangannya, memutar-mutar kepalanya, mengangkat dan memutar kaki. Setelah melakukan pemanasan, Daniella memakai Earphone di kedua telinganya dan mulai berlari melintasi jalanan kompleks rumahnya yang masih sepi. Pagi itu hanya terlihat beberapa asisten rumah tangga yang sedang membersihkan halaman rumah, suasana jalanan ya
Tujuh hari setelah pemakaman Daniella, Gavriel menemui Kakek Andreas dan menyatakan langkah yang akan dia ambil. "Kenapa kamu seperti ini? jika kamu pergi, bagaimana dengan Kakek?" tanya Kakek Andreas. Dia begitu terkejut saat mendengar keinginan Gavriel untuk pergi ke Luar Negri dan tinggal di sebuah Desa yang terkenal dengan pertaniannya. "Biarkan aku pergi Kakek. Alberto yang akan membantu Kakek mengurus perusahaan. Aku akan kembali jika ..." "Jika apa? jika perasaan bersalahmu menghilang? jika kau sudah menjalani hukumanmu? jangan bodoh Gavriel! semua yang terjadi bukan karena kesalahanmu. Pihak kepolisian juga sudah menyelidiki semuanya. Apa yang terjadi memang sebuah kecelakaan!!!" teriak Kakek. Namun seperti apapun keinginan Kakek untuk menahannya pada akhirnya Gavriel tetap memilih untuk pergi. Setelah dia pamit pada Kakeknya, dia pergi ke makam Daniella. Disana ada banyak bunga-bunga segar yang di letakan diatas makamnya. Gavriel duduk disana dalam diam, dia tak mampu
Sungguh mengejutkan mendengar berita tentang Daniella dan Anthonio yang kecelakaan di sebuah daerah yang jaraknya sekitar dua jam dari Labuan Bajo. Sekujur tubuh Gavriel terasa lemas, dia tak berdaya mendapati kabar mengerikan itu. Dia tidak pernah berpikir hal mengerikan seperti ini harus datang pada dirinya. Gavriel hanya tertunduk lemas di dalam ruangannya gelap, dia menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan yang menimpa Daniella, baginya semua yang terjadi karena dirinya, seandainya saja dia tidak hadir di dalam kehidupan Daniella dan tidak memaksakan Daniella untuk ada di sampingnya, semuanya tak akan terjadi. Alberto masuk kedalam ruangan, memberitahu Gavriel jika Kakek Andreas dan Kakek Michael sudah tiba, dan jenasah Daniella juga akan tiba di Jakarta sekitar jam 7 malam nanti. Gavriel tidak berani menemui mereka, dia marah pada dirinya sendiri dia tidak bisa melakukan apa yang telah dia janjikan pada Kakek Michael. Dia tidak bisa menjaga Daniella. Kakek Andreas menemuiny
Cuaca panas langsung menerjang kulit Daniella. Di depan pintu kedatangan Bandara Labuan Bajo, sudah banyak supir Travel yang mengantri dan menawarkan jasa mereka. Seorang pria berbadan besar menerobos kerumunan para supir travel itu dan mengambil koper milik Anthonio. Pria berbadan besar itu salah satu orang kepercayaan Anthonio yang akan membawa mereka menuju lokasi yang akan mereka tuju. Daniella melangkah mengikuti langkah Kaki Anthonio, karena pria terus menggenggam tangan Daniella dan tidak membiarkan Daniella melangkah jauh darinya. Mereka menuju parkiran mobil yang berada di depan Bandara. Beberapa orang yang melihat Daniella saat itu, terus memperhatikan wajahnya dengan seksama, seakan-akan mereka penasaran akan sesuatu. Daniella masuk kedalam mobil, dia dan Anthonio duduk di bangku penumpang. Setelah pria berbadan besar itu meletkan barang-barang milik Anthonio di bagasi, dia juga masuk kedalam mobil dan duduk di balik kemudinya. "Perjalanan menuju ke kota Ruteng, bisa kit
"Kenapa kamu baru memberitahuku sekarang? kenapa kamu membiarkan Anthonio membawa pergi Daniella?" Suaranya terdengar marah, dia juga panik mengetahui Daniella bersama Anthonio. Orang suruhan Ray, yang biasanya mengawasi dan menjaga Daniella saat Gavriel tidak ada, kini telah tumbang. Anthonio memang tak main-main menghabisi siapapun yang berusaha menghalanginya. Lebih mengerikannya lagi saat Gavriel juga mendengar kabar tentang Sana yang juga tewas di tangan Anthonio. "Lalu kemana dia membawa pergi Daniella? Jawab! aku harus menemuinya sekarang juga." "Aku minta maaf Gavriel, karena sampai sekarang aku belum menemukannya. Aku akan mengabarimu segera jika aku mendapatkan informasi tentang keberadaan mereka." "Aku kasih waktu kamu satu jam. Temui keberadaan mereka!" Gavriel menutup teleponnya dan berteriak kesal di dalam ruang kerjanya. Suasana hatinya begitu kacau, dia sangat mencemaskab Daniella. Pintu ruangannya terbuka, Alberto masuk bersama Allena yang terlihat begitu takut di
Gavriel tidak memberitahu Daniella tentang Zeva yang dia duga bersekongkol dengan Anthonio. Dia juga tidak membahas lagi tentang masalah Anthonio, dia membiarkan Daniella menjalani hari-harinya yang sedang suka berkebun dan belajar memasak. Namun, semua kesenangan mereka berakhir ketika Zeva datang ke rumah Anthonio. "Gavriel yang memberitahuku jika kamu disini. Awalnya dia enggan memberitahuku tentang keberadaanmu karena dia takut jika Anthonio memhetahui keberadaanmu." Itulah yang Zeva katakan ketika dia bertemu dengan Daniella. Daniella tidak mencurigai apapun. Dia hanya merasa bahagia karena sudah bertemu dengan Zeva. Keduanya salung melepaskan rindu, dan berbagi cerita tentang segala hal yang mereka lalui. "Aku tidak tau jika Anthonio bersikap mengerikan seperti itu. Aku menyesal sudah mengenalkanmu padanya." Ungkap Zeva tulus. Dia mengatakannya dengan bersungguh-sungguh. Daniella menggelengkan kepalanya, "Ini bukan salah kamu. Kita berdua jika tidak akan tau jika Anthonio
Setelah menemui Gavriel. Zeva pergi menemui Anthonio. Dia menyampaikan semua hal yang dia dapatkan dari Gavriel, tidak ada yang dia lebihkan dan dia kurang-kurangi. "Kau yakin dengan ucapanmu?" Anthonio merasa ragu dengan jawaban yang di sampaikan oleh Zeva. Dia pun melanjutkan. "Kau tau konsekuensinya jika kau membohingiku Zeva. Perusahaan milik Ayahmu yang akan menjadi taruhannya." Zeva menahan kekesalannya. Kini dia merasa menyesal karena dia pernah menjodohkan Daniella dengan Anthonio. Rupanya, pria itu lebih buruk dari apa yang dia dengar selama ini. Demi urusan pribadinya, dia bahkan berusaha untuk menghancurkan perusahaan milik Ayahnya Zeva. "Aku bertemu dengan Allena di perusahaan Gavriel. Aku juga mendengar pembicaraan Gavriel dengan sekretarisnya tentang kontrak kerjasama mereka dengan Allena." Anthonio menyipitkan matanya. Dia tidak tau mengenai kontrak kerjasama yang di maksud oleh Zeva. Dia tidak mau penasaran dan langsung menghubungi seseorang yang dia percaya un
Mobil Gavriel baru saja tiba di depan kantornya, dia turun dari Mobil dan salah seorang staffnya masuk kedalam mobil, menggantikan Gavriel untuk memarkir mobilnya. Baru saja dia hendak masuk kedalam kantornya, dia mendengar seorang wanita berteriak memanggilnya. Gavriel menghentikan langkahnya dan melihat Zeva berlari menemui Gavriel. "Sepertinya ada hal penting yang mau kamu sampaikan, sehingga kamu datang menemuiku di kantor." Kata Gavriel. "Kamu pasti tau hal apa yang membawaku kesini. Aku ingin menanyakan keadaan Daniella. Dimana dia? kenapa aku tidak bisa menghubunginya?" Zeva bertanya penuh selidik dan tidak mengalihkan pandangannya dari mata Gavriel, dia ingin tau apakah Gavriel berkata jujur atau tidak padanya. "Apakah dia tidak memberitahumu apa yang terjadi saat dia di Jepang?" tanya Gavriel. Dia ingin memancing Zeva, apakah Anthonio pernah mengatakan sesuatu padanya tentang Daniella. Kemana dia selama ini? kenapa dia baru datang sekarang? Zeva tidak bertanya lebih
Daniella merasakan sesuatu berhembus di wajahnya. Saat ia membuka mata, ia kaget mendapatkan wajah Gavriel berada di atas wajahnya. Dengan cepat, ia mendorong wajah Gavriel menjauh dari wajahnya. "Kenapa kamu disini?" teriak Daniella dengan wajah ketakutan. "Pergi!" teriaknya. Wajahnya berkeringat dan badannya gemetar. "Sayang, kamu kenapa? heiii ini aku Sayang." Kata Gavriel mencoba menenangkan Daniella. Sepertinya dia mengalami mimpi buruk, karena teriakannya juga Gavriel terbangun dari tidurnya. Daniella langsung memeluk tubuh Gavriel dengan erat. Dia lega karena hal buruk itu hanya ada dalam mimpinya. Gavriel mengusap lembut punggung Daniella dan menenangkannya. "Aku bermimpi, jika Anthonio mencelakai kamu, dan dia ingin melakukan hal buruk juga padaku." "Itu hanya mimpi buruk, aku akan selalu ada di sampingmu dan memastikan hal buruk yang kamu takutkan tak akan pernah terjadi. Anthonio atau siapapun tidak akan pernah bisa menyentuhmu." "Kamu tidak boleh terluka! kam
Gavriel menggulung lengan kemejanya, lalu menarik kursi dan duduk di balik meja kerjanya. Jarum jam sudah menunjukan pukul delapan malam, namun dia masih sibuk dengan pekerjaannya. Hari ini ada begitu banyak masalah pekerjaan yang harus dia selesaikan setelah dia meeting dengan beberapa Manager di kantornya. Hari ini, dia bahkan tidak sempat memikirkan permasalahannya dengan Anthonio. Dia juga bahkan belum menelpon Daniella, terakhir kali dia menelpon saat Daniella baru bangun tidur, ada banyak juga pesan dan telepon yang dia abaikan dari Ray dan juga Kakek. Suara ketukan pintu terdengar, Alberto masuk ke dalam ruangan sambil membawa beberapa dokumen yang perlu dia laporkan pada Gavriel. Wajah dari Alberto juga tak kalah kusut dan lelah dari Gavriel, hari ini mereka begitu bekerja keras. Dia meletalan dokumen yang dia bawa di atas meja, lalu dia menjelaskan beberapa hal pada Gavriel saat Gavriel membuka dokumen tersebut. "Apakah saya perlu pesankan makan malam?" tanya Alberto pad