"Daniella! Aku tidak perduli apapun alasanmu, kamu harus ikut denganku. Kita tak sekedar menghadiri pesta pernikahan Agatha, tetapi ini kesempatan kita untuk bertemu dengan pria keren yang sudah kita impikan sejak lama. Lupakan saja betapa muaknya kamu dengan segala hal buruk yang terjadi akhir-akhir ini." Zeva membujuk Daniella untuk ikut dengannya.
Daniella bukanlah tipe orang yang suka menghadiri pesta pernikahan, bertemu dengan orang-orang yang membuatnya harus memaksakan senyuman di wajahnya. Dia juga malas untuk basa-basi dengan orang baru. Di awal pertemuan dia akan terlihat seperti seorang yang pendiam, namun sesungguhnya dia periang dan bawel, tetapi dia juga gampang sedih dan terpukul saat ada sesuatu yang menyakiti hatinya.
"Nggak mau Ze! Aku males banget pergi ke nikahan orang." Dia menujukan betapa enggannya dia untuk datang ke pesta pernikahan. Dia malas jika nanti dia datang dan bertemu dengan orang-orang yang dia kenal, pasti akan ada pertanyaan yang di tujukan untuknya.
Kapan nyusul?
Jangan pilih-pilih loh, ingat umur.
Sebenarnya apa yang kamu cari? Kamu itu cantik, bisa loh kamu dapatkan pria yang kamu mau.
Ada banyak pertanyaan lain yang akan membuatnya kesal.
"Ini kesempatanmu, untuk menemukan pasanganmu sendiri, daripada kamu harus di jodohkan oleh Kakekmu. Ini bukan pernikahan orang, ini pernikahan Agatha, teman kuliah kita. Atau, kamu mau menikah dengan pria yang di jodohkan oleh Kakekmu? Percayalah, pasangan di jodohkan itu tak akan sesuai dengan kriteria yang kita mau."
Daniella memang sedang di paksa oleh Kakeknya untuk segera menikah dengan pria yang tepat menurut Kakeknya, Kakeknya juga sudah membuat banyak janji untuk pertemuan mereka tetapi tak sekalipun Daniella datang untuk menemui pria itu. Dia tidak suka kencan buta, dia tidak suka basa-basi dan dia tidak suka di jodohkan karena menurutnya dia masih mampu untuk mendapatkan pria yang dia mau.
Setelah di bujuk rayu dengan berbagai cara, akhirnya Daniella setuju untuk datang ke nikahan teman kuliahnya.
Zeva yang berhasil membujuknya tampak senang, ia mulai memilih pakaian yang akan di kenakan oleh Daniella, dia merias wajah Daniella dan menata rambutnya. Zeva memiliki semua hal yang di inginkan oleh banyak perempuan, dia kaya, Cantik, wajahnya putih bersih, banyak pria yang mengaguminya, karirnya pun sangat bagus. Saat ini dia seorang Direktur yang cukup di segani. Daniella yang sudah bersahabat dengannya sejak lama, pernah bilang pada Zeva: Jika nanti aku terlahir kembali sebagai seorang pria, aku akan mengencanimu. Ucapan yang membuat Zeva bergidik ngeri.
"Cantiknya.. kau terlihat seperti seorang model. Pasti banyak pria-pria keren yang akan terpesona dengan kecantikanmu." Zeva menatap Daniella dengan wajah berbinar-binar. Dia sendiri jatuh cinta dengan hasil riasnya malam itu.
"Aku nggak mau sama pria keren."
"Diihh, gegayaan ngomong begitu. Nanti kalau udah ketemu juga pasti kepincut. Pokoknya malam ini kau akan bertemu dengan pria keren yanh sudah lama kamu impikan dan minggu depan kau sudah bisa membawanya untuk bertemu dengan Kakekmu."
"Terserahlah!" Kata Daniella. Dia menatap pantulan dirinya di kaca, dan sedikit pangling dengan wajahnya sendiri. Dia jarang di makeup full seperti ini, biasanya dia hanya memakai make up sederhana dan terlihat natural di wajahnya, rambutnya juga di tata begitu cantik, walau biasanya dia hanya menggerai rambut panjangnya atau di cepol berantakan.
"Kau butuh ini?" Tanya Zeva sambil menunjukan sesuatu yang membuat mata Daniella melotot. Melihat reaksi Daniella, ia pun berkata "Mungkin kau mau langsung melakukan percobaan saat pertemuan pertama mu."
"Kau gila. Darimana kau mendapatkannya?" Dia merebut kondom yang ada di tangan Zeva dan memperhatikan barang itu. "Apa enaknya pakai barang ini?"
"Tadinya aku mau memberikan kondom sebagai hadiah pernikahan Agatha, hanya untuk iseng-iseng doang. Tiba-tiba kepikiran sama kamu dan memutuskan untuk membeli lebih."
"Sialan, aku nggak butuh ini." Katanya sambil menaruh barang tersebut di tas kecilnya.
"Hanya untuk berjaga-jaga. Kau tau kan apa yang di katakan oleh anak-anak jaman sekarang saat perempuan cantik seperti kita belum menikah?"
"Apa yang mereka katakan?"
"Bukannya Kakak nggak laku, hanya saja Kakak kurang gatel sama cowok."
"Bukan karena kita memilih dan menunggu pria keren idaman kita?"
"Kalau pria keren itu datang dan kita tidak gatel, maka pria keren itu akan di rebut oleh perempuan gatel. Kau tidak lihat betapa gilanya Agatha untuk mendapatkan Delon?"
Betul juga, pikir Daniella. Agatha tidak akan menikah dengan Delon jika dia tidak gatel dan melakukan hal gila pada Delon.
"Bersiaplah untuk mendapatkan pria idamanmu."
***
Pesta pernikahan Agatha dan Delon sangat mewah, pernikahan anak tunggal dari keluarga pengusaha yang sama-sama berpengaruh di bidangnya. Semua teman dekat Agatha menjadi bridesmaid, menggunakan dress dari perancang busana terkenal, sepatu serta aksesoris yang mereka kenakan pun dari sebuah brand mewah. Orang-orang yang datang ke acara itu juga orang-orang penting, terlihat beberapa mentri dari pemerintahan yang datang dan katanya, sebelum Daniella dan Zeva datang Bapak Presiden juga menghadiri acara pernikahan Agatha.
Daniella dan Zeva menikmati minuman mereka sambil mereview beberapa orang yang menghadiri acara tersebut.
"Loh ... loh... kok orang tuaku datang juga?" Zeva bingung melihat orang tuanya hadir di pernikahan Agatha. "Aku temuin mereka dulu deh."
Daniella geleng-geleng kepala, melihat Zeva menemui orang tuanya.
"Keputusan yang tepat Zeva." Kata Daniella. Dia melihat orang tua Zeva memperkenalkan Zeva dengan beberapa kerabat mereka. Perkenalan yang nantinya akan berakhir dengan perjodohan.
Selain kedatangan banyak orang-orang penting, serta penyanyi terkenal di Indonesia, kehebohan juga terjadi saat seorang pria tinggi, tampan, sexy dan angkuh. Pria kaya yang di inginkan oleh banyak perempuan, namun tak ada satupun yang bisa mendapatkannya. Tidak ada senyuman di wajah pria itu, saat dia melewati beberapa orang yang berusaha untuk ramah dan menyapanya dengan hangat.
Pria itu bernama Gavriel, dia teman kuliah Daniella saat di Jerman, selama di Kampus dia tidak pernah bergaul ataupun berkumpul dengan anak-anak dari Indonesia, dia hanya bergaul dengan orang-orang yang satu level dengannya. Dulu sempat tersebar rumor kalau Gavriel datang ke klub dan membayar beberapa perempuan sexy untuk menemaninya, namun rumor-rumor aneh tersebut menghilang bahkan orang yang menyebarkan berita itu juga menghilang. Satu-satunya teman dekat Gavriel adalah pria yang saat ini sedang bersanding dengan Agatha, yup pria itu adalah Delon.
Semua teman Delon menjadi Groomsmen, kecuali Gavriel. Dia adalah pria paling sibuk dan tidak mau melakukan pekerjaan remeh.
Gavriel melangkah dengan gagah ke arah panggung untuk memberikan ucapan selamat buat Agatha dan Delon. Keduanya berpelukan erat, terlihat Delon mengatakan sesuatu pada Gavriel. Daniella menebak yang di katakan oleh Delon adalah : Cepat nyusul yah. Sungguh ucapan yang membuatnya geli.
Mereka mengambil foto bersama sebelum Gavriel turun, saat turun dari panggung pria itu merogohkan tangannya ke saku jasnya. Raut wajahnya menunjukan sebuah amarah, tak bisa di bayangkan betapa ketakutannya orang yang sedang menelponnya saat itu.
Gavriel melewati beberapa orang yang ingin mengobrol dengannya, langkah kaki pria itu berhenti di samping Daniella. Tentu saja Daniella langsung cemas, apalagi saat itu dia mendengar dengan jelas suara Gavriel membentak si penelpon.
"Apa harus saya yang turun tangan agar semuanya beres? Huh?"
Daniella menggeser langkahnya perlahan-lahan, dia takut berada di samping Gavriel. Rumor-rumor tentang pri itu membuatnya harus berhati-hati. Jangan sampai berurusan dengannya.
"Jika dia tidak bisa, kenapa tidak mencari penggantinya? Apa harus saya juga yang melakukannya?" Dia kembali membentak orang yang sedang berbicara dengannya di telpon. Dia menutup telponnya dan mengumpat kesal. Beberapa perempuan disana terpesona dengan Gavriel, sementara Daniella yang berdiri di dekatnya tampak ngeri, mendengar segala makian yang keluar dari mulutnya.
Mata Gavriel tiba-tiba menyipit saat Daniella menatapnya tanpa sengaja, tadinya hanya ingin curi-curi pandang saja, namun rasa penasarannya membuatnya menatap Gavriel dengan jelas.
Daniella menelan ludah, dia ingin memalingkan pandangannya namun lehernya terasa kaku. Dia membiarkan Gavriel menatapnya, ini bukan tatapan biasanya. Rasanya Daniella ingin berteriak dan mengatainya sebagai pria mesum, tetapi kalimat itu terasa sulit keluar dari mulutnya.
Seakan sudah puas melihat Daniella, Gavriel langsung pergi darisana dan kembali berbicara di teleponnya.
"Aku sudah menemukan penggantinya. Sebentar lagi aku kirimkan nomornya padamu."
Sepeninggalan Gavriel, Zeva datang dan memberitahu Daniella kalau dia sudah bertemu dengan pria idamannya.
"Apakah kau menemukan seseorang yang membuatmu berdebar-debar?" Tanya Zeva.
"Ada." Jawabnya. Berdebar-debar bukan karena jatuh cinta tetapi karena takut.
"Siapa? Ayo katakan padaku. Sebagai seorang sahabat, kau harus tetap meminta persetujuanku sebelum kau mendekati pria itu."
"Gavriel."
"Gav ... Gavriel?" Ulang Zeva tergagap. "Kau suka Gavriel?" Dia tidak percaya jika hal itu terjadi, dia mengenal Gavriel, pria angkuh tak berperasaan.
"Aku berdebar-debar karena takut. Aku mendengarnya dengan jelas, dia memaki dan membentak orang yang berbicara dengannya di telepon."
"Syukurlah. Aku pikir kau berdebar karena cinta. Okay, kita lupakan Gavriel. Aku akan kenalkan kau pada seorang Pengusaha muda, kaya dan tampan."
Tanpa menunggu jawaban dari Daniella, Zeva sudah menariknya pergi menemui seorang pria tampan. Namanya Anthonio, kesan pertama yang Daniella dapatkan adalah pria itu ramah dan sopan. Dia mengetahui banyak hal sehingga pembicaraan mereka sangat menarik.
Dengan bantuan Zeva, keduanya saling bertukar nomor dan Anthonio bilang akan segera menghubungi Daniella.
"Gak sia-sia kan, kita datang kesini." Kata Zeva, dia terlihat bangga sudah memperkenalkan Daniella dengan Anthonio.
Daniella sudah tidak tahan lagi berada di dalam ruangan itu, dia pamit pada Zeva untuk keluar lebih awal dan akan menunggu Zeva di lobby gedung.
Daniella berjalan keluar sembari memainkan ponselnya, mengabari sang Kakek jika dia akan pulang terlambat. Setelah dia mengirim pesan, dia kembali memasukan ponsel kedalam tas nya, dan belum sempat dia menutup tas nya, seseorang tampak sengaja menabraknya, hingga tas kecilnya jatuh dan isi dalam tasnya keluar.
Matanya terbelalak melihat kondom di lantai.
Sial! Keluhnya.
Ia semakin mematung ketika sebuah tangan yang memakai jam mewah di pergelangannya memungut kondom itu.
"Aku tidak tau kalau kau menggunakan barang seperti ini."
Daniella yang sebelumnya mematung, kini menunduk memunguti barang-barangnya dan pergi darisana, tanpa mempedulikan kondom yang masih di pegang Gavriel.
Daniella yang masih terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba di bangunkan dengan deringan ponselnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia mengulurkan tangannya keluar dari selimut dan meraba-raba meja kecil yang ada di samping kasurnya. Dia terus meraba sampai dia mendapatkan ponselnya. Tanpa melihat siapa yang menelponnya pagi itu, dia langsung menjawab panggilan itu dengan suara parau."Selamat Pagi Daniella. Saya Alberto dari JS Group." Pria di telpon itu memperkenalkan dirinya. Suaranya terdengar gagah dan berwibawa.JS Group? Apakah aku pernah melamar pekerjaan disana? JS group perusahaan apa? Pikirnya."Ya?" Sahutnya."20 menit lagi, mobil dari perusahaan kami akan tiba di rumah anda. Mohon untuk segera bersiap-siap."Takut telpon penipuan, Daniella langsung mengakhiri panggilannya. "Dasar orang kurang kerjaan, pagi-pagi begini dia sudah menipu orang." Gumamnya sambil mencoba untuk tidur lagi. Namun isi kepalanya saat itu di penuhi dengan JS Group. JS Group? Dia pernah mendengarnya, k
Gavriel melihat hasil pemotretan yang sudah di lakukan oleh Daniella. Matanya mulai menjelajah setiap detail hasil pemotretan. Senyum cerah di wajah Daniella, lekuk tubuhnya yang indah dan wajahnya yang begitu cantik membuatnya terbuai. Sepertinya Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan Daniella, rambutnya yang indah seperti hasil kreasi para peri. Dia tiba-tiba terdiam dan mengingat kembali tentang perlakuan sang Photographer pada Daniella.Gavriel mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang. Alamat studio foto dan sebuah kalimat: Kau tau apa yang harus kau lakukan.Dia tidak mau ada orang lain yang berkata kasar pada Daniella, hanya dia saja yang boleh melakukannya. Gavriel terdiam, mengingat segala ucapan dan perlakuannya pada Daniella. Dia merasa dia begitu keterlaluan, tetapi menurutnya dia harus melakukannya agar dia bisa dekat dengan perempuan itu.Gavriel kembali menatap foto-foto Daniella di komputernya, dia semakin mengagumi perempuan itu. Saat itu dia memperbe
"Kakek pikir, kau sudah menganggap Kakek mati." Kakek Andreas menatap Gavriel yang sedang menikmati makan malamnya. Sepulang kerja, dia memutuskan untuk pulang ke rumah Kakeknya. Sekalian untuk melihat keadaan Kakek.Sudah hampir satu bulan dia tidak berkunjung, karena begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan."Aku cukup sibuk akhir-akhir ini." Katanya. Dia menikmati makanannya dengan lahap, dia merindukan masakan rumahan seperti ini, sop panas, dengan lauk ayam goreng, telor balado dan sambal. Menu yang tidak pernah dia makan saat dia di kantor dan di apartemen."Ada masalah di kantor?" Kakek meraih gelasnya dan meneguk minumannya perlahan."Tidak ada. JS Group aman di bawah kendali ahli warisnya." Sahutnya bangga."Delon sudah menikah, lalu kapan kau akan menyusulnya?" Tanya Kakek tiba-tiba."Kenapa tiba-tiba bahas pernikahan?" Nafsu makan Gavriel hilang karena pertanyaan itu."Kau bilang tidak ada masalah apapun di kantor, itu artinya kau bisa mencari perempuan yang bisa
Daniella merasa, ia baru saja memejamkan matanya, ketika ia di bangunkan oleh suara ponselnya yang terus menerus berbunyi. Rasa kantuk yang luar biasa membuat Daniella enggan menjawab telpon pagi itu dan memilih untuk melanjutkan tidurnya, setelah dia mematikan nada dering ponselnya.Daniella terbangun dari tidurnya di jam 1 siang, dia bangun setelah dia merasa kelaparan. Setelah tidur cukup lama, dia merasa badannya segar dan pikirannyapun tenang. Ini semua terjadi setelah semalam dia melakukan meditasi karena kesulitan untuk tidur.Hari ini Daniella akan menghabiskan waktunya di rumah saja, dia tidak ada rencana kemana-mana dan dia juga belum menemukan pekerjaan yang cocok dengannya. Sebelumnya, Daniella di suruh oleh Kakek Michael untuk membantu Om nya di perusahaan, dia pernah mencobanya selama satu bulan namun dia merasa jenuh karena rutinitas yang ia lakukan disana selalu sama. Kakek juga tidak memaksakannya untuk bekerja selama Kakek masih mampu untuk membiayai semua kebutuhann
"Aku akan membunuhnya sekarang juga!" Pria bertubuh tinggi, mengenakan jaket kulit dan topi baseball berdiri dari tempat duduknya ketika Daniella beranjak keluar. Pria itu tertawa sendiri, dia membayangkan sebuah kemenangan di depan matanya. Daniella pergi ke sebuah store yang menjual berbagai produk kecantikan, sebuah store yang di gandrungi oleh anak-anak muda karena produk-produk yang di jual sangat bagus dan harganya yang tidak terlalu mahal. Daniella melihat-lihat beberapa produk yang ingin dia beli, dia mencoba beberapa lipstik dan juga parfum. Dia juga melihat beberapa produk kecantikan dari JS Group. Produk dari JS mendapatkan perhatian public sejak Allena menjadi model mereka, karena rata-rata usia penggemar Allena dari remaja sampai yang Dewasa. Produk-produk dari JS Group di tulis sebagai produk yang terlaris disana. Daniella jadi berpikir apakah nanti produk yang terbaru dari JS Group akan mendapatkan popularitas yang sama saat dia menggantikan posisi Allena?"Eh, itu mod
"Dion tidak akan tinggal diam setelah kau membuat kekacauan seperti kemarin. Niatmu untuk menjaga Daniella malah menciptakan masalah baru dan menjadikan Daniella sebagai target Dion." Ray meniup-niup mie panas yang dia buat untuknya dan juga Gavriel. Ray mengambil sumpit serta mangkok dan memberikan pada Gavriel. Tanpa mengajak Gavriel untuk segera menyantap mienya, Ray langsung menyeruputnya dengan penuh semangat. Setelah memasukan satu seruputan mie kedalam mulutnya, dia kembali melihat Gavriel. Pria itu masih menyilangkan kedua tangannya dan tampak tak tertarik untuk menyantap mie yang sudah di sajikan untuknya. Wajahnya mengkerut, dan sesekali dia menggerutu kesal.Ray terus menyantap mie nya selagi panas, karena makan mie saat dingin, tidak enak menurut Ray. Dia mengabaikan segela gerutuan tak jelas yang keluar dari mulut Gavriel."Bagaimana dengan CCTV di studionya? Kau sudah membereskannya?" Tanya Gavriel. Kali ini dia meraih sumpit dan sendok lalu mengaduk-aduk mienya yang ma
Daniella baru pertama kali mengikuti casting, dia tidak mengerti sama sekali apa yang harus dia lakukan. Seandainya dia tau sebuah mantra yang bisa membuatnya rileks dan menyelesaikan proses casting itu, pasti dia tidak akan segrogi ini. Dia mendengar dari beberapa mulut staff disana, jika beberapa artis dan model ternama di tawarkan juga untuk mengikuti casting. "Bagaimana ini?" gumamnya, dia begitu cemas. Mendengar nama-nama para model ternama membuat rasa percaya dirinya hilang.Hal paling mudah yang di lakukan Daniella adalah saat proses pengenalan, dan pengambilan foto dari beberapa sudut, tentu saja pengambilan fotonya berbeda daripada saat dia menjadi model dari JS Group. Untuk beberapa tahapan Daniella tidak bisa melakukannya, dia sangat gugup. Semua yang ada disana tampak saling mengenal dan hanya dialah orang asing disana, tak ada yang menyemangati atau membuatnya lebih tenang. Dia tidak perduli dengan hasilnya, yang penting dia sudah melakukan sebisa mungkin apa yang di m
Siapa yang menduga jika Allena juga akan hadir disana? Yah Gavriel tau hubungan Allena dengan sang penyanyi, sepertinya penyanyi itu sendiri meminta Allena untuk menjadi modelnya. Allena begitu semangat saat proses casting, dia tersenyum berseri-seri dan bahagia. Dia beranggapan jika Gavriel datang kesana untuk mendukungnya. Apalagi dia tau jika project kali ini di dukung oleh JS Group. "Aku sangat senang, karena kamu mau meluangkan waktumu untuk datang kesini dan mendukungku." Matanya bersinar saat berbicara dengan Gavriel. "Aku tidak datang untuk mendukungmu." Sahutnya dingin. Tulang rahangnya mengeras saat dia tau Daniella sudah melakukan proses casting sejak tadi. Saat ini dia masih menunggu jawaban dari Ray, kemana perginya Daniella, karena dia sudah menghubungi Daniella tetapi nomornya tidak bisa di hubungi. Dia juga menghubungi Agatha untuk menanyakan Daniella, namun Agatha bilang Daniella tidak bersamanya, begitu juga dengan Zeva. Setelah menunggu selama hampir 10 menit,
Tujuh hari setelah pemakaman Daniella, Gavriel menemui Kakek Andreas dan menyatakan langkah yang akan dia ambil. "Kenapa kamu seperti ini? jika kamu pergi, bagaimana dengan Kakek?" tanya Kakek Andreas. Dia begitu terkejut saat mendengar keinginan Gavriel untuk pergi ke Luar Negri dan tinggal di sebuah Desa yang terkenal dengan pertaniannya. "Biarkan aku pergi Kakek. Alberto yang akan membantu Kakek mengurus perusahaan. Aku akan kembali jika ..." "Jika apa? jika perasaan bersalahmu menghilang? jika kau sudah menjalani hukumanmu? jangan bodoh Gavriel! semua yang terjadi bukan karena kesalahanmu. Pihak kepolisian juga sudah menyelidiki semuanya. Apa yang terjadi memang sebuah kecelakaan!!!" teriak Kakek. Namun seperti apapun keinginan Kakek untuk menahannya pada akhirnya Gavriel tetap memilih untuk pergi. Setelah dia pamit pada Kakeknya, dia pergi ke makam Daniella. Disana ada banyak bunga-bunga segar yang di letakan diatas makamnya. Gavriel duduk disana dalam diam, dia tak mampu
Sungguh mengejutkan mendengar berita tentang Daniella dan Anthonio yang kecelakaan di sebuah daerah yang jaraknya sekitar dua jam dari Labuan Bajo. Sekujur tubuh Gavriel terasa lemas, dia tak berdaya mendapati kabar mengerikan itu. Dia tidak pernah berpikir hal mengerikan seperti ini harus datang pada dirinya. Gavriel hanya tertunduk lemas di dalam ruangannya gelap, dia menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan yang menimpa Daniella, baginya semua yang terjadi karena dirinya, seandainya saja dia tidak hadir di dalam kehidupan Daniella dan tidak memaksakan Daniella untuk ada di sampingnya, semuanya tak akan terjadi. Alberto masuk kedalam ruangan, memberitahu Gavriel jika Kakek Andreas dan Kakek Michael sudah tiba, dan jenasah Daniella juga akan tiba di Jakarta sekitar jam 7 malam nanti. Gavriel tidak berani menemui mereka, dia marah pada dirinya sendiri dia tidak bisa melakukan apa yang telah dia janjikan pada Kakek Michael. Dia tidak bisa menjaga Daniella. Kakek Andreas menemuiny
Cuaca panas langsung menerjang kulit Daniella. Di depan pintu kedatangan Bandara Labuan Bajo, sudah banyak supir Travel yang mengantri dan menawarkan jasa mereka. Seorang pria berbadan besar menerobos kerumunan para supir travel itu dan mengambil koper milik Anthonio. Pria berbadan besar itu salah satu orang kepercayaan Anthonio yang akan membawa mereka menuju lokasi yang akan mereka tuju. Daniella melangkah mengikuti langkah Kaki Anthonio, karena pria terus menggenggam tangan Daniella dan tidak membiarkan Daniella melangkah jauh darinya. Mereka menuju parkiran mobil yang berada di depan Bandara. Beberapa orang yang melihat Daniella saat itu, terus memperhatikan wajahnya dengan seksama, seakan-akan mereka penasaran akan sesuatu. Daniella masuk kedalam mobil, dia dan Anthonio duduk di bangku penumpang. Setelah pria berbadan besar itu meletkan barang-barang milik Anthonio di bagasi, dia juga masuk kedalam mobil dan duduk di balik kemudinya. "Perjalanan menuju ke kota Ruteng, bisa kit
"Kenapa kamu baru memberitahuku sekarang? kenapa kamu membiarkan Anthonio membawa pergi Daniella?" Suaranya terdengar marah, dia juga panik mengetahui Daniella bersama Anthonio. Orang suruhan Ray, yang biasanya mengawasi dan menjaga Daniella saat Gavriel tidak ada, kini telah tumbang. Anthonio memang tak main-main menghabisi siapapun yang berusaha menghalanginya. Lebih mengerikannya lagi saat Gavriel juga mendengar kabar tentang Sana yang juga tewas di tangan Anthonio. "Lalu kemana dia membawa pergi Daniella? Jawab! aku harus menemuinya sekarang juga." "Aku minta maaf Gavriel, karena sampai sekarang aku belum menemukannya. Aku akan mengabarimu segera jika aku mendapatkan informasi tentang keberadaan mereka." "Aku kasih waktu kamu satu jam. Temui keberadaan mereka!" Gavriel menutup teleponnya dan berteriak kesal di dalam ruang kerjanya. Suasana hatinya begitu kacau, dia sangat mencemaskab Daniella. Pintu ruangannya terbuka, Alberto masuk bersama Allena yang terlihat begitu takut di
Gavriel tidak memberitahu Daniella tentang Zeva yang dia duga bersekongkol dengan Anthonio. Dia juga tidak membahas lagi tentang masalah Anthonio, dia membiarkan Daniella menjalani hari-harinya yang sedang suka berkebun dan belajar memasak. Namun, semua kesenangan mereka berakhir ketika Zeva datang ke rumah Anthonio. "Gavriel yang memberitahuku jika kamu disini. Awalnya dia enggan memberitahuku tentang keberadaanmu karena dia takut jika Anthonio memhetahui keberadaanmu." Itulah yang Zeva katakan ketika dia bertemu dengan Daniella. Daniella tidak mencurigai apapun. Dia hanya merasa bahagia karena sudah bertemu dengan Zeva. Keduanya salung melepaskan rindu, dan berbagi cerita tentang segala hal yang mereka lalui. "Aku tidak tau jika Anthonio bersikap mengerikan seperti itu. Aku menyesal sudah mengenalkanmu padanya." Ungkap Zeva tulus. Dia mengatakannya dengan bersungguh-sungguh. Daniella menggelengkan kepalanya, "Ini bukan salah kamu. Kita berdua jika tidak akan tau jika Anthonio
Setelah menemui Gavriel. Zeva pergi menemui Anthonio. Dia menyampaikan semua hal yang dia dapatkan dari Gavriel, tidak ada yang dia lebihkan dan dia kurang-kurangi. "Kau yakin dengan ucapanmu?" Anthonio merasa ragu dengan jawaban yang di sampaikan oleh Zeva. Dia pun melanjutkan. "Kau tau konsekuensinya jika kau membohingiku Zeva. Perusahaan milik Ayahmu yang akan menjadi taruhannya." Zeva menahan kekesalannya. Kini dia merasa menyesal karena dia pernah menjodohkan Daniella dengan Anthonio. Rupanya, pria itu lebih buruk dari apa yang dia dengar selama ini. Demi urusan pribadinya, dia bahkan berusaha untuk menghancurkan perusahaan milik Ayahnya Zeva. "Aku bertemu dengan Allena di perusahaan Gavriel. Aku juga mendengar pembicaraan Gavriel dengan sekretarisnya tentang kontrak kerjasama mereka dengan Allena." Anthonio menyipitkan matanya. Dia tidak tau mengenai kontrak kerjasama yang di maksud oleh Zeva. Dia tidak mau penasaran dan langsung menghubungi seseorang yang dia percaya un
Mobil Gavriel baru saja tiba di depan kantornya, dia turun dari Mobil dan salah seorang staffnya masuk kedalam mobil, menggantikan Gavriel untuk memarkir mobilnya. Baru saja dia hendak masuk kedalam kantornya, dia mendengar seorang wanita berteriak memanggilnya. Gavriel menghentikan langkahnya dan melihat Zeva berlari menemui Gavriel. "Sepertinya ada hal penting yang mau kamu sampaikan, sehingga kamu datang menemuiku di kantor." Kata Gavriel. "Kamu pasti tau hal apa yang membawaku kesini. Aku ingin menanyakan keadaan Daniella. Dimana dia? kenapa aku tidak bisa menghubunginya?" Zeva bertanya penuh selidik dan tidak mengalihkan pandangannya dari mata Gavriel, dia ingin tau apakah Gavriel berkata jujur atau tidak padanya. "Apakah dia tidak memberitahumu apa yang terjadi saat dia di Jepang?" tanya Gavriel. Dia ingin memancing Zeva, apakah Anthonio pernah mengatakan sesuatu padanya tentang Daniella. Kemana dia selama ini? kenapa dia baru datang sekarang? Zeva tidak bertanya lebih
Daniella merasakan sesuatu berhembus di wajahnya. Saat ia membuka mata, ia kaget mendapatkan wajah Gavriel berada di atas wajahnya. Dengan cepat, ia mendorong wajah Gavriel menjauh dari wajahnya. "Kenapa kamu disini?" teriak Daniella dengan wajah ketakutan. "Pergi!" teriaknya. Wajahnya berkeringat dan badannya gemetar. "Sayang, kamu kenapa? heiii ini aku Sayang." Kata Gavriel mencoba menenangkan Daniella. Sepertinya dia mengalami mimpi buruk, karena teriakannya juga Gavriel terbangun dari tidurnya. Daniella langsung memeluk tubuh Gavriel dengan erat. Dia lega karena hal buruk itu hanya ada dalam mimpinya. Gavriel mengusap lembut punggung Daniella dan menenangkannya. "Aku bermimpi, jika Anthonio mencelakai kamu, dan dia ingin melakukan hal buruk juga padaku." "Itu hanya mimpi buruk, aku akan selalu ada di sampingmu dan memastikan hal buruk yang kamu takutkan tak akan pernah terjadi. Anthonio atau siapapun tidak akan pernah bisa menyentuhmu." "Kamu tidak boleh terluka! kam
Gavriel menggulung lengan kemejanya, lalu menarik kursi dan duduk di balik meja kerjanya. Jarum jam sudah menunjukan pukul delapan malam, namun dia masih sibuk dengan pekerjaannya. Hari ini ada begitu banyak masalah pekerjaan yang harus dia selesaikan setelah dia meeting dengan beberapa Manager di kantornya. Hari ini, dia bahkan tidak sempat memikirkan permasalahannya dengan Anthonio. Dia juga bahkan belum menelpon Daniella, terakhir kali dia menelpon saat Daniella baru bangun tidur, ada banyak juga pesan dan telepon yang dia abaikan dari Ray dan juga Kakek. Suara ketukan pintu terdengar, Alberto masuk ke dalam ruangan sambil membawa beberapa dokumen yang perlu dia laporkan pada Gavriel. Wajah dari Alberto juga tak kalah kusut dan lelah dari Gavriel, hari ini mereka begitu bekerja keras. Dia meletalan dokumen yang dia bawa di atas meja, lalu dia menjelaskan beberapa hal pada Gavriel saat Gavriel membuka dokumen tersebut. "Apakah saya perlu pesankan makan malam?" tanya Alberto pad