Daniella yang masih terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba di bangunkan dengan deringan ponselnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia mengulurkan tangannya keluar dari selimut dan meraba-raba meja kecil yang ada di samping kasurnya. Dia terus meraba sampai dia mendapatkan ponselnya. Tanpa melihat siapa yang menelponnya pagi itu, dia langsung menjawab panggilan itu dengan suara parau.
"Selamat Pagi Daniella. Saya Alberto dari JS Group." Pria di telpon itu memperkenalkan dirinya. Suaranya terdengar gagah dan berwibawa.
JS Group? Apakah aku pernah melamar pekerjaan disana? JS group perusahaan apa? Pikirnya.
"Ya?" Sahutnya.
"20 menit lagi, mobil dari perusahaan kami akan tiba di rumah anda. Mohon untuk segera bersiap-siap."
Takut telpon penipuan, Daniella langsung mengakhiri panggilannya. "Dasar orang kurang kerjaan, pagi-pagi begini dia sudah menipu orang." Gumamnya sambil mencoba untuk tidur lagi. Namun isi kepalanya saat itu di penuhi dengan JS Group. JS Group? Dia pernah mendengarnya, kapan dan dimana dia lupa. Karena rasa penasarannya ia bangun dan melakukan pencarian di ponselnya. Saat dia mengetik JS Group, nama Gavriel muncul disana.
Akhirnya dia tau dan ingat, jika Gavriel adalah ahli waris dari JS Group. Gavriel? Mengingat nama dan wajah pria itu, dia kembali teringat dengan kejadian ketika Gavriel memunguti kondom yang terjatuh dari tasnya."Untuk apa orang dari JS Group menelponku? Apa mungkin Gavriel menyuruh staffnya untuk mengembalikan kondom?" Ia bertanya-tanya dan menjawab sendiri dengan jawaban konyol dalam pikirannya yang kemudian langsung dia tepis. Karena tidak menemukan jawaban apapun. Dia mencoba menelpon Zeva, meminta pendapat dari sahabatnya itu, namun Zeva tidak menjawab panggilannya sama sekali. Dia belum mendapatkan jawaban apapun, ketika Bibi yang bekerja di rumahnya memanggil sambil mengetuk pintu kamar Daniella.
"Non, di bawah ada tamu."
"Tamu? Siapa Bi?" Tanya Daniella.
"Nggak tau Non. Orangnya lagi ngobrol sama Kakek."
Daniella bergegas turun dari kamarnya untuk menemui tamu tersebut. "Masa iya itu orang dari JS Group?" Pikirnya.
Di ruang tamu, Kakek sedang berbicara dengan seorang pria yang bernama Alberto, pria itu yang menelpon Daniella beberapa saat lalu. Sungguh tepat waktu, dia mengestimasikan perjalanannya dengan tepat. Tak hanya suaranya yang gagah, Alberto memang sangat berwibawa dan rapi, usianya juga mungkin terpaut tiga atau empat tahun dari Daniella.
"Daniella, kau menemui tamu dengan pakaian seperti itu?" Tanya Kakek, melihat Daniella masih mengenakan pakaian tidurnya. "Ganti pakaianmu." Seru Kakek.
"Tidak apa-apa Pak, kami tidak ada waktu lagi, jadi kami harus segera pergi sekarang, karena lokasi pekerjaannya cukup jauh darisini." Katanya dengan sopan.
Pergi kemana? Daniella bingung. Diatas meja dia melihat sebuah kartu nama, bisa di tebak itu adalah kartu nama Alberto.
Alberto berdiri dan memperkenalkan diri pada Daniella. "Saya Alberto, sekretaris dari Pak Gavriel."
Daniella menelan ludah mendengar nama itu, apa yang sudah terjadi sampai Gavriel menyuruh sekretaris pribadinya datang menemui Daniella? Semalam tidak terjadi interaksi apapun antara Daniella dan Gavriel, dan menurut ingatannya dia tidak ada masalah apapun dengan pria itu. Masa iya gara-gara kondom?
Seakan mengerti kebingungan di wajah Daniella, Alberto pun menelpon seseorang yang dia yakini bisa menjawab segala pertanyaan Daniella.
"Ya Pak. Saya sudah bersamanya." Kata Alberto, kemudian dia memberikan ponselnya kepada Daniella. Dengan ragu Daniella menerima ponsel tersebut dan mendengarkan suara seorang pria dari sebrang sana.
"Sudah waktunya bagimu untuk membayar apa yang sudah kau lakukan 5 tahun yang lalu." Suara berat Gavriel terdengar.
Membayar apa? Daniella tidak pernah memiliki hutang apapun pada pria itu. Keluarga Daniella juga keluarga berada yang mencukupi semua hal yang di inginkan Daniella. Hutang apa sampai Gavriel baru menagihnya 5 tahun kemudian?
"Hutang apa?" Tanya Daniella dengan suara merendah. Dia tidak ingin Kakeknya mendengar obrolannya. "Aku tidak pernah meminjam apapun padamu." Katanya.
"Kau lupa, kalau kau sudah mengambil ciuman pertamaku? Kau juga sudah membuat tanganku terluka, dan kaki ku pincang. Kau harus membayar mahal seperti yang kau ucapkan saat itu, kau bilang kau akan membayar dan menebus kesalahanmu dengan cara apapun." Gavriel sengaja menekankan kalimatnya.
Astaga! Kini dia mengingat semuanya. Ciuman yang tak di sengaja saat Daniella jatuh di tangga apartemen Agatha. Saat itu, Daniella baru saja pulang menemui Agatha yang sedang sakit, karena lift di apartemen itu tidak bisa di gunakan, akhirnya dia turun menggunakan tangga. Dia yang asyik memainkan ponselnya, tidak memperhatikan langkahnya saat turun, hingga membuatnya terjatuh. Dan tidak ada yang menduga, dari arah bawah ada Gavriel dan Delon yang ingin naik. Sial menimpa Gavriel karena tubuh Daniella menghantam tubuhnya dan keduanya terguling bersama. Ciuman yang tak terduga itupun mendarat di bibir Gavriel.
Hal itu terjadi sudah lama sekali, bahkan Daniella sudah melupakannya. Kenapa sekarang Gavriel mengungkitnya lagi?
"Ikuti Alberto, dan lakukan apa yang dia katakan. Kau akan tau akibatnya jika kau menolaknya." Perintah dan ancaman langsung menghujamnya. Dia memang harus membayar apa yang sudah dia lakukan dengan cara apapun seperti yang dia katakan saat itu.
Daniella memberikan ponselnya pada Alberto.
"Tunggu sebentar. Aku ambil barang-barangku dulu." Katanya dengan wajah pasrah. Inilah akibatnya jika tidak langsung menuntaskan masalah lima tahun yang lalu.Dia tidak tau apa yang akan Gavriel lakukan padanya, sebelum ia meninggalkan rumah ia pamit pada Kakeknya. "Kakek tau kan, aku sangat menyayangi Kakek?" Katanya. Dia mengatakan seakan-akan dia tidak akan kembali ke rumah itu lagi. Image Gavriel sudah sangat mengerikan bagi Daniella, jadi dia berpikir berurusan dengan Gavriel seperti masuk dalam sebuah kematian tragis.
***
Daniella tiba di sebuah studio pemotretan, orang-orang disana terlihat sibuk dan melihat kehadiran Daniella disana semuanya tampak lega. Daniella langsung diarahkan ke ruangan Make up, dia kembali di rias. Sebelumnya, dalam perjalanan menuju studio pemotretan, Alberto memberitahu Daniella kalau dia akan menjadi model untuk produk kecantikan yang akan di keluarkan oleh JS Group. Daniella yang tidak memiliki keterampilan sebagai seorang model tentu saja ingin menolaknya, namun dia kembali teringat dengan ancaman Gavriel. Dia menghela napas panjang, jika pemotretannya gagal, maka yang akan kena omelan dari Gavriel adalah dia.
"Kenapa harus aku? Rasanya tidak mungkin jika JS Group tidak sanggup membayar seorang model profesional." Pertanyaan Daniella saat itu tidak di jawab oleh Alberto. Namun Alberto meyakinkan Daniella, jika model yang di pilih yang di pilih oleh Gavriel adalah yang terbaik.
Selama di rias, Daniella mendengar para perias yang ada di ruangan itu bilang, kalau seharusnya yang menjadi model saat itu adalah Allena. Entah karena apa, dia tiba-tiba membatalkanya bahkan rela mengganti rugi uang pembatalan kontrak. Ganti rugi yang cukup mahal. Tampaknya masalah internal yang terjadi antara Allena dan Gavriel, sehingga Allena rela membayar semua uang ganti ruginya.
Mendengar namanya saja Daniella langsung pesimis, dia tidak percaya diri dan tak berani menggantikan pekerjaan yang seharusnya di lakukan oleh Allena yang di kenal sebagai seorang model terkenal, yang memang sudah lama berkecimpung di bidang itu.
"Tidak apa-apa, kau hanya perlu mengikuti apa yang di katakan oleh photographernya." Para perias berusaha untuk menenangkan Daniella. Mereka mengamati betapa nervousnya Daniella.
Soal kecantikan, Daniella merasa dia sebanding dengan Allena. Badannya kurus, tingginya mencapai 1.8M, rambut panjangnya lurus terurai berwarna coklat pekat, dia juga memiliki senyuman yang memikat, tetapi soal kemampuan? Daniella meragukan dirinya sendiri.
Semua di buktikan dengan teriakan dari Photographer yang begitu frustasi karena Daniella tidak bisa melakukannya dengan baik. Photographer itu bahkan memaki siapa yang sudah menyarankan Daniella menjadi model. Daniella menahan tangisnya, karena ini adalah kali pertama dia di bentak di depan umum.
Keheningan terjadi, ketika suara yang di takuti muncul disana.
"Aku yang menyuruhya. Ada masalah?" Tanya Gavriel. Dia melipat tangan di depan dadanya dan menatap sang Photographer dengan penuh amarah. "Apa dengan membentaknya pekerjaanmu langsung selesai? Dengan memakinya dia bisa melakukan apa yang kau katakan? Aku membayarmu bukan untuk membentak modelku."
Photographer tidak mengatakan apapun. Dan setelah tau kalau Daniella di pilih Gavriel suasana di lokasi pemotretan menjadi tenang.
Daniella berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya saat itu, dia ingin pulang dan meluapkan segala perasaannya nanti.
Gavriel masih berdiri disana, dia memperhatikan pemotretan itu sampai selesai.
Daniella melihat Gavriel hendak pergi, dengan tergesa-gesa Daniella berlari menghampirinya.
"Kenapa kau menyuruhku melakukan hal yang tidak pernah aku lakukan?" Tanya Daniella kesal. "Kau melakukannya dengan sengaja, agar aku di permalukan seperti ini?"
"Kau sendiri yang bilang akan membayar dengan cara apapun. Aku hanya menagihnya." Gavriel menahan diri.
"Berarti sekarang semuanya sudah lunas. Aku tidak mau lagi berurusan denganmu."
"Kata siapa sudah lunas? Kau baru membayar biaya pengobatan tanganku. Kau masih harus membayar biaya pengobatan kakiku dan ciuman pertamaku yang sudah kau ambil."
"Eh." Daniella melompat mundur. Dan mengasihani dirinya sendiri.
Habislah kau Daniella.
"Kenapa? Kau pikir biaya pengobatanku murah? Bukan hanya itu saja, aku juga membuang banyak waktu setelah kecelakaan itu. Begitu banyak kerugian yang aku dapatkan saat itu."
"Berapa yang harus aku bayar?"
"Kau tau betul, uangku begitu banyak. Jadi, berhati-hatilah saat kau membicarakan masalah uang denganku. Aku takut kau tak akan mampu."
"Jangan menghinaku."
"Aku tidak menghina, aku hanya mengatakan yang sesungguhnya." Saat itu dia bahkan berkata jika dia memiliki saham di perusahaan milik Kakek Daniella yang sekarang sedang di kelola oleh Om nya Daniella.
Daniella mengepalkan kedua tangannya, benar-benar mimpi buruk bertemu lagi dengan pria itu.
Gavriel melihat hasil pemotretan yang sudah di lakukan oleh Daniella. Matanya mulai menjelajah setiap detail hasil pemotretan. Senyum cerah di wajah Daniella, lekuk tubuhnya yang indah dan wajahnya yang begitu cantik membuatnya terbuai. Sepertinya Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan Daniella, rambutnya yang indah seperti hasil kreasi para peri. Dia tiba-tiba terdiam dan mengingat kembali tentang perlakuan sang Photographer pada Daniella.Gavriel mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang. Alamat studio foto dan sebuah kalimat: Kau tau apa yang harus kau lakukan.Dia tidak mau ada orang lain yang berkata kasar pada Daniella, hanya dia saja yang boleh melakukannya. Gavriel terdiam, mengingat segala ucapan dan perlakuannya pada Daniella. Dia merasa dia begitu keterlaluan, tetapi menurutnya dia harus melakukannya agar dia bisa dekat dengan perempuan itu.Gavriel kembali menatap foto-foto Daniella di komputernya, dia semakin mengagumi perempuan itu. Saat itu dia memperbe
"Kakek pikir, kau sudah menganggap Kakek mati." Kakek Andreas menatap Gavriel yang sedang menikmati makan malamnya. Sepulang kerja, dia memutuskan untuk pulang ke rumah Kakeknya. Sekalian untuk melihat keadaan Kakek.Sudah hampir satu bulan dia tidak berkunjung, karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan."Aku cukup sibuk akhir-akhir ini." Katanya. Dia menikmati makanannya dengan lahap, dia merindukan masakan rumahan seperti ini, sop panas, dengan lauk ayam goreng, telor balado dan sambal. Menu yang tidak pernah dia makan saat dia di kantor dan di apartemen."Ada masalah di kantor?" Kakek meraih gelasnya dan meneguk minumannya perlahan."Tidak ada. JS Group aman di bawah kendali ahli warisnya." Sahutnya bangga."Delon sudah menikah, lalu kapan kau akan menyusulnya?" Tanya Kakek tiba-tiba."Kenapa tiba-tiba bahas pernikahan?" Nafsu makan Gavriel hilang karena pertanyaan itu."Kau bilang tidak ada masalah apapun di kantor, itu artinya kau bisa mencari perempuan yang bisa
Daniella merasa, ia baru saja memejamkan matanya, ketika ia di bangunkan oleh suara ponselnya yang terus menerus berbunyi. Rasa kantuk yang luar biasa membuat Daniella enggan menjawab telpon pagi itu dan memilih untuk melanjutkan tidurnya, setelah dia mematikan nada dering ponselnya.Daniella terbangun dari tidurnya di jam 1 siang, dia bangun setelah dia merasa kelaparan. Setelah tidur cukup lama, dia merasa badannya segar dan pikirannyapun tenang. Ini semua terjadi setelah semalam dia melakukan meditasi karena kesulitan untuk tidur.Hari ini Daniella akan menghabiskan waktunya di rumah saja, dia tidak ada rencana kemana-mana dan dia juga belum menemukan pekerjaan yang cocok dengannya. Sebelumnya, Daniella di suruh oleh Kakek Michael untuk membantu Om nya di perusahaan, dia pernah mencobanya selama satu bulan namun dia merasa jenuh karena rutinitas yang ia lakukan disana selalu sama. Kakek juga tidak memaksakannya untuk bekerja selama Kakek masih mampu untuk membiayai semua kebutuhann
"Aku akan membunuhnya sekarang juga!" Pria bertubuh tinggi, mengenakan jaket kulit dan topi baseball berdiri dari tempat duduknya ketika Daniella beranjak keluar. Pria itu tertawa sendiri, dia membayangkan sebuah kemenangan di depan matanya. Daniella pergi ke sebuah store yang menjual berbagai produk kecantikan, sebuah store yang di gandrungi oleh anak-anak muda karena produk-produk yang di jual sangat bagus dan harganya yang tidak terlalu mahal. Daniella melihat-lihat beberapa produk yang ingin dia beli, dia mencoba beberapa lipstik dan juga parfum. Dia juga melihat beberapa produk kecantikan dari JS Group. Produk dari JS mendapatkan perhatian public sejak Allena menjadi model mereka, karena rata-rata usia penggemar Allena dari remaja sampai yang Dewasa. Produk-produk dari JS Group di tulis sebagai produk yang terlaris disana. Daniella jadi berpikir apakah nanti produk yang terbaru dari JS Group akan mendapatkan popularitas yang sama saat dia menggantikan posisi Allena?"Eh, itu mod
"Dion tidak akan tinggal diam setelah kau membuat kekacauan seperti kemarin. Niatmu untuk menjaga Daniella malah menciptakan masalah baru dan menjadikan Daniella sebagai target Dion." Ray meniup-niup mie panas yang dia buat untuknya dan juga Gavriel. Ray mengambil sumpit serta mangkok dan memberikan pada Gavriel. Tanpa mengajak Gavriel untuk segera menyantap mienya, Ray langsung menyeruputnya dengan penuh semangat. Setelah memasukan satu seruputan mie kedalam mulutnya, dia kembali melihat Gavriel. Pria itu masih menyilangkan kedua tangannya dan tampak tak tertarik untuk menyantap mie yang sudah di sajikan untuknya. Wajahnya mengkerut, dan sesekali dia menggerutu kesal.Ray terus menyantap mie nya selagi panas, karena makan mie saat dingin, tidak enak menurut Ray. Dia mengabaikan segela gerutuan tak jelas yang keluar dari mulut Gavriel."Bagaimana dengan CCTV di studionya? Kau sudah membereskannya?" Tanya Gavriel. Kali ini dia meraih sumpit dan sendok lalu mengaduk-aduk mienya yang ma
Daniella baru pertama kali mengikuti casting, dia tidak mengerti sama sekali apa yang harus dia lakukan. Seandainya dia tau sebuah mantra yang bisa membuatnya rileks dan menyelesaikan proses casting itu, pasti dia tidak akan segrogi ini. Dia mendengar dari beberapa mulut staff disana, jika beberapa artis dan model ternama di tawarkan juga untuk mengikuti casting. "Bagaimana ini?" gumamnya, dia begitu cemas. Mendengar nama-nama para model ternama membuat rasa percaya dirinya hilang.Hal paling mudah yang di lakukan Daniella adalah saat proses pengenalan, dan pengambilan foto dari beberapa sudut, tentu saja pengambilan fotonya berbeda daripada saat dia menjadi model dari JS Group. Untuk beberapa tahapan Daniella tidak bisa melakukannya, dia sangat gugup. Semua yang ada disana tampak saling mengenal dan hanya dialah orang asing disana, tak ada yang menyemangati atau membuatnya lebih tenang. Dia tidak perduli dengan hasilnya, yang penting dia sudah melakukan sebisa mungkin apa yang di m
Siapa yang menduga jika Allena juga akan hadir disana? Yah Gavriel tau hubungan Allena dengan sang penyanyi, sepertinya penyanyi itu sendiri meminta Allena untuk menjadi modelnya. Allena begitu semangat saat proses casting, dia tersenyum berseri-seri dan bahagia. Dia beranggapan jika Gavriel datang kesana untuk mendukungnya. Apalagi dia tau jika project kali ini di dukung oleh JS Group. "Aku sangat senang, karena kamu mau meluangkan waktumu untuk datang kesini dan mendukungku." Matanya bersinar saat berbicara dengan Gavriel. "Aku tidak datang untuk mendukungmu." Sahutnya dingin. Tulang rahangnya mengeras saat dia tau Daniella sudah melakukan proses casting sejak tadi. Saat ini dia masih menunggu jawaban dari Ray, kemana perginya Daniella, karena dia sudah menghubungi Daniella tetapi nomornya tidak bisa di hubungi. Dia juga menghubungi Agatha untuk menanyakan Daniella, namun Agatha bilang Daniella tidak bersamanya, begitu juga dengan Zeva. Setelah menunggu selama hampir 10 menit,
Kakek mengamati Gavriel secara perlahan, dia merasa ada sesuatu yang ingin di katakan oleh cucunya itu, apalagi dia datang menemuinya malam-malam seperti ini. Ada hal yang ingin di katakan oleh Gavriel, namun sudah hampir sepuluh menit Gavriel duduk di ruang tengah bersama Kakek Andreas dia tidak mengatakan apapun dan hanya terdengar tarikan napas berat. Tampaknya Gavriel sedang mempertimbangkan apa yang akan dia katakan pada Kakek Andreas. "Apa terjadi sesuatu di kantor?" Tanya Kakek, walau dia yakin tujuan Gavriel datang bukan karena itu, Gavriel tidak akan memberitahu Kakeknya jika ada masalah apapun di kantor karena dia bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Dia kembali bertanya "Dokter Handoko memberi laporan baru padamu tentang kondisi kesehatan Kakek?" Tebaknya lagi. Dia berpikir dua hal itulah yang membuat Gavriel terlihat tak tenang. "Ada yang Kakek sembunyikan dariku?" Dia balik bertanya penuh selidik pada Kakek. Dia menatap Kakeknya dalam dan tidak membiarkan Kakek mengali