"Dion tidak akan tinggal diam setelah kau membuat kekacauan seperti kemarin. Niatmu untuk menjaga Daniella malah menciptakan masalah baru dan menjadikan Daniella sebagai target Dion." Ray meniup-niup mie panas yang dia buat untuknya dan juga Gavriel. Ray mengambil sumpit serta mangkok dan memberikan pada Gavriel. Tanpa mengajak Gavriel untuk segera menyantap mienya, Ray langsung menyeruputnya dengan penuh semangat. Setelah memasukan satu seruputan mie kedalam mulutnya, dia kembali melihat Gavriel. Pria itu masih menyilangkan kedua tangannya dan tampak tak tertarik untuk menyantap mie yang sudah di sajikan untuknya. Wajahnya mengkerut, dan sesekali dia menggerutu kesal.
Ray terus menyantap mie nya selagi panas, karena makan mie saat dingin, tidak enak menurut Ray. Dia mengabaikan segela gerutuan tak jelas yang keluar dari mulut Gavriel. "Bagaimana dengan CCTV di studionya? Kau sudah membereskannya?" Tanya Gavriel. Kali ini dia meraih sumpit dan sendok lalu mengaduk-aduk mienya yang masih mengeluarkan uap panas. Dia menunduk dan menyeruput mienya. "Tenang saja, aku tidak menyisahkan apapun yang bisa di jadikan bukti oleh Dion." Sahut Ray. Dia mengangkat mangkoknya dan meneguk kuah mie nya sampai habis. Ray menatap Gavriel dan sedikit curiga padanya. Gavriel yang merasa sedang di tatap, mengangkat wajahnya. "Apa?" "Kau menyukai Daniella kan?" Tebak Ray. "Aku memang tidak tau seperti apa hubungan kalian di masalalu, menurutku dia bukan sekedar teman kuliah bagimu." "Tidak." Jawabnya singkat. "Kau yakin? Kalau kau tidak menyukainya, kau tidak akan menyuruh orang untuk mengikuti Daniella. Kau juga tidak akan menyuruhku menghancurkan studio foto Dion, hanya karena dia membentak model dari perusahaanmu." "Aku melakukannya karena dia model dari JS Group." "Kau tidak melakukan hal seperti ini untuk model JS Group yang lama." "Hal itu baru terpikirkan sekarang. Aku harus memperhatikan setiap orang yang bekerja denganku. Apa sudah ada laporan dari orangmu?" "Tentang siapa? Daniella? Kenapa kau tidak bertanya langsung pada Daniella?" Gavriel mengangkat wajahnya dan menatap Ray dengan mata melotot. "Kau mau aku bunuh?" Tanya Gavriel. "Tadi aku tidak mengantarnya pulang karena masih ada urusan mendesak di kantor." Kata Gavriel. Sebelumnya dia kembali ke kantor untuk membahas produk baru yang sebentar lagi mereka release. Banyak yang menantikan produk itu, apalagi dengan ikon yang baru. Ray mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang, dia meminta laporan dari orang yang dia hubungi. "Apa katanya?" Tanya Gavriel setelah Ray menutup telponnya. "Dia pergi dengan seorang pria." Ray memberikan ponselnya pada Gavriel, dan menunjukan video yang baru dia terima dari orang suruhannya. Gavriel memperhatikan orang tersebut. "Anthonio?" Gumamnya. Dia kenal dengan Anthonio karena perusahaan Anthonio merupakan Distributor dari perusahaannya. "Kenapa dia bisa kenal Anthonio?" Dia melihat Ray, dan tatapannya seperti sebuah perintah agar Ray mencaritahu itu semua. "Kau tidak ingin menghampirinya? Mereka sedang makan malam di sebuah hotel mewah dan kalau kau kesana kau akan menghabiskan sekitar 2 jam perjalanan." Ledek Ray. Gavriel kesal dengan ledekan Ray dan menyuruh Ray untuk melaporkan hal sekecil apapun padanya. Gavriel sudah tidak tertarik lagi untuk menyantap mie nya dan memilih untuk kembali ke apartemennya. Dalam perjalanan pulang, dia selalu bertanya-tanya kenapa Daniella bisa kenal Anthonio? Pria itu memang sangat bagus untuk masalah pekerjaan tetapi dia seorang pemain wanita. Cemas jika Daniella akan terbuai oleh Anthonio, dia pun menelpon Daniella dan sengaja ingin membuat suasana hati Daniella kacau. "Kau dimana?" Tanya Gavriel ketika panggilannya sudah terhubung. "Kenapa lama sekali mengangkat telponku?" "Aku mengangkat telponmu saat deringan pertama, apa itu masih kurang cepat?" "Jawab pertanyaanku, kau dimana?" "Aku di rumah." Jawab Daniella berbohong. Dia takut Gavriel akan menghampirinya jika dia berkata jujur. "Jangan membohongiku." Nada bicaranya terdengar marah. "Aku sedang makan malam dengan temanku ..." panggilan berakhir setelah Daniella mengatakan hal itu, bahkan saat Gavriel menghubunginya lagi, ponsel Daniella sudah mati. Sial! Apa Anthonio begitu penting baginya? *** Sejak Anthonio menjemput Daniella dan mengantar Daniella pulang, dia terus menerus memuji Daniella, mengagumi kecantikan perempuan itu. Dia pandai mengolah kata. Daniella tentu saja merona mendengar pujian Anthonio, dia tampan dan tutur katanya bagus. "Kau memang cocok menjadi model dari JS Group. Mereka memilih orang yang tepat." Puji Anthonio. Daniella tertawa malu-malu. Dia tidak menyahuti banyak ucapan Anthonio karena dia merasa lelah untuk menjawabnya. Anthonio selalu berbicara banyak hal. Jika saja Zeva tidak memaksanya untuk pergi dengan Anthonio, dia lebih memilih untuk diam di kamarnya sambil menonton film. Mereka tiba di depan rumah Daniella, sebelum Daniella turun, Anthoni sudah turun lebih awal dan membukakan pintu untuk Daniella. "Terima kasih." "Sama-sama Daniella. Terima kasih karena malam ini, kamu mau menemaniku makan malam." Daniella kembali tersenyum dan melambaikan tangannya saat Anthonio pergi darisana. "Whoahh, wajahmu bahagia sekali Daniella. Tampaknya kau bersenang-senang malam ini." Suara Gavriel membuat Daniella terperanjat. Dia kaget melihat Gavriel ada disana. Apa dia membuntutiku? Pikirnya. "Apa yang kau lakukan disini Gavriel?" "Menunggumu! Kau menutup telponku begitu saja, padahal aku ingin menyampaikan hal penting padamu. Sepertinya, kau tidak ingin aku menganggu waktu kencanmu sampai kau sengaja matikan ponselmu." Tanyanya sinis. Daniella mengambil ponselnya dari dalam tas, ia tidak mematikan ponselnya tetapi ponselnya kehabisan batrei. "Batrei ponselku habis!" Dia menunjukannya pada Gavriel, dia tidak mau kalau Gavriel berpikir yang tidak-tidak padanya. "Info penting apa yang mau kau sampaikan?" "Besok kau harus ikut Casting. Aku sudah kirimkan alamatnya padamu." "Kau datang kesini hanya untuk mengatakan hal ini? Kau bisa mengirim pesan padaku!" Kata Daniella, karena jadwal dan lokasi yang sebelumnya di infokan oleh Sutradara berubah. Gavriel belum sempat menjawab ketika sebuah mobil berhenti di dekat mereka. Gavriel tau betul mobil itu milik siapa, dia semakin yakin ketika si pengendara mobil itu keluar dan membukakan pintu untuk seorang di bangku penumpang. Itu mobil kakeknya, karena dia melihat jelas wajah supir Kakeknya. Setelah pintu penumpang di buka, Kakek Michael turun. "Loh, Kakek baru pulang?" Tanya Daniella melihat Kakeknya turun dari mobil. "Kakek sama siapa?" Daniella ingin mengintip siapa orang yang ada di mobil. Konyol sekali jika Kakeknya kencan lagi, apalagi Kakeknya pergi tanpa memberitahukan Daniella. "Ada Nak Gavriel. Kalian baru pulang juga?" Tanya Kakek Michael dengan senyuman cerah di wajahnya. "Senang sekali bisa melihat kalian berdua." Gavriel mengangguk pelan, dia menyalami Kakek Michael, berbicara sebentar dan menanyakan kabar, setelah itu dia pergi kearah mobil yang di tumpangi Kakek Michael, di ikuti tatapan Daniella. "Wah kebetulan sekali ada cucu ku disini." Kakek Andreas berbicara tanpa melihat Gavriel. Dia takut dengan ancaman Gavriel. "Kakek kenal Kakeknya Gavriel?" Tanya Daniella. Kakek menganggukan kepala dan bilang kalau hari ini mereka bertemu di rumah sakit saat Check up. Dia beralasan. "Kita selesaikan semuanya di rumah." Kata Gavriel pada Kakeknya. Gavriel menutup pintu mobil dan pamit pergi pada Daniella dan Kakek Michael. Daniella memperhatikan ekspresi Gavriel, dia tau betul kekesalan di wajah pria itu. Sepeninggalan Gavriel, Kakek Andreas turun dari mobil dan menyapa Daniella. "Sungguh sebuah kebetulan, bagaimana bisa cucu kita bisa saling mengenal satu sama lain?" Tanya Kakek Andreas penuh basa-basi. "Dulu mereka satu kampus." Sahut Kakek Michael. "Ah iya? Maklumlah, Kakek ini sudah tua jadi suka lupa." Kata Kakek Andreas. Lupa? Keluh Daniella. Bagaimana bisa lupa kalau mereka berdua masih bisa bertemu seperti ini? Mereka juga masih saling mengingat tentang pertemuan mereka saat acara kelulusan mereka. Kakek Michael dan Kakek Andreas tidak melanjutkan obrolan mereka tentang kedua cucu mereka, mereka sengaja karena takut jika kedua cucu mereka akan melakukan pemberontakan. Kakek Andreas pamit pulang dan memberitahu Kakek Michael jika mereka berdua harus bertemu 2 hari lagi untuk pesta pernikahan dari cucu sahabat mereka. "Aku nggak tau kalau Kakek sedekat itu sama Kakek Andreas." Kata Daniella sambil merangkul Kakeknya masuk kedalam rumah. "Kakek sudah kenal sejak lama, karena kesibukan kami jarang bertemu." Tadinya Daniella curiga kalau Kakek akan berbicara tentang rencana perjodohan, namun pemikirannya salah, Kakek tidak mengatakan hal itu. Bukannya dia menginginkan hal itu, hanya saja hal yang sering terjadi saat kedua orang tua atau Kakek dan Nenek sahabatan, mereka akan menjodohkan anak ataupun cucu mereka. Daniella berharap pemikiran Kakeknya tidak menuju arah perjodohan, karena dia tidak bisa membayangkan kalau dia di jodohkan dengan Gavriel.Daniella baru pertama kali mengikuti casting, dia tidak mengerti sama sekali apa yang harus dia lakukan. Seandainya dia tau sebuah mantra yang bisa membuatnya rileks dan menyelesaikan proses casting itu, pasti dia tidak akan segrogi ini. Dia mendengar dari beberapa mulut staff disana, jika beberapa artis dan model ternama di tawarkan juga untuk mengikuti casting. "Bagaimana ini?" gumamnya, dia begitu cemas. Mendengar nama-nama para model ternama membuat rasa percaya dirinya hilang.Hal paling mudah yang di lakukan Daniella adalah saat proses pengenalan, dan pengambilan foto dari beberapa sudut, tentu saja pengambilan fotonya berbeda daripada saat dia menjadi model dari JS Group. Untuk beberapa tahapan Daniella tidak bisa melakukannya, dia sangat gugup. Semua yang ada disana tampak saling mengenal dan hanya dialah orang asing disana, tak ada yang menyemangati atau membuatnya lebih tenang. Dia tidak perduli dengan hasilnya, yang penting dia sudah melakukan sebisa mungkin apa yang di m
Siapa yang menduga jika Allena juga akan hadir disana? Yah Gavriel tau hubungan Allena dengan sang penyanyi, sepertinya penyanyi itu sendiri meminta Allena untuk menjadi modelnya. Allena begitu semangat saat proses casting, dia tersenyum berseri-seri dan bahagia. Dia beranggapan jika Gavriel datang kesana untuk mendukungnya. Apalagi dia tau jika project kali ini di dukung oleh JS Group. "Aku sangat senang, karena kamu mau meluangkan waktumu untuk datang kesini dan mendukungku." Matanya bersinar saat berbicara dengan Gavriel. "Aku tidak datang untuk mendukungmu." Sahutnya dingin. Tulang rahangnya mengeras saat dia tau Daniella sudah melakukan proses casting sejak tadi. Saat ini dia masih menunggu jawaban dari Ray, kemana perginya Daniella, karena dia sudah menghubungi Daniella tetapi nomornya tidak bisa di hubungi. Dia juga menghubungi Agatha untuk menanyakan Daniella, namun Agatha bilang Daniella tidak bersamanya, begitu juga dengan Zeva. Setelah menunggu selama hampir 10 menit,
Kakek mengamati Gavriel secara perlahan, dia merasa ada sesuatu yang ingin di katakan oleh cucunya itu, apalagi dia datang menemuinya malam-malam seperti ini. Ada hal yang ingin di katakan oleh Gavriel, namun sudah hampir sepuluh menit Gavriel duduk di ruang tengah bersama Kakek Andreas dia tidak mengatakan apapun dan hanya terdengar tarikan napas berat. Tampaknya Gavriel sedang mempertimbangkan apa yang akan dia katakan pada Kakek Andreas. "Apa terjadi sesuatu di kantor?" Tanya Kakek, walau dia yakin tujuan Gavriel datang bukan karena itu, Gavriel tidak akan memberitahu Kakeknya jika ada masalah apapun di kantor karena dia bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Dia kembali bertanya "Dokter Handoko memberi laporan baru padamu tentang kondisi kesehatan Kakek?" Tebaknya lagi. Dia berpikir dua hal itulah yang membuat Gavriel terlihat tak tenang. "Ada yang Kakek sembunyikan dariku?" Dia balik bertanya penuh selidik pada Kakek. Dia menatap Kakeknya dalam dan tidak membiarkan Kakek mengali
Zeva mendatangi Daniella ke rumahnya setelah dia mendapat kabar dari Anthonio jika Daniella akan menikah. Dia ingin mengamuk karena dia tau tentang pernikahan sahabatnya dari orang lain. "Siapa pria yang akan dia nikahi? kenapa dia tidak menceritakan apapun padaku?" keluh Zeva. Dia merasa kesal karena hal itu. "Awas saja kau Daniella, bisa-bisanya kau menyembunyikan hal ini dariku!" Zeva melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah Daniella. Dia tidak sabar ingin mengamuk pada sahabatnya itu. "Siapa yang mengatakannya? Aku belum ada rencana untuk menikah." Daniella melempar hoodienya dengan kesal ke atas kasur, dan mengenai Zeva yang duduk bersila disana. Saat itu dia sedang membereskan pakaiannya, beberapa barangnya juga masih berserakan di lantai dan diatas kasurnya. "Anthonio. Dia menelponmu dan pria yang akan menikahimu yang menerima teleponnya. Ah, sekarang aku tau kenapa kau tidak membalas pesanku dan beberapa kali aku menghubungimu kau tidak bisa di hubungi sama sekali. P
Selain menikmati secangkir kopi di pagi hari, Daniella juga menyempatkan diri untuk berolahraga, kadang dia work out di rumah atau pergi ke Gim. Pagi ini, dia memilih untuk lari pagi, mengintari jalanan kompleks perumahannya. Dia harus menjaga staminanya dan memastikan bentuk tubuhnya tetap terjaga, apalagi setelah obrolannya semalam dengan Zeva. Sebagai seorang model, Daniella harus menjaga badannya dan staminanya. Badan yang bagus akan mendukung performancenya. Daniella sudah siap dengan pakaian olahraganya yang serba hitam dan celana pendek memamerkan kakinya yang jenjang. Sebelum memulai aktifitasnya pagi itu, dia melakukan sedikit peregangan, merentangkan kedua tangannya, memutar-mutar kepalanya, mengangkat dan memutar kaki. Setelah melakukan pemanasan, Daniella memakai Earphone di kedua telinganya dan mulai berlari melintasi jalanan kompleks rumahnya yang masih sepi. Pagi itu hanya terlihat beberapa asisten rumah tangga yang sedang membersihkan halaman rumah, suasana jalanan ya
Gavriel barusaja tiba di kantornya, ketika dia mendapat kabar dari Sutradara terkait hasil casting yang di ikuti oleh Daniella. Sutradara memberitahu Gavriel jika yang terpilih untuk menjadi model video clipnya adalah Allena. Sang Sutradara menjelaskan beberapa hal pada Gavriel kenapa Daniella tidak bisa mendapatkan peran itu. Walaupun dia kesal, tetapi Gavriel tetap menerima hasilnya, jika dia tetap memaksakan Daniella yang menjadi model Video Clip, nantinya hal itu membuat Daniella akan di hujat akibat aktingnya yang buruk. Dia pun mengakui kalau Allena memang bagus dalam berakting dan pilihan sang Sutradara sudah benar. "Setidaknya, Daniella sudah mencoba melakukannya." Dia bergumam.Gavriel sedang memeriksa beberapa file, ketika Alberto masuk ke ruangannya. "Ini ada laporan-laporan yang Bapak minta. Datanya juga sudah kami cocokan dengan data-data penjualan dari cabang." Alberto meletakan tumpukan laporan di depan meja Gavriel setelah itu Alberto keluar dari ruangan Gavriel.G
Malam itu, Daniella tampil cantik dan memikat, dia mengenakan dress panjang warna hitam dengan belahan pinggir yang menunjukan kaki jenjangnya, dia menggerai rambut panjangnya yang sudah dia curly. Daniella tersenyum kecil, melihat pantulan dirinya yang seperti Kendal Jenner, dia menggunakan make up yang tipis. Walaupun hanya makan malam dengan sang Kakek, dia selalu berpenampilan cantik. Dia takut jika saat mereka makan malam mereka akan bertemu dengan teman ataupun kenalan Kakek. "Kakek nggak boleh tau, tentang luka-luka ini." Gumamnya. Dia tau betul, Kakeknya akan heboh dan panik kalau dia tau Daniella sedang terluka. Sampai sekarang, Daniella tidak bisa membawa sepeda dan mengendarai motor, karena Kakeknya tidak mau dia terluka. Untuk mengendarai mobil saja, prosesnya begitu panjang. Jika tau dia terluka karena lari, Kakek akan menyuruhnya untuk tidak melakukan kegiatan itu lagi. Daniella mengisi tas kecilnya dengan bedak, lipgloss dan sisir kedalam tas kecilnya, dia berpikir s
Kakek Andreas sangat bahagia melihat Cucu dan calon istri cucunya datang bersama. Raut wajahnya yang bahagia membuat Gavriel mendesis pelan. "Kau menyuruhku untuk bersikap biasa-biasa saja. Kenapa wajahmu seperti itu pada Kakekmu?" bisik Daniella pada Gavriel. "Tadi kau menuduhku, kau bilang ini adalah bagian dari rencanaku. Sekarang kau bisa melihat dengan jelas, siapa yang merencanakan semuanya." Mereka memperhatikan ekspresi bahagia dia wajah Kakek mereka dan terlihat dengan jelas kalau mereka yang merencanakan semua ini. "Jadi, percakapan di telepon tadi hanyalah sebuah sandiwara? Ck! mereka sangat berbakat." "Bagaimana kabarmu, Nak?" Tanya Kakek Andreas pada Daniella. "Kakek sangat senang karena kamu mengijinkan Kakek dan Gavriel gabung dengan kalian." "Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Kakek?" tanya Daniella. Dia berusaha mengontrol ekspresi di wajahnya. Dia kesal dengan permainan Kakeknya dan Kakek Andreas. "Tidak apa-apa Kakek. Aku senang karena Kakek mau bergabung.
Tujuh hari setelah pemakaman Daniella, Gavriel menemui Kakek Andreas dan menyatakan langkah yang akan dia ambil. "Kenapa kamu seperti ini? jika kamu pergi, bagaimana dengan Kakek?" tanya Kakek Andreas. Dia begitu terkejut saat mendengar keinginan Gavriel untuk pergi ke Luar Negri dan tinggal di sebuah Desa yang terkenal dengan pertaniannya. "Biarkan aku pergi Kakek. Alberto yang akan membantu Kakek mengurus perusahaan. Aku akan kembali jika ..." "Jika apa? jika perasaan bersalahmu menghilang? jika kau sudah menjalani hukumanmu? jangan bodoh Gavriel! semua yang terjadi bukan karena kesalahanmu. Pihak kepolisian juga sudah menyelidiki semuanya. Apa yang terjadi memang sebuah kecelakaan!!!" teriak Kakek. Namun seperti apapun keinginan Kakek untuk menahannya pada akhirnya Gavriel tetap memilih untuk pergi. Setelah dia pamit pada Kakeknya, dia pergi ke makam Daniella. Disana ada banyak bunga-bunga segar yang di letakan diatas makamnya. Gavriel duduk disana dalam diam, dia tak mampu
Sungguh mengejutkan mendengar berita tentang Daniella dan Anthonio yang kecelakaan di sebuah daerah yang jaraknya sekitar dua jam dari Labuan Bajo. Sekujur tubuh Gavriel terasa lemas, dia tak berdaya mendapati kabar mengerikan itu. Dia tidak pernah berpikir hal mengerikan seperti ini harus datang pada dirinya. Gavriel hanya tertunduk lemas di dalam ruangannya gelap, dia menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan yang menimpa Daniella, baginya semua yang terjadi karena dirinya, seandainya saja dia tidak hadir di dalam kehidupan Daniella dan tidak memaksakan Daniella untuk ada di sampingnya, semuanya tak akan terjadi. Alberto masuk kedalam ruangan, memberitahu Gavriel jika Kakek Andreas dan Kakek Michael sudah tiba, dan jenasah Daniella juga akan tiba di Jakarta sekitar jam 7 malam nanti. Gavriel tidak berani menemui mereka, dia marah pada dirinya sendiri dia tidak bisa melakukan apa yang telah dia janjikan pada Kakek Michael. Dia tidak bisa menjaga Daniella. Kakek Andreas menemuiny
Cuaca panas langsung menerjang kulit Daniella. Di depan pintu kedatangan Bandara Labuan Bajo, sudah banyak supir Travel yang mengantri dan menawarkan jasa mereka. Seorang pria berbadan besar menerobos kerumunan para supir travel itu dan mengambil koper milik Anthonio. Pria berbadan besar itu salah satu orang kepercayaan Anthonio yang akan membawa mereka menuju lokasi yang akan mereka tuju. Daniella melangkah mengikuti langkah Kaki Anthonio, karena pria terus menggenggam tangan Daniella dan tidak membiarkan Daniella melangkah jauh darinya. Mereka menuju parkiran mobil yang berada di depan Bandara. Beberapa orang yang melihat Daniella saat itu, terus memperhatikan wajahnya dengan seksama, seakan-akan mereka penasaran akan sesuatu. Daniella masuk kedalam mobil, dia dan Anthonio duduk di bangku penumpang. Setelah pria berbadan besar itu meletkan barang-barang milik Anthonio di bagasi, dia juga masuk kedalam mobil dan duduk di balik kemudinya. "Perjalanan menuju ke kota Ruteng, bisa kit
"Kenapa kamu baru memberitahuku sekarang? kenapa kamu membiarkan Anthonio membawa pergi Daniella?" Suaranya terdengar marah, dia juga panik mengetahui Daniella bersama Anthonio. Orang suruhan Ray, yang biasanya mengawasi dan menjaga Daniella saat Gavriel tidak ada, kini telah tumbang. Anthonio memang tak main-main menghabisi siapapun yang berusaha menghalanginya. Lebih mengerikannya lagi saat Gavriel juga mendengar kabar tentang Sana yang juga tewas di tangan Anthonio. "Lalu kemana dia membawa pergi Daniella? Jawab! aku harus menemuinya sekarang juga." "Aku minta maaf Gavriel, karena sampai sekarang aku belum menemukannya. Aku akan mengabarimu segera jika aku mendapatkan informasi tentang keberadaan mereka." "Aku kasih waktu kamu satu jam. Temui keberadaan mereka!" Gavriel menutup teleponnya dan berteriak kesal di dalam ruang kerjanya. Suasana hatinya begitu kacau, dia sangat mencemaskab Daniella. Pintu ruangannya terbuka, Alberto masuk bersama Allena yang terlihat begitu takut di
Gavriel tidak memberitahu Daniella tentang Zeva yang dia duga bersekongkol dengan Anthonio. Dia juga tidak membahas lagi tentang masalah Anthonio, dia membiarkan Daniella menjalani hari-harinya yang sedang suka berkebun dan belajar memasak. Namun, semua kesenangan mereka berakhir ketika Zeva datang ke rumah Anthonio. "Gavriel yang memberitahuku jika kamu disini. Awalnya dia enggan memberitahuku tentang keberadaanmu karena dia takut jika Anthonio memhetahui keberadaanmu." Itulah yang Zeva katakan ketika dia bertemu dengan Daniella. Daniella tidak mencurigai apapun. Dia hanya merasa bahagia karena sudah bertemu dengan Zeva. Keduanya salung melepaskan rindu, dan berbagi cerita tentang segala hal yang mereka lalui. "Aku tidak tau jika Anthonio bersikap mengerikan seperti itu. Aku menyesal sudah mengenalkanmu padanya." Ungkap Zeva tulus. Dia mengatakannya dengan bersungguh-sungguh. Daniella menggelengkan kepalanya, "Ini bukan salah kamu. Kita berdua jika tidak akan tau jika Anthonio
Setelah menemui Gavriel. Zeva pergi menemui Anthonio. Dia menyampaikan semua hal yang dia dapatkan dari Gavriel, tidak ada yang dia lebihkan dan dia kurang-kurangi. "Kau yakin dengan ucapanmu?" Anthonio merasa ragu dengan jawaban yang di sampaikan oleh Zeva. Dia pun melanjutkan. "Kau tau konsekuensinya jika kau membohingiku Zeva. Perusahaan milik Ayahmu yang akan menjadi taruhannya." Zeva menahan kekesalannya. Kini dia merasa menyesal karena dia pernah menjodohkan Daniella dengan Anthonio. Rupanya, pria itu lebih buruk dari apa yang dia dengar selama ini. Demi urusan pribadinya, dia bahkan berusaha untuk menghancurkan perusahaan milik Ayahnya Zeva. "Aku bertemu dengan Allena di perusahaan Gavriel. Aku juga mendengar pembicaraan Gavriel dengan sekretarisnya tentang kontrak kerjasama mereka dengan Allena." Anthonio menyipitkan matanya. Dia tidak tau mengenai kontrak kerjasama yang di maksud oleh Zeva. Dia tidak mau penasaran dan langsung menghubungi seseorang yang dia percaya un
Mobil Gavriel baru saja tiba di depan kantornya, dia turun dari Mobil dan salah seorang staffnya masuk kedalam mobil, menggantikan Gavriel untuk memarkir mobilnya. Baru saja dia hendak masuk kedalam kantornya, dia mendengar seorang wanita berteriak memanggilnya. Gavriel menghentikan langkahnya dan melihat Zeva berlari menemui Gavriel. "Sepertinya ada hal penting yang mau kamu sampaikan, sehingga kamu datang menemuiku di kantor." Kata Gavriel. "Kamu pasti tau hal apa yang membawaku kesini. Aku ingin menanyakan keadaan Daniella. Dimana dia? kenapa aku tidak bisa menghubunginya?" Zeva bertanya penuh selidik dan tidak mengalihkan pandangannya dari mata Gavriel, dia ingin tau apakah Gavriel berkata jujur atau tidak padanya. "Apakah dia tidak memberitahumu apa yang terjadi saat dia di Jepang?" tanya Gavriel. Dia ingin memancing Zeva, apakah Anthonio pernah mengatakan sesuatu padanya tentang Daniella. Kemana dia selama ini? kenapa dia baru datang sekarang? Zeva tidak bertanya lebih
Daniella merasakan sesuatu berhembus di wajahnya. Saat ia membuka mata, ia kaget mendapatkan wajah Gavriel berada di atas wajahnya. Dengan cepat, ia mendorong wajah Gavriel menjauh dari wajahnya. "Kenapa kamu disini?" teriak Daniella dengan wajah ketakutan. "Pergi!" teriaknya. Wajahnya berkeringat dan badannya gemetar. "Sayang, kamu kenapa? heiii ini aku Sayang." Kata Gavriel mencoba menenangkan Daniella. Sepertinya dia mengalami mimpi buruk, karena teriakannya juga Gavriel terbangun dari tidurnya. Daniella langsung memeluk tubuh Gavriel dengan erat. Dia lega karena hal buruk itu hanya ada dalam mimpinya. Gavriel mengusap lembut punggung Daniella dan menenangkannya. "Aku bermimpi, jika Anthonio mencelakai kamu, dan dia ingin melakukan hal buruk juga padaku." "Itu hanya mimpi buruk, aku akan selalu ada di sampingmu dan memastikan hal buruk yang kamu takutkan tak akan pernah terjadi. Anthonio atau siapapun tidak akan pernah bisa menyentuhmu." "Kamu tidak boleh terluka! kam
Gavriel menggulung lengan kemejanya, lalu menarik kursi dan duduk di balik meja kerjanya. Jarum jam sudah menunjukan pukul delapan malam, namun dia masih sibuk dengan pekerjaannya. Hari ini ada begitu banyak masalah pekerjaan yang harus dia selesaikan setelah dia meeting dengan beberapa Manager di kantornya. Hari ini, dia bahkan tidak sempat memikirkan permasalahannya dengan Anthonio. Dia juga bahkan belum menelpon Daniella, terakhir kali dia menelpon saat Daniella baru bangun tidur, ada banyak juga pesan dan telepon yang dia abaikan dari Ray dan juga Kakek. Suara ketukan pintu terdengar, Alberto masuk ke dalam ruangan sambil membawa beberapa dokumen yang perlu dia laporkan pada Gavriel. Wajah dari Alberto juga tak kalah kusut dan lelah dari Gavriel, hari ini mereka begitu bekerja keras. Dia meletalan dokumen yang dia bawa di atas meja, lalu dia menjelaskan beberapa hal pada Gavriel saat Gavriel membuka dokumen tersebut. "Apakah saya perlu pesankan makan malam?" tanya Alberto pad