Laluna yang terkejut membuat dia memandang Sania lagi dan memberi kode untuk berbuat sesuatu.
Mereka berdua tiba-tiba berdiri dan memandang Albi yang juga ikut berdiri, mereka berdua mendorongnya perlahan ke dinding lalu menahannya berdiri dengan dihalangi tubuh Laluna dan Sania.
"Ap-apa yang akan kalian lak-lakukan?" Albi terlihat sangat ketakutan.
"Apa yang kamu dengar barusan?"tanya Sania menatap intens mata Albi.
"Ti-ti-tidak ada, aku tidak mendengar apa-apa, aku hanya melihat kalian berjanji kelingking. Itu saja, kenapa kalian terlihat sangat mengerikan? Bisakah lepaskan aku dulu!" Albi mulai gugup.
"Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu? Kamu juga mahir mencuri informasi kan?" tanya Laluna mulai menggertak.
"Sum-sumpah, kamu bisa percaya padaku. Di tempat ini harus saling mempercayai tidak boleh saling mencuri barang atau informasi dari anggota lain. Tapi kalau mencuri hal lain di luar gedung ini boleh." jelas Albi memandang Laluna dengan sedikit rasa takut.
"Baiklah." Laluna dan Sania mulai melepaskan Albi.
"Apa ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Laluna sambil membetulkan pakaiannya.
"Kalian berdua dipanggil Pak Kepala ke kantornya. Untuk tas-tas ini biar aku bawakan ke kamar kalian." Kata Albi menyampaikan pesan sambil mengambil tas yang ada di sebelah Laluna dan Sania.
Tangan Sania dan Laluna masih bertahan diatas tasnya seolah masih belum percaya dengan Albi.
"Aku tidak tertarik untuk mengambil barang anggota lain. Karena disini aku juga bekerja menjadi pelayan, aku bisa di usir pak kepala dan kehilangan pekerjaan jika aku melakukannya." sepertinya Albi mengerti yang dimaksud mereka berdua.
"Baiklah, Terimakasih. Aku bisa percaya padamu." kata Sania melepaskan tas untuk dibawa Albi.
Mereka berdua bergegas pergi ke kantor Pak Kepala.
Di dalam kantor itu Pak kepala sedang membaca koran dan meletakkannya setelah mereka berdua masuk ke kantornya.
"Silahkan duduk! Aku akan memberi tahu peraturan di gedung ini. Dan ini berlaku selama empat tahun, kalian boleh berada di luar gedung berkeliaran sesuka hati jika lebih dari pukul dua belas malam atau tidak pulang kalian harus mencari telpon umum untuk mengabari pihak gedung putih. Karena itu menyangkut keamanan kalian, jika sampai keesokan harinya kalian tidak pulang dan tidak ada kabar kami tahu kalian dalam bahaya. Yang kedua jangan membeberkan hal apapun di tempat ini tentang kebiasaan di kastil dan hal mengerikan disana karena kami disini tidak mau tahu hal apapun yang ada disana dan kami tidak mau di sangkut pautkan jika terjadi sesuatu disana. Yang ketiga mencuri kurang dari target selama seminggu akan mendapatkan hukuman berada di gedung putih selama satu bulan dan melayani semua penghuni gedung putih tanpa bisa keluar kemanapun. Yang ke empat tidak boleh membocorkan informasi tentang gedung ini terhadap siapapun dan kalian harus mencari cara agar alamat gedung ini tidak diketahui. Kalian diperbolehkan memiliki penginapan lain untuk mengelabuhi semua orang tentang tempat tinggal kalian tapi setiap pukul sembilan malam kalian harus menyerahkan hasil curian secara diam-diam jika kalian tidak membawa hasil curian keesokan harinya kalian akan di jemput paksa oleh senior dan menerima hukuman. Kalian tidak di perbolehkan membeli handphone apapun alasannya, kalian boleh membeli banyak barang elektronik tapi kamera tidak akan pernah bisa masuk ke gedung ini. Jika kalian masuk rumah sakit atau tertangkap polisi aku akan datang sebagai orang tua kalian dan menyamar. jadi kalian harus bisa mengenaliku, Itu adalah peraturan di gedung putih ini. Cukup menyenangkan bukan ?peraturan akan bertambah setelah empat tahun kalian lolos dari pelatihan ini. Ada pertanyaan?" Penjelasan panjang dari Pak Kepala mulai di catat oleh Sania.
"Pelatihan akan diadakan dua kali seminggu jadi kalian harus datang tidak boleh membolos sama sekali jika membolos kalian juga akan mendapatkan hukuman. Baiklah, selama dua minggu kalian akan di bekali cara mencuri dan mencopet secara profesional, target perhari kalian harus bisa mencuri satu barang elektronik, satu minuman kaleng, satu perhiasan dan sejumlah uang minimal lima ratus ribu rupiah atau empat ribu lima puluh delapan koma tujuh puluh satu Nepal Rupee. Kalian akan di dampingi senior untuk uji coba mencuri pertama kali saat diluar gedung jadi selama dua minggu ini kalian harus bekerja keras. Apa ada pertanyaan ?" tambah Pak Kepala.
"Bolehkah aku bertanya setelah beberapa hari, jika terpikir Pertanyaan di kepalaku?" Laluna meminta kesempatan.
"Baiklah, sekarang kalian akan diantar Albi ke ruang komputer setelah itu kalian akan belajar mencuri dan melatih kecepatan tangan." Pak Kepala menerintah Albi untuk membawa mereka berdua ke ruang komputer.
Dalam pelajaran hari itu Laluna dan Sania bertemu dengan tiga senior di bidang IT mereka adalah Nano, Gaza dan Arsi mereka adalah tiga pria yang menjadi pencuri kelas kakap karena mereka sudah menjadi kaki tangan banyak pejabat dengan motif kejahatan yang berbeda. Mereka selalu lolos dari kejaran polisi karena kemampuan mencuri dengan kecepatan tinggi dan hanya di depan komputer saja. Pekerjaan mereka adalah meretas informasi dari luar negeri untuk mendapatkan informasi otentik yang bisa menyerang korbannya dan kebanyakan ada di dunia politik.
"Selamat siang semuanya pelajaran hari ini. Kalian akan di ajarkan untuk meretas, mengambil informasi secara cepat dan menutup akses agar tidak di terdeteksi." kata Nano salah seorang pelatih.
Mereka semua bekerja dengan serius, ini adalah hal terpenting dari misi Laluna karena dia ingin sekali meretas informasi untuk mendapatkan akses langsung ke dinas ketenagakerjaan Indonesia dan segera meminta pertolongan mereka untuk bisa pulang. Keinginan untuk meloloskan diri sendiri malah akan membongkar kedok perdagangan manusia dan perbudakan yang ada di kastil itu. Hal ini memang sangat berbahaya tapi jika terlambat maka nyawa wanita penghibur dari Indonesia itu akan lenyap seketika tanpa bekas.
Nano memberikan trik jitu untuk menutup akses agar orang tidak mengetahui jika dokumennya di retas. Dengan kecepatan tangan Nano, kita semua cukup kagum karena hanya hitungan detik Nano mampu mendapatkan informasi penting dari pemerintahan Singapura berapa banyak Narapidana dari Nepal yang berada disana dan menutup aksesnya agar tidak di ketahui orang lain.
Hal ini memang bukan keahlian yang mudah. Kita bahkan harus melatihnya beberapa kali agar tangan bisa mengetik dalam hitungan detik tanpa kesalahan sama sekali. Karena jika terjadi kesalahan ketik data akan cepat bocor dan resikonya kita akan di buru dan mati dengan sia-sia.
Dalam tiga jam pelajaran itu, satu kelas yang berisi tiga puluh orang ini sama sekali tidak ada yang berleha-leha bahkan mereka sama sekali tidak ada yang berbicara. Mereka fokus dengan komputer mereka masing-masing. Dalam bidang ini Sania termasuk mahir karena dia mampu menguasai beberapa teknik lebih baik dari Laluna.
"Aku selesai." Sania berteriak setelah selesai meretas dokumen dari pemerintahan Jerman tentang investasi ilegal yang mereka lakukan sekaligus menutup aksesnya.
Nano dan kawan-kawan bertepuk tangan.
"Hebat, kamu melakukannya dengan baik. Kecepatanmu dalam bidang ini sebagai pemula terbilang cukup bagus. Mungkin selama dua minggu ini kamu akan ahli untuk menjadi pencuri dokumen." Sania terlihat sangat senang dan cukup puas dengan kerja kerasnya.
Laluna tersenyum di sampingnya.
'Aku tahu dia adalah partner yang hebat. Kita akan bisa saling melindungi.' batin Laluna memandang Sania yang masih serius mempelajari sistem komputer.
Tiga puluh menit kemudian pelatihan itu selesai. Mereka diperbolehkan istirahat sebentar sambil meminum air putih yang di sediakan di Gedung Putih.
Tiba-tiba lonceng berbunyi dengan sangat keras
"Kling,Klong, kling, klong."
Semua orang berlarian menuju sebuah ruangan di lantai dua.
Mereka berlari seperti menyelamatkan diri dari bencana. Gerakan mereka sangat cepat bahkan hanya dalam hitungan detik, dalam ruangan itu mereka berdiri rapi seperti barisan militer. Ruangan itu hampir mirip seperti aula yang sangat besar di dalamnya masih sama sekitar tiga puluh orang dari kelas komputer tadi, anehnya disini tidak banyak orang ngobrol dan tidak banyak orang berbicara satu sama lain. Walaupun ada beberapa orang bersandar menonton ketiga puluh orang ini berbaris.
Satu pelatih bernama Rin datang dengan membawa tongkat panjang, entah untuk apa tongkat itu. Rin berjalan berputar mengelilingi ketiga puluh anggota ini, dia melihat penampilan tapi semua tidak boleh menoleh dan harus menghadap ke depan. Suasana sangat tegang.
"Hari ini, aku akan mengajarkan kecepatakan tangan. Untuk pemanasan sebelum aku mengajarkan triknya, di dalam kotak besar itu terdapat uang kertas yang sangat banyak, semua senior yang berdiri disana akan membantuku untuk menyebar uang itu di ruangan ini. Tugas kalian adalah mengumpulkan uang Sebanyak mungkin dalam waktu lima puluh detik, setelah waktu habis kita akan menghitung jumlah uang masing-masing orang. Tiga orang dengan jumlah terendah harus memindahkan galon dari halaman ke dapur gedung ini. Kalian siap?" tanya Pelatih Rin.
Semua menjawab serentak
"Siap."
Para senior menyebarkan uangnya dan aba-aba di mulai.
"Waktu Dimulai!"
Tanpa menunggu waktu mereka berebut dalam waktu lima puluh detik. Laluna dan Sania benar-benar serius mengambil uang dan memasukkan ke dalam kantung celananya agar bisa membawa lebih banyak uang. Waktu hampir berakhir semua orang saling menabrak dan saling berebut, saling menjatuhkan dan saling bersikutan.
"Baiklah waktu habis." pelatih Rin menghentikan mereka semua.
Satu persatu jumlah uang mereka di hitung. Roko seorang pria bertubuh tinggi dengan kulit berwarna hitam mendapatkan uang dengan jumlah tertinggi. Laluna dan Sania mendapatkan posisi kesepuluh dan kesebelas dalam jumlah uang ini kemudian tiga orang dengan jumlah terendah terpaksa turun untuk memindahkan galon baru mereka bisa bergabung kembali. Nafas mereka cukup terengah-engah tapi pelajaran selanjutnya kembali di mulai.
"Kalian sudah tahu cara mengambil uang dan mengumpulkan uang dalam ruangan terbuka,Sekarang kalian akan belajar mencuri di sebuah ruangan tertutup. Disini bukan hanya di butuhkan kecepatan tapi juga kewaspadaan. Ada sebuah brangkas disana dengan sandi yang kita tidak tahu, cara ini sering di perlihatkan dalam film untuk menggunakan stetoskop. Kalian harus selalu melihat ada CCTV yang mengarah ke kalian atau tidak. Jika ada maka kalian harus punya cara untuk menutup CCTV itu entah bagaimanapun caranya. Kemudian kalian harus mendengarkan baik-baik saat kalian memutar sandi karena jika itu benar akan ada bunyi klik. Setelah itu kalian akan dengan cepat untuk membuka brangkasnya, kalian akan dibagi menjadi enam kelompok yang di dalamnya terdiri dari 5 anggota tugas kalian adalah bekerja sama untuk mengambil sejumlah uang dalam brangkas dan saling melindungi satu sama lain. Di balik pintu itu ada beberapa ruangan yang sudah di desain untuk mendeketsi kegagalan untuk mengambil uang dalam brangkas, jika alarm berbunyi itu pertanda kalian gagal karena ketahuan sang pemilik brangkas. Ku harap kalian mengerti." penjelasan pelatih Rin lagi.
"Oke waktunya hanya tiga puluh menit silahkan berkelompok!" Kata pelatih Rin.
Laluna dan Sania berkelompok dengan tiga orang pria bernama Janu, Valko dan Ken. Mereka semua bersiap memasuki ruangan yang disediakan.
"Waktu dimulai!" pelatih Rin membunyikan peluit.
Mereka berlima bekerja sama untuk mengambil uang di brangkas dengan membagi tugas. Laluna bertugas menutup CCTV, Valko bertugas mematikan sistem laser menggunakan peralatan IT, Janu bersiap disamping Sania untuk mengambil uang, Sania bertugas memecahkan sandi brangkas menggunakan stetoskop. Kemudian Ken bertugas mengamati jika masih ada jebakan lain di ruangan itu.
Mereka memulai praktiknya dan dalam waktu yang cepat Laluna menutup CCTV dengan permen karet yang dimiliki Valko. Kemudian Valko berhasil mematikan laser baru Sania dan Janu masuk ke dalam. Sania memecahkan sandi dalam waktu tiga puluh detik kemudian uangnya berhasil di amankan di dalam karung yang dibawa Janu ketika mereka akan keluar tiba-tiba Ken berteriak.
"Berhenti!!"
Sania dan Janu tidak jadi melangkah, Ken berkata pada Valko masih ada satu laser tepat sejajar dengan kaki mereka dan belum mati.
"Terimakasih Ken." kata Valko yang segera mematikan laser itu.
Mereka berdua keluar dengan aman dengan membawa sejumlah uang di dalam karung. Kemudian mereka berlima bergegas untuk ke aula itu lagi untuk menemui pelatih Rin. Tidak disangka mereka datang lebih dulu sebelum yang lain.
Semua senior bertepuk tangan menyambut mereka berlima.
"Kalian cukup hebat waktu masih kurang sepuluh menit dan kalian keluar tanpa bunyi alarm." kata Pelatih Rin.
Mereka berlima saling melihat dan akhirnya tersenyum juga. Mereka saling berkenalan satu sama lain.
Sepuluh menit telah berlalu ada dua kelompok yang gagal dan sisanya lolos dengan waktu yang berbeda. Kelas hari ini selesai.
"Besok kalian akan mulai untuk kelas menembak, memanah dan panjat tebing. Kemudian hari-hari berikutnya kalian akan mengulang pelajaran seperti IT,Bela diri, dan lain-lain sehingga kalian benar-benar mahir. Minggu depan kalian sudah turun ke lapangan.Apa kalian siap?" jelas Pelatih Rin
"Kami Siap!" mereka semua menjawab dengan kompak.
Hari itu juga kelas berakhir. Lelah seperti sudah mendera Laluna dan juga Sania, mereka diantar Albi ke kamar mereka.
Dalam pikiran mereka ruangan yang akan di gunakan mereka menginap adalah tempat kumuh seperti di kastil waktu itu. Setelah sampai di ruangan itu betapa terkejutnya Laluna dan Sania yang akhirnya bengong di depan pintu kamar mereka.
"Sya ... Sepertinya kita akan tidur nyenyak kali ini." Laluna bersandar di pintu sambil memandang Sania."Iya La, aku tidak menyangka. Ternyata kastil itu memang tempat penyiksaan, buktinya saja pencuri bisa hidup enak disini. Ayo masuk! Kita harus mandi." kata Sania sambil masuk ke kamar itu dan mencoba empukknya ranjang di depan matanya."Tapi kita selamanya tidak bisa di tempat ini. Setelah dua minggu ini hidup kita akan berpindah-pindah dan menggunakan kaki kita untuk berlari sampai kita bisa pulang." jelas Laluna yang akhirnya berbaring di atas ranjang."Aku tahu, kita akan mulai mencari j
Dua minggu telah berlalu, Laluna dan Sania benar-benar menjadi pencuri terbaik di angkatan itu. Segala yang diajarkan telah mereka kuasai dengan cepat. Pak Kepala juga sangat mengakui hal itu, hari kebebasan mereka ada di depan mata sekarang karena mereka sudah dipercaya untuk keluar dari gedung putih.Mereka berdandan menjadi wanita cantik saat di luar walaupun Laluna sedikit tomboy sekarang dan selalu menggunakan cadar yang berbeda bahkan topeng yang berbeda di setiap aksi dan kesempatan. Mereka selalu bermain cantik setiap menjalankan aksinya, disisi lain mereka berdua malah banyak menolong orang-orang yang kelaparan dan orang-orang miskin.Setelah tiga tahun berlalu mereka berdua berhasil menjadi penc
Sudah tiga bulan sama sekali tidak ada surat untuk para orang tua dari mereka yang dikirim menjadi pekerja di Nepal termasuk orang tua Laluna yang selalu berdoa untuk keselamatan anaknya itu."Ayah, bagaimana kabar dari anak kita? Haruskah kita bertanya kepada pak Ramonta?Aku benar-benar cemas, sudah tiga bulan tidak ada surat ataupun kabar sama sekali. Setiap bulan hanya uang yang mengalir, tapi jika anak kita terjadi sesuatu aku juga tidak akan memaafkan diriku sendiri." keluh Ibu Laluna yang terus meneteskan air mata.Ayah Laluna memeluk istrinya itu."Sabar sayang, aku yakin anak kita baik-baik saja. Dia gadis yang tangguh, wa
Pria itu ternyata adalah salah seorang tentara yang dikirim Indonesia untuk menyelidiki perdagangan manusia di Nepal. Namanya adalah Dirga.Setelah kembali dia buru-buru melihat Foto-foto yang yang di temukan di kastil itu. Dia menemukan dua Foto yang menurut penghuni kastil memilih menjadi pencuri dari pada menjadi pelacur. Dirga menemukan Foto Laluna saat berusia dua belas tahun.'Wanita ini sangat mirip dengan gadis ini, tidak salah lagi. Jika di dalam kastil itu tidak di perbolehkan membawa barang elektronik dan juga handphone apalagi terhubung melalui internet tidak mungkin pengirim surel ada di dalam kastil. Dia bisa tahu dengan mudah tentang kastil karena dia dulu pernah berada di dalam kastil, tuj
Sania menghentikan mobilnya di sebuah hutan yang banyak sekali pepohonan tinggi disana."Kamu nggak salah memilih tempat ini? Memang rumah seperti apa yang kamu beli?" Laluna penasaran."Ketika kita memiliki kekayaan melimpah aku sudah berinvestasi ke rumah ini. Ini bukan sembarangan rumah La, mungkin Gerbang Luarnya terasa seperti rumah berhantu tapi jika kamu sudah masuk ke dalam. Kamu akan betah." Sania menyingkirkan ranting kecil di sebelah gerbang yang penuh daun Kering itu.Sania menekan tombolnya dan gerbang itu terbuka.
Di gedung putih mereka benar-benar merasa kehilangan. Pak Kepala baru sadar jika mereka berdua selama ini menggunakan nama samaran."Kedua wanita itu, mereka adalah orang yang gigih dan baik hati kenapa harus terbunuh juga." Albi mengusap air matanya karena merasa sangat kehilangan di depan pak Kepala dan para pelatih juga anggota yang lain di aula sambil menonton berita.Laluna dan Sania memang dikenal dermawan, baik hati dan penuh dengan candaan. Mereka bisa tiba-tiba ceria tapi bisa tiba-tiba serius, mereka berdua selalu menjadi penolong bagi siapapun yang mengenal mereka berdua.Albi
Langit hampir gelap Laluna dan Dirga pergi kesebuah taman di dekat danau, mendengar dari masyarakat ada seperti pesta rakyat disana. Biasanya turis atau wisatawan berkunjung ke tempat ini untuk menari, menikmati makanan tradisional khas Nepal atau sekedar menikmati pemandangan perbukitan dan Danau dengan Lampu di malam hari.Laluna menggunakan handphone barunya untuk mengirimkan pesan ke Sania."San, sepertinya aku tidak aka
Tiba-tiba Dari arah tangga Sania naik ke atas."Apa kalian berke ..." Sania berhenti bertanya melihat posisi mereka seperti itu lalu berbalik Sania tersenyum.Mereka berdua menoleh dan bangun dari posisi itu dengan sangat canggung. Mereka salah tingkah dan bingung harus berbuat apa."A-Akku a-akan mengambil gelas lagi." Laluna turun menabrak Sania dengan langkah kaki yang begitu cepat.Sania cukup terkejut dan dia mengikutinya ke Dapur.
Keadaan Laluna sudah membaik dia sudah di perbolehkan keluar dari rumah sakit. Pemerintah Indonesia akan segera memulangkan mereka semua besok"San, maafkan aku ya! Aku membuatmu sangat khawatir." kata Laluna yang masih merasakan sakit di punggung dan perutnya itu."Kamu fokus saja dengan kesembuhanmu!Ini kedua kalinya kamu membuat jantungku hampir copot." Jelas Sania sambil mendorong Laluna menggunakan kursi roda menuju ke mobil.Dirga menghampiri Laluna dan menghentikan laju kursi roda itu. Dia memberikan Bunga yang dia beli di toko sebelah rumah sakit.Mata Laluna tiba-tiba berbinar melihat Dirga memberikan bunga itu dengan penuh perhatian."Terimakasih." Laluna tersenyumDirga sangat bahagia melihat Laluna sudah kembali tersenyum."Apakah keadaanmu sudah membaik?" tanya Dirga membelai rambut Laluna.Dengan perasaan malunya Laluna menatap antara Dirga dengan penuh kebahagiaan."Iya aku sudah membaik." jawab Laluna.
Waktu sudah menunjukkan jam tujuh mereka berangkat ke Pokhara. Laluna, Sania, Diyon, Dirga dan Namo sudah berangkat menggunakan mobil putih Laluna. Empat puluh menit kemudian mereka sampai di tempat yang di arahkan Pak Kepala. Disana tampak Pak Kepala dan Albi duduk berdampingan bersama Arsi dan pelatih Rin. mereka sudah menunggu Laluna dan juga Sania. "Kalian bertiga tunggulah di meja nomor empat, kalian boleh pesan makanan sesuka hati! Jangan lupa aktifkan headset kalian! Kami berdua akan menemui mereka." Sania dan Laluna menuju meja makan Pak Kepala. "Dirga, Namo ini baru namanya rejeki nomplok." Kata Diyon yang sedang membaca menu makanan. Dirga memukul kepalanya. "Bisa diam tidak, kita disini harus menjaga mereka berdua!" Dirga duduk dan Fokus mendengarkan pembicaraan yang terjadi disana. Pak kepala terkejut melihat kedua wanita itu datang dengan topeng seperti dulu saat awal mereka bertemu. "Silahkan duduk!" Pak Kepala me
"Lalu apa yang selanjutnya kita lakukan pak? Apakah kita harus memberikan informasi rumah ini kepada Madam Lati?" tanya Arsi."Tidak, Madam Lati tidak boleh tahu. Kita sendiri yang akan mengunjungi rumah itu. Kita harus memastikan bahwa mereka berdua memang masih hidup. Kita akan membantu Laluna dan Sania, mereka juga sudah banyak membantu kita saat masih di gedung putih ini." jawab Pak Kepala.'Kalian berdua memang gadis yang istimewa. Aku berharap kalian memang masih hidup.' Batin Pak Kepala.Sania mendapatkan akses CCTV dirumah lamanya itu. Dia ingin tahu siapa orang yang akan datang kesana dan memeriksa rumahnya. Sania juga masih memasang penyadap di seluruh ruangan."Kita tunggu siapa tamu yang akan datang ke rumah ini?" Ujar Sania sambil duduk di depan komputernya.Hari sudah menjelang malam, mereka menunggu tapi tidak ada seorang pun yang datang. Mereka semua sangat lelah dan sangat lapar.
Malam hari itu madam Lati marah besar kepada semua pengawal."Kenapa kalian semuanya tidak pecus menjaga kastil ini? Apakah kalian sudah menyelidiki siapa pria dan wanita itu?" Madam Lati berbicara dengan nada tinggi."Sudah madam, pengawal kami ada yang berhasil memotret wanita dan pria itu dan ini adalah rekaman CCTV belakang kastil." pengawal itu memberikan laptop kepada madam Lati.Madam Lati melihat foto dan video itu, sedikit mengenali postur tubuh Laluna tapi dia sendiri masih ragu.
Semua pelacur itu berteriak-teriak karena dicengkeram beberapa bodyguard."Madam ampunilah kami! Tolong biarkan kami bekerja! Kami tidak akan kabur, jangan bawa kami keruang bawah tanah!" Salah satu pelacur dari Indonesia itu memohon di kaki madam Lati tapi sepertinya madam Lati sudah bersikap anti pati.Dua puluh tiga orang wanita penghibur dari Indonesia di sekap di Ruang bawah tanah. Mereka benar-benar disiksa dan disuruh bekerja tanpa gaji.***Sania mendapatkan Informasi bahwa kastil itu yang diketahui masyarakat hanya bisnis pelacurannya saja sedangkan perbudakan dan pembunuhan di ruang bawah tanah sama sekali tidak pernah terkekspos media. Mereka juga tidak pernah melaporkan jika mengambil tenaga kerja luar negeri jadi yang terdaftar hanyalah penduduk asli Nepal sebagai pekerja disana. Menurut pemerintah bisnis itu juga sektor pariwisata jadi mereka tidak akan pernah menutup bisnis itu.
Tiba-tiba Dari arah tangga Sania naik ke atas."Apa kalian berke ..." Sania berhenti bertanya melihat posisi mereka seperti itu lalu berbalik Sania tersenyum.Mereka berdua menoleh dan bangun dari posisi itu dengan sangat canggung. Mereka salah tingkah dan bingung harus berbuat apa."A-Akku a-akan mengambil gelas lagi." Laluna turun menabrak Sania dengan langkah kaki yang begitu cepat.Sania cukup terkejut dan dia mengikutinya ke Dapur.
Langit hampir gelap Laluna dan Dirga pergi kesebuah taman di dekat danau, mendengar dari masyarakat ada seperti pesta rakyat disana. Biasanya turis atau wisatawan berkunjung ke tempat ini untuk menari, menikmati makanan tradisional khas Nepal atau sekedar menikmati pemandangan perbukitan dan Danau dengan Lampu di malam hari.Laluna menggunakan handphone barunya untuk mengirimkan pesan ke Sania."San, sepertinya aku tidak aka
Di gedung putih mereka benar-benar merasa kehilangan. Pak Kepala baru sadar jika mereka berdua selama ini menggunakan nama samaran."Kedua wanita itu, mereka adalah orang yang gigih dan baik hati kenapa harus terbunuh juga." Albi mengusap air matanya karena merasa sangat kehilangan di depan pak Kepala dan para pelatih juga anggota yang lain di aula sambil menonton berita.Laluna dan Sania memang dikenal dermawan, baik hati dan penuh dengan candaan. Mereka bisa tiba-tiba ceria tapi bisa tiba-tiba serius, mereka berdua selalu menjadi penolong bagi siapapun yang mengenal mereka berdua.Albi
Sania menghentikan mobilnya di sebuah hutan yang banyak sekali pepohonan tinggi disana."Kamu nggak salah memilih tempat ini? Memang rumah seperti apa yang kamu beli?" Laluna penasaran."Ketika kita memiliki kekayaan melimpah aku sudah berinvestasi ke rumah ini. Ini bukan sembarangan rumah La, mungkin Gerbang Luarnya terasa seperti rumah berhantu tapi jika kamu sudah masuk ke dalam. Kamu akan betah." Sania menyingkirkan ranting kecil di sebelah gerbang yang penuh daun Kering itu.Sania menekan tombolnya dan gerbang itu terbuka.