Sepasang suami istri tiba-tiba di lempar keluar rumah setelah di pukuli oleh beberapa anak buah dari seorang konglomerat. Mereka memohon ampun dan terus menangis sesenggukan.
"Pak Ramonta, saya mohon ampunilah saya. Saya berjanji akan membayar hutang kepada anda tapi beri kami waktu sebulan lagi untuk melunasi semuanya." seorang kepala keluarga bernama pak Fanbo bersujud dan bergelayut di kaki Pak Ramonta.
"Kalian sudah banyak mengulur waktu, aku sudah tidak bisa bernegosiasi lagi. Terpaksa rumah ini akan disita dan kalian bisa segera meninggalkan rumah ini dalam waktu dua belas jam!" jelas pak Ramonta yang bengis sambil menghisap sepuntung rokok di tanganya.
"Tapi pak, kami tidak punya tempat tinggal lagi. Kami mohon sekali lagi pak, kami akan segera membayar hutang-hutang kami!" kata istri Pak Fanbo ikut bergelayut di kaki Pak Ramonta.
Melihat istrinya ikut memohon, Pak Ramonta dan anak buahnya semakin bersikap tidak manusiawi mereka menganiyaya kedua pasangan suami istri itu sambil terus memukulinya.
Dari kejauhan seorang Gadis cantik membawa mantel panjang berwarna krem berjalan dengan sebuah tas ditangan kanannya, dia baru saja pulang dari sekolah menengah pertama. Tubuh yang tinggi, rambut ikal dan kulit putihnya itu membuat gadis itu semakin mempesona, dia berjalan perlahan dan begitu terkejut ketika kedua orang tuanya disiksa habis-habisan oleh orang konglomerat yang sudah pasti dia sangat mengenalnya.
Gadis itu memiliki keberanian seperti seorang laki-laki, melihat sebuah balok kayu ada di sebelah kiri jalan. Dia pungut dan menyembunyikan di bagian belakang badannya. Menghampiri mereka perlahan lalu berlari dan melayangkan pukulan ke semua orang yang menganiaya orang tuanya.
"Hhiiiiiiiaaaaaaa!"
Pluggg!!
Pukulan itu membuat semua anak buah Pak Ramonta kesakitan banyak yang berjatuhan. Sampai akhirnya gadis itu mengeluarkan keahliannya untuk bela diri dan memukul salah seorang yang hampir saja melayangkan pukulan ke tubuh mulusnya.
Pukulan terakhir membuat semua orang yang menganiaya orang tuanya mundur.
Gadis itu melepas ikatan di kedua tangan ayah dan ibunya. Mereka terus menangis
"Pergilah nak, kamu harus selamat. Jangan bantu kami!" kata ibu itu sambil terus terisak.
"Ibu tidak perlu khawatir, aku sudah bergelar sabuk hitam dan lagi ibu tahu aku mewarisi ilmu bela dirinya kakek. Aku bisa menyingkirkan mereka walaupun dengan tangan kosong." jelas Gadis itu.
Ketika ikatan ayahnya akan dilepas tiba-tiba
Pak Ramonta berteriak dan menggertak,"Berhenti! Jika kamu tidak berhenti maka aku juga akan membunuhmu!"
Sambil melayangkan pistol tapi belum menarik pelatuknya.
Dengan wajah yang sangat marah gadis itu berbalik dan berhenti melepas tali ditangan ayahnya untuk menghadap ke arah Pak Ramonta.
Ketika sosok gadis itu berbalik. Betapa terkejutnya Pak Ramonta melihat kecantikan gadis kecil yang ada di depan matanya.
'Gadis ini sangat cantik tubuhnya dan kulitnya sangat putih, ini gila. Mungkin aku bisa menjualnya ke negara asalku agar aku bisa mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat. Ketika dewasa aku bisa ikut menikmati tubuhnya juga ' Pikiran jahat Pak Ramonta mulai mengelilingi kepalanya.
"Wow, ternyata kalian memiliki seorang putri yang sangat cantik. Sayang sekali jika harus terbunuh ditempat ini. Sepertinya aku hanya perlu bernegosiasi dengan gadis cantik ini. Siapa namamu Sayang?" Pak Ramonta menurunkan pistolnya dan menyimpannya lagi kedalam sakunya.
"Cih! Aku muak mendengar kata sayang dari mulut bejatmu itu." gadis itu meludah ke arah lain dengan tatapan yang begitu sadis.
"Tolong jangan Sentuh putriku pak Ramonta saya Mohon!!" kata ibu gadis itu yang sudah tidak sanggup untuk berdiri lagi.
Gadis itu tetap bertahan untuk menatap pak Ramonta tanpa rasa takut.
Pak Ramonta tersenyum dan mendekati gadis itu lalu menaruh jari telunjukknya untuk mengangkat dagu gadis itu.
"Gadis yang cantik, aku tidak suka berbasa-basi. Jika kamu tidak ingin kehilangan rumah ini dan membiarkan orang tuamu terbebas dari hutang-hutangnya. Kamu harus mau menjadi penggantinya. Syarat yang cukup mudah bukan?Kamu bisa melunasi semuanya dengan cukup mudah." jelas Pak Ramonta dengan setengah tersenyum.
Gadis itu menyingkirkan jari Pak Ramonta dari wajahnya.
"Apa maksud ucapanmu itu?" gadis mulai menggertak dengan tegas
"Kamu ikut denganku dan bekerja untukku, maka rumah ini dan orang tuamu akan terbebas dari semua hutang-hutangnya dan mereka akan mendapatkan kehidupan yang layak tanpa terusik olehku atau anak buahku lagi. Bagaimana?" Pak Ramonta mulai bernegosiasi.
Gadis itu bernama Laluna, dia bukan gadis yang sembarangan. Dia memiliki IQ diatas rata-rata. Dia tidak mudah untuk di bodohi siapapun termasuk Pak Ramonta yang berusaha bersikap manis ini. Dia juga sangat ahli bela diri banyak preman tunduk dengan gadis kecil itu karena sudah pernah mengalahkan mereka.
"Nak, Ayah mohon jangan ikuti kata-kata mereka. Kamu anak sulung ayah yang sangat ayah sayangi. " kata ayahnya yang memohon masihh dalam posisi terduduk karena masih terikat tali.
Laluna sedang berfikir apa yang harus dia lakukan.
"Penawaran yang cukup menarik, sebutkan dulu pekerjaan apa yang akan aku lakukan?" tanya Laluna.
Pak Ramonta tiba-tiba tertawa dengan sangat keras.
"Kamu sangat cantik gadis kecil sudah pasti aku akan menjualmu di Negara asalku. Disana kamu akan menjadi seorang wanita penghibur yang memiliki kehidupan yang mewah. Selain itu kamu juga bisa mengirimkan uangnya kepada orang tuamu disini. Bagaimana?"
"BAJINGAN KAMU!!kamu pikir aku gadis rendahan. Terima ini!" Laluna menendang Pak Ramonta dengan sangat keras hingga terpelanting dan membentur pintu rumah.
"DASAR KURANG AJAR!! Serang lagi gadis kecil sombong itu!!" perintah Pak Ramonta kepada semua anak buahnya.
Laluna sudah bersiap, dia berpesan kepada kedua orang tuanya, "Ayah, Ibu. Maafkan Laluna tapi tolong pergi dari sini!! Sudah tidak ada waktu lagi."
"Tidak!! ayah akan membantumu nak." kata Ayahnya.
Ibu Laluna melepaskan tali dikedua tangan suaminya itu. Setelah itu ibu itu berlari kebelakang Rumah. Laluna sudah bertempur dan berkelahi, ayahnya juga ikut turun tangan. Akhirnya bertumpahan darah tidak terelakkan lagi. Laluna memang terlihat cukup kuat tapi melihat Ayahnya yang akhirnya dilumpuhkan kakinya dengan pisau membuatnya tidak fokus saat berkelahi. Ayahnya terjatuh ke tanah, Laluna menghabisi hampir semua anak buahnya itu seorang diri. Kemudian berlari memeluk ayahnya yang sudah berlumuran darah.
"Ayah!! Bangun ayah!! Lihat Laluna!! ayah tidak boleh meninggalkan aku, ibu dan adek!" Laluna menangis dengan sangat keras.
Melihat semua anak buahnya sudah tumbang Pak Ramonta mengambil balok Kayu dan mendekat ke belakang Gadis itu dengan tiba-tiba memukul punggung Laluna dan membuatnya mengeluarkan darah dari mulutnya lalu pingsan.
***
Laluna tersadar di sebuah rumah besar yang entah itu berada dimana. Punggung dan kepalanya terasa sakit, dia masih belum sepenuhnya untuk membuka kedua matanya. Tapi yang dia rasakan kedua tangan dan kakinya dalam posisi terikat tali tambang yang sangat kuat. Dia perlahan mendengar suara-suara orang bernegosiasi disekitarnya.
"Gadis ini cukup layak untuk di jual bersama dengan wanita-wanita bodoh yang ada di dalam kamar itu. Hari ini juga mereka akan kita kirim ke Nepal untuk di perbudakkan disana dan di pekerjakan sebagai wanita penghibur. Tuan akan mendapatkan keuntungan tiap bulan dua kali lipat selama para wanita ini tidak kabur dan diam-diam pulang." kata seorang penyalur tenaga kerja ilegal itu.
"Aku jamin mereka tidak akan pernah kabur. Kecuali gadis yang satu ini, dia harus selalu terbius sampai di Nepal dan jangan sampai dia sadar karena gadis ini lumayan berbahaya. Dia sangat ahli bela diri, jika dia sadar saat di pesawat aku yakin dia akan dengan mudah melepas tali dan menyerang semua orang." Pak Ramonta mencoba menjelaskan kepada penyalur tenaga kerja ilegal itu.
'Dasar Pria biadap! Dia benar-benar ingin menjualku. Bagaimana keadaan Ayah?oh Tuhan tolong selamatkan keluargaku!' batin Laluna sambil mencoba melepas tali tapi tidak berhasil.
Laluna perlahan mulai bicara dan berteriak,"Lepaskan aku! Dasar Pria Biadap! Bagaimana keadaan ayahku?Kenapa kamu mengikatku seperti ini?"
"Kamu tidak usah cemas, ayahmu baik-baik saja. Aku sudah membawanya ke rumah sakit sedangkan ibumu dan adikmu yang manis itu juga sudah dalam keadaan aman. Aku sudah tidak tertarik untuk mengurus mereka lagi. Seperti janjiku aku akan membiarkan mereka tenang karena kamu sudah ikut denganku." jawab Pak Ramonta sambil menghisap rokoknya lagi
"Baiklah jika itu yang kamu lakukan. Sekarang lepaskan aku! Aku akan menuruti semua perkataanmu mulai sekarang." Laluna mulai bersiasat untuk kabur.
"Ternyata kamu gadis yang hebat untuk bernegosiasi, Tolong lepaskan dia!" Pak Ramonta memerintah anak buahnya untuk mendekati tangan Laluna dan melepaskan tali yang ada di tangan dan kakinya. Hanya saja itu hanya siasat Pak Ramonta karena anak buahnya itu membawa suntikan obat bius ditangannya.
'Aku juga tidak bodoh gadis kecil.' gumam Pak Ramonta dalam hati
"Sebelum aku buka talinya, aku ingin tahu namamu dulu. Kemarin kamu tidak jadi untuk menberitahukannya padaku." tambah pak Ramonta sambil menggulung lengan kanannya.
"Namaku Laluna, jika aku digaji kalian berjanji untuk memberikan kepada keluargaku bukan? Jika kalian tidak menepati, aku akan membuat ulah untuk kabur dari Nepal." ucap Laluna sedikit mengancam Pak Ramonta.
"Baiklah, ternyata kamu memang sangat hebat bernegosiasi. Aku suka gadis seperti kamu, tidak banyak berteriak dan ketakutan tapi berbicara menggunakan otak. Aku akan menuruti semua perkataanmu tapi kamu juga harus tepati kata-katamu." ujar Pak Ramonta sambil memberi kode untuk menyuntikkan obat bius itu.
"Dasar Kurang Ajar!! Apa yang kamu ..." Laluna kembali kehilangan kesadaran dan gagal untuk kabur.
Pak Ramonta tertawa dengan sangat keras dan begitu bahagia.
"Gadis kecil yang cantik, aku akan tetap menepati janjiku untuk mengirimkan uang kepada mereka tapi maafkan aku tidak sepenuhnya aku bisa percaya padamu. Karena kamu bisa dengan mudah melemparku jika dibiarkan sadar. Bawa dia dan satukan dengan wanita yang lainnya!!" Perintah Pak Ramonta.
Penyalur tenaga kerja ilegal itu memberikan tiga ratus juta rupiah untuk uang muka pertama dari lima puluh wanita yang akan di kirim ke Nepal hari ini.
"Terimakasih."Pak Ramonta mengibas-ngibaskan satu ikat uang itu ke wajahnya sambil tersenyum bahagia.
***
Hari itu juga lima puluh wanita berangkat menggunakan pesawat pribadi milik Pak Ramonta yang memang pengusaha konglomerat itu. Para wanita itu dimasukkan kedalam pesawat berukuran sedang dan di terbangkan ke Nepal.
Dalam perjalanan ke Nepal Para wanita itu sama sekali tidak ada yang di ikat seperti Laluna. Mereka cukup heran melihat Laluna yang begitu cantik dan terlihat wanita yang lembut itu harus di ikat kedua tangan dan kakinya.
"Mengapa wanita ini di ikat sedangkan kita tidak?" tanya salah seorang wanita kepada salah seorang yang lainya.
"Aku juga tidak tahu, dia tidak sadarkan diri sedari tadi tapi tadi aku melihat ada beberapa memar di kaki dan lengannya. Seperti baru saja di pukuli." jawab wanita yang lainnya itu.
Ada seorang pengawal memperhatikan para wanita yang saling membicarakan satu sama lain. Pengawal itu menggertak dan memukul salah seorang wanita untuk diam.
"Plak!!"
"Aww, ampun pak!" rintihan seorang wanita yang di pukul.
"Apa kalian tidak bisa diam Ha? Kalian sangat berisik!" gertak pengawas itu dengan mata bengis dan sangat menakutkan.
Tidak ada seorang pun yang berani membalas perkataan pengawal itu.
Beberapa menit kemudian setelah suasana sangat hening. Laluna sadar, sepertinya obat bius itu tidak bisa lama bertahan. Laluna perlahan membuka matanya dan melihat puluhan wanita berada di samping kanan dan kirinya sedang tertidur lelap.
'Ini gila, kepalaku sangat sakit. Mereka bisa tidur? Apa mereka tidak sadar jika sudah di jual? Mereka masih terlihat tenang?' gumam Laluna sambil mencari sesuatu yang tajam untuk memotong tali di kedua tangannya.
Laluna melihat ke sekeliling, pesawat ini benar-benar menjijikkan. Sampah dan jerami ada dimana-mana.
'Ini pesawat lebih seperti pesawat perang dunia ketiga dari pada aku bilang pesawat barang.' gumam Laluna menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba Laluna melihat ada serpihan kaca di depan matanya.
Kakinya meraih pelan kaca itu agar suaranya tidak terdengar oleh siapapun. Naas wanita di sebelahnya terbangun. Dia terkejut melihat Laluna sadar.
"Kamu sudah sadar?" tanya wanita itu.
"Sssttt Jangan keras-keras pengawal itu sedang tidur sekarang. Apa kamu bisa menolongku?Aku sangat gerah jika terus di ikat seperti ini tolong potong talinya dengan kaca dibawah kakiku ini." pinta Laluna memasang wajah memelas.
"Apa ini tidak apa-apa? Aku sudah kena pukul tadi. Jika aku menolongmu nanti aku di pukul lagi." tandas wanita itu.
"Aku jamin kamu tidak akan kenapa-napa. Aku akan melindungimu dan mengingat jazamu sampai kapanpun." Laluna mulai melancarkan rayuanya.
"Baiklah."wanita itu clingak-clinguk memastikan tidak ada orang yang melihat aksinya.
Pelan-pelan wanita itu menggesekkan kaca ke tali yang terikat pada kedua tangan Laluna. Baru berusaha sebentar, tiba-tiba dari belakang wanita itu ada pria bertubuh tinggi berjalan mendekatinya.
Wanita itu menyembunyikan kaca di bangkunya lalu berbalik dan ....
Pria bertubuh tinggi itu hanya bertanya dalam kondisi mabuk."Apa kamu ingin minum?"Tiba-tiba pria itu berlalu begitu saja dan terduduk di sudut pesawat sambil meminum alkohol di tangannya.Laluna dan wanita itu menghela nafas kemudian wanita itu melanjutkan lagi untuk memotong tali di tangan Laluna. Perlahan ikatan itu terlepas."Terimakasih. Sekarang tolong kamu ikat aku dengan simpul yang sederhana dan tidak kencang!" pinta Laluna sekali lagi.
Laluna sengaja membiarkan dirinya disiksa, dengan cara seperti itu maka tubuhnya akan penuh luka dan tidak akan laku untuk di jual kepada pria hidung belang, siasatnya ini juga menjadi awal untuk mengumpulkan bukti tentang perdagangan manusia di Kastil ini. Selama di tempat ini mereka memang tidak di perbolehkan menggunakan barang elektronik seperti telepon genggam atauhandphonebahkan surat-menyurat juga di batasi. Dengan cara ini juga dia bisa meminta kepada mereka untuk bisa berbicara dengan Pak Ramonta.Wanita itu berjalan dengan sangat geram menghampiri Laluna, pengawal itu membuat Laluna berlutut. Wanita ini menjambak rambut Laluna hingga merah kulit kepalanya.
Laluna mendapatkan pelanggan pertama dan disediakan satu buah bilik kamar. Laluna sedikit berkeringat, dalam hatinya dia meyakinkan diri bahwa ini adalah sebuah peran. Pria itu tidak terlalu tua ataupun terlalu muda tapi Laluna masih berusia sangat muda, menurutnya ini sangat tidak adil jika di usianya harus kehilangan kesucianya.Pria itu memandangnya dengan tatapan sangat menjijikkan. Laluna mencoba tidak ketakutan dan sedikit bernegosiasi. Inilah salah satu keahliannya."Bisakah aku berkenalan denganmu?" Laluna memulai pembicaraan dengan pria itu."Ternyata kamu cukup ramah untuk melay
Laluna kembali ke ruang rias. Dia menemukan Sania mendapatkan serangan lidi seperti yang dia terima. Laluna membiarkan itu terjadi karena hal itulah yang membuatnya selamat. Sania seperti baru saja dianiyaya oleh pelanggan wajahnya membiru dan badannya luka berat masih di tambah serangan lidi itu.Beberapa menit kemudian serangan itu di hentikan. Kedua tangan Sania di lepaskan, kali ini Sania tidak menangis dia hanya merintih dan menahan sakit. Laluna mengambil bubuk obat dan di siramkan ke tubuh Sania. Barulah rasa sakit akibat sayatan dan pukulan itu memaksa peluhnya untuk jatuh, perlahan memakai celana kain dan kaosnya lalu duduk disamping Laluna."Apakah kamu berhasil?" tanya Laluna yang juga masih merasaka
"Kalian berdua sudah datang. Duduklah!" Pak kepala itu duduk berhadapan dengan mereka."Benarkah kamu Rula dan Tasya?" tanya Pak Kepala itu."Iya aku Rula dan dia Tasya" jawab Laluna singkat."Kenapa kalian berdua menggunakan topeng?"Tanya Pak Kepala itu."Karena kami banyak menyimpan luka, aku takut akan terasa menjijikkan ketika melihat luka yang ada di wajah kita berdua." jelas Laluna yang sudah mempersiapkan jawaban itu sejak dalam perjalanan tadi."Hemm, aku juga dengar dari Lati. Dia bilang kalian melukai diri kalian sendiri demi berganti profesi menjadi pencuri. Apakah itu benar?" tambah Pak Kepala itu yang mulai sedikit penasaran.Laluna sangat mahir untuk bersikap tenang. Dia sama sekali tidak terlihat bingung ataupun gugup ketika menjawab pertanyaan."Kami sebenarnya tidak pandai melayani pria, bahkan kami berdua kadang sulit bersikap ramah. Karena banyak
Laluna yang terkejut membuat dia memandang Sania lagi dan memberi kode untuk berbuat sesuatu.Mereka berdua tiba-tiba berdiri dan memandang Albi yang juga ikut berdiri, mereka berdua mendorongnya perlahan ke dinding lalu menahannya berdiri dengan dihalangi tubuh Laluna dan Sania."Ap-apa yang akan kalian lak-lakukan?" Albi terlihat sangat ketakutan."Apa yang kamu dengar barusan?"tanya Sania menatap intens mata Albi."Ti-ti-tidak ada, aku tidak mendengar apa-apa, aku hany
"Sya ... Sepertinya kita akan tidur nyenyak kali ini." Laluna bersandar di pintu sambil memandang Sania."Iya La, aku tidak menyangka. Ternyata kastil itu memang tempat penyiksaan, buktinya saja pencuri bisa hidup enak disini. Ayo masuk! Kita harus mandi." kata Sania sambil masuk ke kamar itu dan mencoba empukknya ranjang di depan matanya."Tapi kita selamanya tidak bisa di tempat ini. Setelah dua minggu ini hidup kita akan berpindah-pindah dan menggunakan kaki kita untuk berlari sampai kita bisa pulang." jelas Laluna yang akhirnya berbaring di atas ranjang."Aku tahu, kita akan mulai mencari j
Dua minggu telah berlalu, Laluna dan Sania benar-benar menjadi pencuri terbaik di angkatan itu. Segala yang diajarkan telah mereka kuasai dengan cepat. Pak Kepala juga sangat mengakui hal itu, hari kebebasan mereka ada di depan mata sekarang karena mereka sudah dipercaya untuk keluar dari gedung putih.Mereka berdandan menjadi wanita cantik saat di luar walaupun Laluna sedikit tomboy sekarang dan selalu menggunakan cadar yang berbeda bahkan topeng yang berbeda di setiap aksi dan kesempatan. Mereka selalu bermain cantik setiap menjalankan aksinya, disisi lain mereka berdua malah banyak menolong orang-orang yang kelaparan dan orang-orang miskin.Setelah tiga tahun berlalu mereka berdua berhasil menjadi penc
Keadaan Laluna sudah membaik dia sudah di perbolehkan keluar dari rumah sakit. Pemerintah Indonesia akan segera memulangkan mereka semua besok"San, maafkan aku ya! Aku membuatmu sangat khawatir." kata Laluna yang masih merasakan sakit di punggung dan perutnya itu."Kamu fokus saja dengan kesembuhanmu!Ini kedua kalinya kamu membuat jantungku hampir copot." Jelas Sania sambil mendorong Laluna menggunakan kursi roda menuju ke mobil.Dirga menghampiri Laluna dan menghentikan laju kursi roda itu. Dia memberikan Bunga yang dia beli di toko sebelah rumah sakit.Mata Laluna tiba-tiba berbinar melihat Dirga memberikan bunga itu dengan penuh perhatian."Terimakasih." Laluna tersenyumDirga sangat bahagia melihat Laluna sudah kembali tersenyum."Apakah keadaanmu sudah membaik?" tanya Dirga membelai rambut Laluna.Dengan perasaan malunya Laluna menatap antara Dirga dengan penuh kebahagiaan."Iya aku sudah membaik." jawab Laluna.
Waktu sudah menunjukkan jam tujuh mereka berangkat ke Pokhara. Laluna, Sania, Diyon, Dirga dan Namo sudah berangkat menggunakan mobil putih Laluna. Empat puluh menit kemudian mereka sampai di tempat yang di arahkan Pak Kepala. Disana tampak Pak Kepala dan Albi duduk berdampingan bersama Arsi dan pelatih Rin. mereka sudah menunggu Laluna dan juga Sania. "Kalian bertiga tunggulah di meja nomor empat, kalian boleh pesan makanan sesuka hati! Jangan lupa aktifkan headset kalian! Kami berdua akan menemui mereka." Sania dan Laluna menuju meja makan Pak Kepala. "Dirga, Namo ini baru namanya rejeki nomplok." Kata Diyon yang sedang membaca menu makanan. Dirga memukul kepalanya. "Bisa diam tidak, kita disini harus menjaga mereka berdua!" Dirga duduk dan Fokus mendengarkan pembicaraan yang terjadi disana. Pak kepala terkejut melihat kedua wanita itu datang dengan topeng seperti dulu saat awal mereka bertemu. "Silahkan duduk!" Pak Kepala me
"Lalu apa yang selanjutnya kita lakukan pak? Apakah kita harus memberikan informasi rumah ini kepada Madam Lati?" tanya Arsi."Tidak, Madam Lati tidak boleh tahu. Kita sendiri yang akan mengunjungi rumah itu. Kita harus memastikan bahwa mereka berdua memang masih hidup. Kita akan membantu Laluna dan Sania, mereka juga sudah banyak membantu kita saat masih di gedung putih ini." jawab Pak Kepala.'Kalian berdua memang gadis yang istimewa. Aku berharap kalian memang masih hidup.' Batin Pak Kepala.Sania mendapatkan akses CCTV dirumah lamanya itu. Dia ingin tahu siapa orang yang akan datang kesana dan memeriksa rumahnya. Sania juga masih memasang penyadap di seluruh ruangan."Kita tunggu siapa tamu yang akan datang ke rumah ini?" Ujar Sania sambil duduk di depan komputernya.Hari sudah menjelang malam, mereka menunggu tapi tidak ada seorang pun yang datang. Mereka semua sangat lelah dan sangat lapar.
Malam hari itu madam Lati marah besar kepada semua pengawal."Kenapa kalian semuanya tidak pecus menjaga kastil ini? Apakah kalian sudah menyelidiki siapa pria dan wanita itu?" Madam Lati berbicara dengan nada tinggi."Sudah madam, pengawal kami ada yang berhasil memotret wanita dan pria itu dan ini adalah rekaman CCTV belakang kastil." pengawal itu memberikan laptop kepada madam Lati.Madam Lati melihat foto dan video itu, sedikit mengenali postur tubuh Laluna tapi dia sendiri masih ragu.
Semua pelacur itu berteriak-teriak karena dicengkeram beberapa bodyguard."Madam ampunilah kami! Tolong biarkan kami bekerja! Kami tidak akan kabur, jangan bawa kami keruang bawah tanah!" Salah satu pelacur dari Indonesia itu memohon di kaki madam Lati tapi sepertinya madam Lati sudah bersikap anti pati.Dua puluh tiga orang wanita penghibur dari Indonesia di sekap di Ruang bawah tanah. Mereka benar-benar disiksa dan disuruh bekerja tanpa gaji.***Sania mendapatkan Informasi bahwa kastil itu yang diketahui masyarakat hanya bisnis pelacurannya saja sedangkan perbudakan dan pembunuhan di ruang bawah tanah sama sekali tidak pernah terkekspos media. Mereka juga tidak pernah melaporkan jika mengambil tenaga kerja luar negeri jadi yang terdaftar hanyalah penduduk asli Nepal sebagai pekerja disana. Menurut pemerintah bisnis itu juga sektor pariwisata jadi mereka tidak akan pernah menutup bisnis itu.
Tiba-tiba Dari arah tangga Sania naik ke atas."Apa kalian berke ..." Sania berhenti bertanya melihat posisi mereka seperti itu lalu berbalik Sania tersenyum.Mereka berdua menoleh dan bangun dari posisi itu dengan sangat canggung. Mereka salah tingkah dan bingung harus berbuat apa."A-Akku a-akan mengambil gelas lagi." Laluna turun menabrak Sania dengan langkah kaki yang begitu cepat.Sania cukup terkejut dan dia mengikutinya ke Dapur.
Langit hampir gelap Laluna dan Dirga pergi kesebuah taman di dekat danau, mendengar dari masyarakat ada seperti pesta rakyat disana. Biasanya turis atau wisatawan berkunjung ke tempat ini untuk menari, menikmati makanan tradisional khas Nepal atau sekedar menikmati pemandangan perbukitan dan Danau dengan Lampu di malam hari.Laluna menggunakan handphone barunya untuk mengirimkan pesan ke Sania."San, sepertinya aku tidak aka
Di gedung putih mereka benar-benar merasa kehilangan. Pak Kepala baru sadar jika mereka berdua selama ini menggunakan nama samaran."Kedua wanita itu, mereka adalah orang yang gigih dan baik hati kenapa harus terbunuh juga." Albi mengusap air matanya karena merasa sangat kehilangan di depan pak Kepala dan para pelatih juga anggota yang lain di aula sambil menonton berita.Laluna dan Sania memang dikenal dermawan, baik hati dan penuh dengan candaan. Mereka bisa tiba-tiba ceria tapi bisa tiba-tiba serius, mereka berdua selalu menjadi penolong bagi siapapun yang mengenal mereka berdua.Albi
Sania menghentikan mobilnya di sebuah hutan yang banyak sekali pepohonan tinggi disana."Kamu nggak salah memilih tempat ini? Memang rumah seperti apa yang kamu beli?" Laluna penasaran."Ketika kita memiliki kekayaan melimpah aku sudah berinvestasi ke rumah ini. Ini bukan sembarangan rumah La, mungkin Gerbang Luarnya terasa seperti rumah berhantu tapi jika kamu sudah masuk ke dalam. Kamu akan betah." Sania menyingkirkan ranting kecil di sebelah gerbang yang penuh daun Kering itu.Sania menekan tombolnya dan gerbang itu terbuka.