Pria bertubuh tinggi itu hanya bertanya dalam kondisi mabuk.
"Apa kamu ingin minum?"
Tiba-tiba pria itu berlalu begitu saja dan terduduk di sudut pesawat sambil meminum alkohol di tangannya.
Laluna dan wanita itu menghela nafas kemudian wanita itu melanjutkan lagi untuk memotong tali di tangan Laluna. Perlahan ikatan itu terlepas.
"Terimakasih. Sekarang tolong kamu ikat aku dengan simpul yang sederhana dan tidak kencang!" pinta Laluna sekali lagi.
"Kamu ini sangat aneh tadi suruh melepas sekarang suruh mengikatnya lagi." ujar Wanita itu sedikit heran dan terlihat cukup polos.
"Dengan begini aku akan Mudah melepasnya nanti. Aku ingin bertanya padamu, Mengapa tidak ada ketakutan sama sekali di wajahmu ketika ikut penerbangan ini?" tanya Laluna seperti sangat penasaran.
"Karena kita semua disini tenaga kerja yang akan bekerja di luar negeri, katanya kita akan di pekerjakan sebagai pembantu atau perawat di panti jompo. Kita akan mendapatkan gaji dua kali lipat." jelas wanita itu.
"Siapa namamu? Aku Laluna." tanya Laluna semakin penasaran.
"Aku Sania, sepertinya usiaku lebih tua darimu." Sania juga terlihat penasaran.
Laluna clingak-clinguk berharap tidak ada yang mendengarkan pernyataanya kali ini.
"Aku memberitahu satu informasi sebenarnya kita semua disini akan di jual untuk menjadi wanita penghibur dan masuk ke dunia perbudakan. Tidak ada pekerjaan pembantu atau pun perawat panti jompo." jelas Laluna sambil berbisik.
Sania terlihat terkejut sekali dengan pernyataan Laluna.
"Sebenarnya kamu siapa? Kenapa kamu tahu jelas seluk beluk agensi ini? Apa yang semua kamu katakan itu benar? Jika benar berarti kami semua disini ditipu?" Sania bertanya dan sekarang terlihat syok.
"Jangan terlalu keras, aku di ikat seperti ini dan dibius saat berangkat juga ada alasannya karena aku satu-satunya wanita yang bisa kabur dengan mudah karena aku ahli bela diri terlebih lagi aku mungkin bisa membuat kalian kabur juga. Makanya aku heran kenapa kalian semua disini bisa tidur nyenyak? Apalagi pesawat ini terlihat seperti sampah." celoteh Laluna.
"Jika kamu ahli bela diri kenapa kamu bisa diikat?" Sania semakin penasaran.
"Ceritanya panjang. Intinya aku dipukul sewaktu di bawa kerumah besar itu. Jadi aku posisi tidak sadarkan diri. Aku di sini juga untuk menyelamatkan keluargaku dari hutang. Tapi aku merasa bodoh jika aku sampai tidak ingin kabur dari disini. Apalagi aku tahu rencana mereka." jelas Laluna
'Pria biadap itu tidak bisa dipercaya buktinya saja dia tidak melepaskan ikatan di tanganku dan membiusku lagi. Belum tentu dia bisa pegang ucapannya.' gumam Laluna sedikit kesal
Sania mulai merasakan ketakutan.
"Jika benar yang kamu katakan. Bisakah kamu menolongku?Jika itu benar aku mohon jangan pergi sendirian bawalah kami semua bersamamu Laluna." tanya Sania seperti terlihat sangat sedih.
"Jangan memasang wajah seperti itu, aku bisa menjadi orang yang tidak tega." ungkap Laluna melihat mata Sania berkaca-kaca.
"Kamu tahu Laluna, orang tuaku menjual sawah dan harta bendanya demi aku bekerja di luar negeri. Jika mereka tahu aku akan di jadikan pelacur mereka pasti sangat sedih. Banyak wanita disini membayar dengan hutang demi merantau ke negeri orang." Sania meneteskan air mata lalu mengusapnya lagi.
"Tolong jangan menangis Sania. Jangan sampai para pengawal tahu, ikuti saja permainan mereka dulu. Aku akan mencari tahu bagaimana caranya menyelamatkan kalian suatu hari nanti. Aku janji! Kamu bisa kan percaya padaku? Aku hanya berharap jaga dirimu baik-baik jangan sampai kamu pulang tidak bernyawa dan lebih baik jangan kamu ceritakan hal ini kepada orang lain dulu. Kemungkinan kalian bisa terbunuh." Laluna mencoba menenangkan Sania.
Sania hanya mengangguk dengan perasaan sedih dan ketakutannya.
'Oh Tuhan, aku semakin Gila. Sekarang aku dilema untuk kabur sendirian. Apakah ini semacam sindikat perdagangan manusia seperti di televisi itu ya? Oh Tuhan berilah aku petunjukkmu! Kenapa masalah ini jadi semakin besar? Apa aku tidak usah memikirkan mereka ya? Tapi aku masih orang baik. Bagaimana ini? Aku harus mencari jalan keluar.' batin Laluna sambil terus berfikir.
Para pengawal itu sudah bangun dan pesawat sudah mendarat di sebuah tempat tinggi tapi bukan sebuah bandara. Laluna pura-pura pingsan lagi dan di gendong satu pengawal dengan posisi masih sama terikat di bagian tangan dan kaki. Semuanya keluar dari dalam pesawat dan mulai di perlakukan seperti budak, mereka di lempar, didorong dan di perlakukan semena-mena. Sudah terdengar banyak wanita menangis.
Sania yang sudah tahu rahasia Laluna. Mengikuti kata-kata Laluna untuk tetap diam, dia menuruti perkataannya. Sekarang Sania pun melihat sendiri jika sudah di perlakukan seperti budak. Laluna yang di gendong mengintip melihat beberapa wanita itu berjalan. Hatinya semakin terasa perih, ketika mereka di pukul saat berjalan.
Diujung tempat yang tinggi ini terdapat kastil yang sangat besar dan terlihat tanahnya sangat gersang. Mereka tidak mengerti tempat apa ini. Mereka cukup terkejut ketika memasuki tempat itu banyak sekali wanita- wanita yang berlalu lalang memakai pakaian begitu seksi dan banyak sekali lelaki hidung belang disana, kastil itu terdiri dari bilik-bilik yang gelap. Lima puluh wanita termasuk Laluna tadi dimasukkan ke dalam satu ruangan besar dengan lantai yang masih tanah dan sangat lembab. Mereka terlihat sangat ketakutan dan menangis karena kebingungan. Sania yang sudah tahu akan jadi seperti ini hanya diam dan tidak berekspresi sama sekali di dalam hatinya sudah pasrah tapi entah mengapa dia ingin percaya dengan Laluna.
Tiba-tiba ada seorang wanita bertubuh tinggi seperti orang asli Nepal masuk keruangan itu. Tubuhnya tidak putih tapi kulitnya sangat eksotis, wanita itu sangat fasih berbahasa indonesia. Mereka memberikan pelajaran bahasa Nepal disana dan mereka tidak perlu khawatir karena banyak pelanggan disini juga mengerti bahasa melayu. Mereka cukup kaget dengan sebutan pelanggan.
"Sebenarnya apa pekerjaan kami?" tanya salah seorang wanita.
Wanita itu tiba-tiba tertawa seperti nenek sihir.
"Apa? Kalian tidak mengerti pekerjaan kalian disini?" tanya wanita itu.
Mereka semua menggelengkan kepala.
"Wanita penghibur, kalian harus belajar cara memuaskan pria dan belajar sopan santun terhadap pelanggan. Tidak boleh menyakiti mereka, jika kalian menyakiti mereka aku akan menunjukkan tempat paling cocok untuk kalian!!" jelas wanita itu sambil menyalakan proyektor dan memperlihatkan ruang bawah tanah yang berisi wanita-wanita yang disiksa dan bekerja tanpa henti untuk menenun kain tanpa mendapatkan makanan
Semua wanita itu menangis, melihat hal itu seorang pengawal membawa sengatan listrik di tangan mereka untuk menghukum siapa saja yang menangis.
"Apa kalian ingin merasakan sengatan listrik ini? Jika tidak ingin, maka Diam!" wanita itu menggertak.
Semua wanita itu menahan air matanya. Sania menatap Laluna yang masih dalam keadaan pingsan.
'Laluna aku percaya padamu. Selamatkanlah kami!' Sania berteriak dalam hatinya dan meneteskan air matanya.
Laluna sudah mendengar semua pembicaraan mereka.
'Aku tidak bisa langsung kabur jika begini caranya, aku harus berkeliaran di negara ini hingga semua korban bisa pulang ke Indonesia. Tapi apa yang harus aku lakukan? Karena di tempat ini kesucianku juga di pertaruhkan. Aku harus segera mencari tahu!' Laluna terus berfikir.
Wanita itu mendekati Laluna dan melepaskan ikatannya dari kaki dan tangannya.
'ternyata aku tidak perlu susah payah untuk membuka tali ini.' batin Laluna.
Ketika ikatan kakinya di lepas, Laluna menghuyungkan badannya lalu menabrak wanita bertubuh tinggi itu hingga tersungkur ke lantai. Laluna berdiri sembari melepas ikatan di tangannya.
"Dasar Gadis kurang Ajar!Sengat Gadis ini!" perintah wanita itu kepada salah seorang pengawal.
Laluna melayangkan tendangan ke wajah wanita itu hingga tersungkur lagi dan pingsan. Kemudian pengawal dan Laluna mulai berkelahi, pengawal itu kualahan ketika menghadapi Laluna. Sampai akhirnya Laluna menarik tangan pengawal itu dan menjatuhkan alat sengat yang ada di tangannya kemudian berbalik menyengat pengawal itu dan membuatnya pingsan.
Semua mata wanita disana terbelalak dan sangat terkejut. Sania tersenyum seperti memiliki harapan untuk bisa kembali ke negaranya. Perkelahian itu tidak terdengar oleh siapapun sehingga dengan mudah Laluna menyeret tubuh wanita itu keluar ruangan dan pengawal itu tetap dibiarkan karena tubuhnya sangat berat.
Tiba-tiba wanita-wanita itu sesenggukan.
"Kamu siapa? Kenapa kamu sangat hebat berkelahi?" tanya salah seorang wanita.
Laluna menutup pintu.
"Waktu kita mengobrol tidak banyak. Namaku Laluna, aku memang diikat karena aku punya ke ahlian bela diri. Aku sama sekali tidak tertarik bekerja di luar negeri tapi aku dipaksa menukar nasib keluargaku dengan dengan nasibku sendiri. Aku mungkin bisa kabur sendirian tapi sepertinya aku tidak bisa meninggalkan kalian. Aku hanya meminta jagalah diri kalian masing-masing kita tidak bisa lari dari sini tapi paling tidak kalian selamat. Aku pasti akan kabur untuk mencari bantuan, aku berjanji dengan kalian semua kita akan berhasil untuk menyelamatkan diri dan pulang ke Indonesia. Aku curiga ini adalah Sindikat perdagangan manusia. Jika kalian memberontak pasti kalian akan di bunuh begitu juga aku. Jangan percaya dengan mereka satu patah katapun. Tolong tetap percaya padaku jika kalian tidak melihat aku kembali dalam waktu lama! Karena aku juga butuh waktu untuk bisa menghubungi pemerintah Indonesia. Kalian jangan menangis! Jadilah wanita yang kuat.Jika kalian mengerti anggukan kepala. Aku yakin setelah ini aku akan di tangkap." Jelas Laluna mengakhiri ucapannya.
Mereka semua menganggukan kepala dan menurut dengan semua perkataan Laluna. Kali ini wajah mereka semua sudah berubah menjadi pucat pasi.
Laluna sudah mendengarkan suara langkah kaki dan wanita itu dari luar.
'Sepertinya pengawal yang lain sudah datang dan wanita itu sudah sadar. Waktunya dimulai.' gumam Laluna.
Teriakan wanita itu sudah memekikan telinga. Mereka membuka pintu dengan kasar, wanita itu berteriak.
"Tangkap Dia!"
Laluna sengaja membiarkan dirinya disiksa, dengan cara seperti itu maka tubuhnya akan penuh luka dan tidak akan laku untuk di jual kepada pria hidung belang, siasatnya ini juga menjadi awal untuk mengumpulkan bukti tentang perdagangan manusia di Kastil ini. Selama di tempat ini mereka memang tidak di perbolehkan menggunakan barang elektronik seperti telepon genggam atauhandphonebahkan surat-menyurat juga di batasi. Dengan cara ini juga dia bisa meminta kepada mereka untuk bisa berbicara dengan Pak Ramonta.Wanita itu berjalan dengan sangat geram menghampiri Laluna, pengawal itu membuat Laluna berlutut. Wanita ini menjambak rambut Laluna hingga merah kulit kepalanya.
Laluna mendapatkan pelanggan pertama dan disediakan satu buah bilik kamar. Laluna sedikit berkeringat, dalam hatinya dia meyakinkan diri bahwa ini adalah sebuah peran. Pria itu tidak terlalu tua ataupun terlalu muda tapi Laluna masih berusia sangat muda, menurutnya ini sangat tidak adil jika di usianya harus kehilangan kesucianya.Pria itu memandangnya dengan tatapan sangat menjijikkan. Laluna mencoba tidak ketakutan dan sedikit bernegosiasi. Inilah salah satu keahliannya."Bisakah aku berkenalan denganmu?" Laluna memulai pembicaraan dengan pria itu."Ternyata kamu cukup ramah untuk melay
Laluna kembali ke ruang rias. Dia menemukan Sania mendapatkan serangan lidi seperti yang dia terima. Laluna membiarkan itu terjadi karena hal itulah yang membuatnya selamat. Sania seperti baru saja dianiyaya oleh pelanggan wajahnya membiru dan badannya luka berat masih di tambah serangan lidi itu.Beberapa menit kemudian serangan itu di hentikan. Kedua tangan Sania di lepaskan, kali ini Sania tidak menangis dia hanya merintih dan menahan sakit. Laluna mengambil bubuk obat dan di siramkan ke tubuh Sania. Barulah rasa sakit akibat sayatan dan pukulan itu memaksa peluhnya untuk jatuh, perlahan memakai celana kain dan kaosnya lalu duduk disamping Laluna."Apakah kamu berhasil?" tanya Laluna yang juga masih merasaka
"Kalian berdua sudah datang. Duduklah!" Pak kepala itu duduk berhadapan dengan mereka."Benarkah kamu Rula dan Tasya?" tanya Pak Kepala itu."Iya aku Rula dan dia Tasya" jawab Laluna singkat."Kenapa kalian berdua menggunakan topeng?"Tanya Pak Kepala itu."Karena kami banyak menyimpan luka, aku takut akan terasa menjijikkan ketika melihat luka yang ada di wajah kita berdua." jelas Laluna yang sudah mempersiapkan jawaban itu sejak dalam perjalanan tadi."Hemm, aku juga dengar dari Lati. Dia bilang kalian melukai diri kalian sendiri demi berganti profesi menjadi pencuri. Apakah itu benar?" tambah Pak Kepala itu yang mulai sedikit penasaran.Laluna sangat mahir untuk bersikap tenang. Dia sama sekali tidak terlihat bingung ataupun gugup ketika menjawab pertanyaan."Kami sebenarnya tidak pandai melayani pria, bahkan kami berdua kadang sulit bersikap ramah. Karena banyak
Laluna yang terkejut membuat dia memandang Sania lagi dan memberi kode untuk berbuat sesuatu.Mereka berdua tiba-tiba berdiri dan memandang Albi yang juga ikut berdiri, mereka berdua mendorongnya perlahan ke dinding lalu menahannya berdiri dengan dihalangi tubuh Laluna dan Sania."Ap-apa yang akan kalian lak-lakukan?" Albi terlihat sangat ketakutan."Apa yang kamu dengar barusan?"tanya Sania menatap intens mata Albi."Ti-ti-tidak ada, aku tidak mendengar apa-apa, aku hany
"Sya ... Sepertinya kita akan tidur nyenyak kali ini." Laluna bersandar di pintu sambil memandang Sania."Iya La, aku tidak menyangka. Ternyata kastil itu memang tempat penyiksaan, buktinya saja pencuri bisa hidup enak disini. Ayo masuk! Kita harus mandi." kata Sania sambil masuk ke kamar itu dan mencoba empukknya ranjang di depan matanya."Tapi kita selamanya tidak bisa di tempat ini. Setelah dua minggu ini hidup kita akan berpindah-pindah dan menggunakan kaki kita untuk berlari sampai kita bisa pulang." jelas Laluna yang akhirnya berbaring di atas ranjang."Aku tahu, kita akan mulai mencari j
Dua minggu telah berlalu, Laluna dan Sania benar-benar menjadi pencuri terbaik di angkatan itu. Segala yang diajarkan telah mereka kuasai dengan cepat. Pak Kepala juga sangat mengakui hal itu, hari kebebasan mereka ada di depan mata sekarang karena mereka sudah dipercaya untuk keluar dari gedung putih.Mereka berdandan menjadi wanita cantik saat di luar walaupun Laluna sedikit tomboy sekarang dan selalu menggunakan cadar yang berbeda bahkan topeng yang berbeda di setiap aksi dan kesempatan. Mereka selalu bermain cantik setiap menjalankan aksinya, disisi lain mereka berdua malah banyak menolong orang-orang yang kelaparan dan orang-orang miskin.Setelah tiga tahun berlalu mereka berdua berhasil menjadi penc
Sudah tiga bulan sama sekali tidak ada surat untuk para orang tua dari mereka yang dikirim menjadi pekerja di Nepal termasuk orang tua Laluna yang selalu berdoa untuk keselamatan anaknya itu."Ayah, bagaimana kabar dari anak kita? Haruskah kita bertanya kepada pak Ramonta?Aku benar-benar cemas, sudah tiga bulan tidak ada surat ataupun kabar sama sekali. Setiap bulan hanya uang yang mengalir, tapi jika anak kita terjadi sesuatu aku juga tidak akan memaafkan diriku sendiri." keluh Ibu Laluna yang terus meneteskan air mata.Ayah Laluna memeluk istrinya itu."Sabar sayang, aku yakin anak kita baik-baik saja. Dia gadis yang tangguh, wa
Keadaan Laluna sudah membaik dia sudah di perbolehkan keluar dari rumah sakit. Pemerintah Indonesia akan segera memulangkan mereka semua besok"San, maafkan aku ya! Aku membuatmu sangat khawatir." kata Laluna yang masih merasakan sakit di punggung dan perutnya itu."Kamu fokus saja dengan kesembuhanmu!Ini kedua kalinya kamu membuat jantungku hampir copot." Jelas Sania sambil mendorong Laluna menggunakan kursi roda menuju ke mobil.Dirga menghampiri Laluna dan menghentikan laju kursi roda itu. Dia memberikan Bunga yang dia beli di toko sebelah rumah sakit.Mata Laluna tiba-tiba berbinar melihat Dirga memberikan bunga itu dengan penuh perhatian."Terimakasih." Laluna tersenyumDirga sangat bahagia melihat Laluna sudah kembali tersenyum."Apakah keadaanmu sudah membaik?" tanya Dirga membelai rambut Laluna.Dengan perasaan malunya Laluna menatap antara Dirga dengan penuh kebahagiaan."Iya aku sudah membaik." jawab Laluna.
Waktu sudah menunjukkan jam tujuh mereka berangkat ke Pokhara. Laluna, Sania, Diyon, Dirga dan Namo sudah berangkat menggunakan mobil putih Laluna. Empat puluh menit kemudian mereka sampai di tempat yang di arahkan Pak Kepala. Disana tampak Pak Kepala dan Albi duduk berdampingan bersama Arsi dan pelatih Rin. mereka sudah menunggu Laluna dan juga Sania. "Kalian bertiga tunggulah di meja nomor empat, kalian boleh pesan makanan sesuka hati! Jangan lupa aktifkan headset kalian! Kami berdua akan menemui mereka." Sania dan Laluna menuju meja makan Pak Kepala. "Dirga, Namo ini baru namanya rejeki nomplok." Kata Diyon yang sedang membaca menu makanan. Dirga memukul kepalanya. "Bisa diam tidak, kita disini harus menjaga mereka berdua!" Dirga duduk dan Fokus mendengarkan pembicaraan yang terjadi disana. Pak kepala terkejut melihat kedua wanita itu datang dengan topeng seperti dulu saat awal mereka bertemu. "Silahkan duduk!" Pak Kepala me
"Lalu apa yang selanjutnya kita lakukan pak? Apakah kita harus memberikan informasi rumah ini kepada Madam Lati?" tanya Arsi."Tidak, Madam Lati tidak boleh tahu. Kita sendiri yang akan mengunjungi rumah itu. Kita harus memastikan bahwa mereka berdua memang masih hidup. Kita akan membantu Laluna dan Sania, mereka juga sudah banyak membantu kita saat masih di gedung putih ini." jawab Pak Kepala.'Kalian berdua memang gadis yang istimewa. Aku berharap kalian memang masih hidup.' Batin Pak Kepala.Sania mendapatkan akses CCTV dirumah lamanya itu. Dia ingin tahu siapa orang yang akan datang kesana dan memeriksa rumahnya. Sania juga masih memasang penyadap di seluruh ruangan."Kita tunggu siapa tamu yang akan datang ke rumah ini?" Ujar Sania sambil duduk di depan komputernya.Hari sudah menjelang malam, mereka menunggu tapi tidak ada seorang pun yang datang. Mereka semua sangat lelah dan sangat lapar.
Malam hari itu madam Lati marah besar kepada semua pengawal."Kenapa kalian semuanya tidak pecus menjaga kastil ini? Apakah kalian sudah menyelidiki siapa pria dan wanita itu?" Madam Lati berbicara dengan nada tinggi."Sudah madam, pengawal kami ada yang berhasil memotret wanita dan pria itu dan ini adalah rekaman CCTV belakang kastil." pengawal itu memberikan laptop kepada madam Lati.Madam Lati melihat foto dan video itu, sedikit mengenali postur tubuh Laluna tapi dia sendiri masih ragu.
Semua pelacur itu berteriak-teriak karena dicengkeram beberapa bodyguard."Madam ampunilah kami! Tolong biarkan kami bekerja! Kami tidak akan kabur, jangan bawa kami keruang bawah tanah!" Salah satu pelacur dari Indonesia itu memohon di kaki madam Lati tapi sepertinya madam Lati sudah bersikap anti pati.Dua puluh tiga orang wanita penghibur dari Indonesia di sekap di Ruang bawah tanah. Mereka benar-benar disiksa dan disuruh bekerja tanpa gaji.***Sania mendapatkan Informasi bahwa kastil itu yang diketahui masyarakat hanya bisnis pelacurannya saja sedangkan perbudakan dan pembunuhan di ruang bawah tanah sama sekali tidak pernah terkekspos media. Mereka juga tidak pernah melaporkan jika mengambil tenaga kerja luar negeri jadi yang terdaftar hanyalah penduduk asli Nepal sebagai pekerja disana. Menurut pemerintah bisnis itu juga sektor pariwisata jadi mereka tidak akan pernah menutup bisnis itu.
Tiba-tiba Dari arah tangga Sania naik ke atas."Apa kalian berke ..." Sania berhenti bertanya melihat posisi mereka seperti itu lalu berbalik Sania tersenyum.Mereka berdua menoleh dan bangun dari posisi itu dengan sangat canggung. Mereka salah tingkah dan bingung harus berbuat apa."A-Akku a-akan mengambil gelas lagi." Laluna turun menabrak Sania dengan langkah kaki yang begitu cepat.Sania cukup terkejut dan dia mengikutinya ke Dapur.
Langit hampir gelap Laluna dan Dirga pergi kesebuah taman di dekat danau, mendengar dari masyarakat ada seperti pesta rakyat disana. Biasanya turis atau wisatawan berkunjung ke tempat ini untuk menari, menikmati makanan tradisional khas Nepal atau sekedar menikmati pemandangan perbukitan dan Danau dengan Lampu di malam hari.Laluna menggunakan handphone barunya untuk mengirimkan pesan ke Sania."San, sepertinya aku tidak aka
Di gedung putih mereka benar-benar merasa kehilangan. Pak Kepala baru sadar jika mereka berdua selama ini menggunakan nama samaran."Kedua wanita itu, mereka adalah orang yang gigih dan baik hati kenapa harus terbunuh juga." Albi mengusap air matanya karena merasa sangat kehilangan di depan pak Kepala dan para pelatih juga anggota yang lain di aula sambil menonton berita.Laluna dan Sania memang dikenal dermawan, baik hati dan penuh dengan candaan. Mereka bisa tiba-tiba ceria tapi bisa tiba-tiba serius, mereka berdua selalu menjadi penolong bagi siapapun yang mengenal mereka berdua.Albi
Sania menghentikan mobilnya di sebuah hutan yang banyak sekali pepohonan tinggi disana."Kamu nggak salah memilih tempat ini? Memang rumah seperti apa yang kamu beli?" Laluna penasaran."Ketika kita memiliki kekayaan melimpah aku sudah berinvestasi ke rumah ini. Ini bukan sembarangan rumah La, mungkin Gerbang Luarnya terasa seperti rumah berhantu tapi jika kamu sudah masuk ke dalam. Kamu akan betah." Sania menyingkirkan ranting kecil di sebelah gerbang yang penuh daun Kering itu.Sania menekan tombolnya dan gerbang itu terbuka.