"Kalian berdua sudah datang. Duduklah!" Pak kepala itu duduk berhadapan dengan mereka.
"Benarkah kamu Rula dan Tasya?" tanya Pak Kepala itu.
"Iya aku Rula dan dia Tasya" jawab Laluna singkat.
"Kenapa kalian berdua menggunakan topeng?"Tanya Pak Kepala itu.
"Karena kami banyak menyimpan luka, aku takut akan terasa menjijikkan ketika melihat luka yang ada di wajah kita berdua." jelas Laluna yang sudah mempersiapkan jawaban itu sejak dalam perjalanan tadi.
"Hemm, aku juga dengar dari Lati. Dia bilang kalian melukai diri kalian sendiri demi berganti profesi menjadi pencuri. Apakah itu benar?" tambah Pak Kepala itu yang mulai sedikit penasaran.
Laluna sangat mahir untuk bersikap tenang. Dia sama sekali tidak terlihat bingung ataupun gugup ketika menjawab pertanyaan.
"Kami sebenarnya tidak pandai melayani pria, bahkan kami berdua kadang sulit bersikap ramah. Karena banyak senior bilang ada pekerjaan lain di kastil, aku dan dia memutuskan untuk pindah. Sepertinya pekerjaan ini lebih cocok untuk kami berdua." jelas Laluna berusaha sangat polos untuk menjawab pertanyaan itu.
Tiba-tiba Pak Kepala tertawa.
"Hahahhahaha, kalian sangat lucu. Sejak kapan seorang wanita tidak bisa melayani pria, lambat laun kalian juga akan menikah dan menjadi istri. Pekerjaan itu tidak akan mungkin tidak bisa kalian lakukan. Kalian membuatku sangat geli." Pak Kepala belum juga berhenti tertawa.
"Mungkin itu bisa kami lakukan setelah kami berdua dewasa. Lihatlah kami masih belia dan sangat polos. Jujur aku lebih suka berkelahi dari pada menjadi wanita penghibur." sahut Laluna dalam hati sangat geram dengan pria itu.
Pak Kepala tiba-tiba berhenti tertawa.
"Berkelahi? Kamu lebih suka berkelahi? Apa dengan tubuhmu yang mulus itu bisa juga berkelahi?" Pak Kepala mulai tertawa lagi.
"Kalian ini membuatku sangat geli, lihat kalian berdua masih gadis kecil! kamu Rula masih berusia dua belas tahun dan kamu Tasya usiamu masih lima belas tahun aku tahu ini dari Lati. Masuk akal jika kalian memang belum siap untuk melayani pria tapi aku tidak yakin jika kalian berdua bisa berkelahi." Pak Kepala berusaha menghentikan tawanya.
'Dasar!! Hiss pria ini meremehkan aku." Gumam Laluna mempertahankan senyumannya.
"Aku tidak bisa berkelahi. Tolong ajarkan aku untuk itu!" dengan tiba-tiba Sania berterus terang.
"Ya, ya, ya. Aku suka dengan kejujuranmu itu. Aku pasti akan mengajarkanya padamu. Apa kamu tidak ingin jujur?" Tanya Pak Kepala masih meremehkan Laluna.
'Sania memang gadis yang sangat polos.' batin Laluna sambil menghela nafas.
"Aku sudah jujur aku suka berkelahi dan aku memang bisa." jawab Laluna terlihat sedikit kesal.
"Hei gadis kecil! sungguh, aku jadi penasaran. Baiklah kita langsung mulai pelajaran hari ini. Ikutlah denganku!" Pak kepala berjalan keluar dari ruangan itu dan mereka berdua mengikutinya.
Mereka melihat ke kanan kiri suasana gedung yang begitu sepi dan cukup tenang. Mereka sampai disebuah ruangan seperti tempat latihan untuk bela diri. Pak Kepala seperti memberikan isyarat untuk menyerang Laluna dari arah yang tidak terduga. Laluna sudah cukup peka dengan angin yang datang dan ingin menyapanya itu. Badannya menghindar dengan gerakan yang sangat cepat tanpa pukulan ataupun gerakan membalas, Pak kepala masih belum memperlihatkan pengakuannya. Sampai akhirnya penyerang itu melayangkan pukulan ke arah kepala Laluna. sontak laluna bergulir dan mengayuh kaki kirinya dari arah berlawanan untuk membalas pukulan lawan. Kali ini penyerang tersungkur jauh dengan darah di ujung bibirnya.
Tepuk tangan terdengar dari seluruh orang yang berada di ruangan itu.
"Wow, Ku kira ocehanmu hanya omong kosong. Kamu cukup hebat gadis kecil."puji Pak Kepala sambil memandang Laluna.
"Aku sudah bilang jika aku berterus terang dari awal aku lebih suka memukul orang dan berkelahi." jelas Laluna lagi.
"Baiklah, kali ini aku percaya padamu." kata Pak Kepala.
"Baiklah kalian semua boleh berkumpul, aku akan memperkenalkan anggota baru disini. Mereka masih pemula dan mereka tidak masuk dalam qualifikasi sebagai pelacur. Mereka adalah Rula dan Tasya." Pak Kepala membawa mereka berdua kedepan semua orang.
Mereka bertepuk tangan
"Aku cuma berharap tidak ada korban lagi setelah ini. Kebanyakan dari mereka yang datang dari Kastil pelacur itu pasti mati jika mereka menjalankan misi ini. Ya karena mereka hanya mencari jalan keluar untuk bebas bukan berkeinginan untuk mendalami peran ini. Mereka bukan kita yang lahir dengan kehidupan yang keras tanpa orang tua. Mereka tetap saja wanita-wanita yang lemah." jawab salah seorang wanita senior bernama Luga.
"Aku melihat aksi gadis kecil itu saat masuk pertama kali ke halaman gedung ini. Dia membanting Albi dengan begitu mahir. sepertinya kepekaannya terhadap serangan cukup mengesankan. Anehnya mereka berdua memakai topeng, apa itu bisa menyinhkirkan kesialan?" tanggapan Natali sambil menoleh ke arah Laluna.
"Benarkah? Aku jadi penasaran berapa lama mereka akan hidup dan apakah mereka bisa menyelesaikan pelatihanya selama empat tahun disini? karena menurut pengalaman yang sudah-sudah setelah tiga bulan mereka hanya tinggal nama. Ya, memang ada yang lolos pelatihan selama empat tahun tapi bulan berikutnya juga langsung meregang nyawa. Jika topeng itu bisa membuat mereka bertahan, aku juga pasti akan memakainya." ucap Luga sambil melakukan pemanasan.
"Ah sudahlah, hidup dan mati seseorang kita tidak akan tahu. Aku juga penasaran akan sampai kapan mereka bisa bertahan." ucap Natali mengakhiri obrolannya.
Pak Kepala menyerahkan mereka berdua kepada Rigo dan Sagi sebagai pelatih di kelas bela diri itu. Mereka bersiap untuk mendapatkan latihan dasar lagi sampai benar-benar mahir bela diri.
' Aku baru tahu menjadi seorang kriminal memiliki sekolah juga disini. Benar-benar budaya yang aneh.' pikir Laluna sambil melakukan pemanasan.
Laluna dan Sania sama-sama memiliki luka yang belum kering. Rasanya mereka benar-benar harus menikmati rasa sakit itu selama proses latihan ini. Beberapa jam telah berlalu keringat mereka mulai bercucuran, Sania benar-benar memaksakan diri tapi sekarang wajahnya terlihat sangat pucat. Tiba-tiba darah keluar dari balik lengan dan kakinya. Begitu juga dengan Laluna walaupun lukanya tidak terlalu parah tapi darah tetap mengucur dan tembus dari balik pakaiannya.
"Berhentilah sebentar! Banyak darah keluar dari balik bajumu. Sepertinya luka itu terbuka lagi." kata Laluna yang akhirnya memapah Sania untuk duduk.
"RuLa, kamu juga." kata Sania yang juga melihat darah dari balik pakaian Laluna
Setelah jaket yang di pakai Sania di buka, luka sayatan di lengan dan badannya robek lagi dan mereka semua termasuk pelatih melihat tubuh Sania yang hanya menggunakan singlet itu.
"Aku tidak apa-apa. Mungkin terasa perih tapi jika aku berhenti, aku akan semakin lemah aku harus menjadi wanita yang lebih kuat lagi." Sania bangkit berdiri dengan wajah yang pucat itu.
Para pelatih akhirnya penasaran juga.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian berdua?" tanya Rigo salah seorang pelatih.
"Hanya dengan begini kita bisa di tolak untuk menjadi pelacur. Tapi Tasya kena pukulan saat didalam kamar yang dilakukan oleh pelanggan karena tubuhnya banyak luka sayatan. Maafkan kami, luka kami belum kering, aku akan mengganti perban bersama dengannya dan akan mulai lagi dalam waktu lima belas menit." jelas Laluna.
"Baiklah, aku tunggu lima belas menit lagi!" kata Rigo.
Mereka berdua meninggalkan ruangan berlatih dan menuju ke kamar mandi.
"Mereka berdua terlihat sangat mengerikan, tubuh mereka penuh dengan luka dan hampir semua bernanah tapi mereka tetap bersemangat untuk latihan. Sampai sekarang sebagai seorang pencuri aku belum pernah dapat penyiksaan parah seperti itu, aku semakin penasaran dengan kastil itu. Kenapa pak kepala melarang kita semua untuk kesana? padahal kami satu Agensi yang sama." Rigo berbicara dengan Sagi.
"Entahlah sudah dari jaman senior, kita semua tidak boleh ke kastil itu. Padahal sudah ada sekitar sepuluh wanita yang di kirim ke gedung ini untuk di jadikan pencuri dan kebanyakan dari mereka pasti mati. Pak Kepala selalu berkata Kastil itu tidak pantas untuk kalian karena kalian disini lebih terhormat dari pada mereka disana. Aku tidak ingin gedung ini di tutup hanya karena kastil itu. Entah apa artinya itu?" Sagi juga mulai heran.
"Semoga kali ini mereka tidak mati. Aku hanya berharap tidak ada korban lagi dari kastil itu. Kenapa aku merasakan ada banyak rahasia di kastil itu yang di sembunyikan? Ah sudahlah kita kembali berlatih sambil menunggu mereka kembali." Rigo membetulkan ikatan di tangannya dan mereka berdua kembali berlatih.
Lima belas menit kemudian setelah mengganti perban ditubuh mereka berdua dan meminum pereda rasa sakit. Mereka berlatih lagi, mereka berlatih sangat keras untuk menguasai setiap gerakan bela diri itu.
Mereka juga melakukan sparing partner melawan anggota lain untuk berlatih. Terlihat Laluna sangat menonjol dan sudah mengalahkan tiga lawan yang di pasangkan dalam latihan ini. Sania walaupun berkembang dengan biasa saja tapi dia juga mampu menguasai beberapa gerakan dengan cukup cepat. Pak kepala di sesi latihan terakhir di hari itu melihat mereka berdua berlatih dan cukup terkejut dengan kerja keras yang mereka lakukan.
'Kedua anak ini berbeda dengan gadis-gadis sebelumnya. Aku seperti melihat motif tersembunyi dari anak-anak itu, entah mengapa Firasatku mengatakan hal ini.'kata Pak Kepala masih memperhatikan mereka berdua berlatih.
Tiga puluh menit kemudian sesi terakhir selesai. Dan mereka mendapatkan waktu istirahat dan juga makan siang. Mereka menikmati nasi kotak di teras depan gedung putih ini.
"Aku lega latihan ini sudah selesai. Aku ingin berterimakasih padamu karena kamu mengajakku keluar dari kastil itu." Sania berkata sambil memandang halaman luas di depan gedung putih itu.
"Aku juga tidak tahu. Rasanya aku ingin mengajakmu untuk menjadi pencuri, tubuhmu juga terlihat tidak cocok untuk jadi wanita penghibur, kamu terlihat lebih kekar dari pada aku Sya." Laluna masih menikmati makanan di hadapannya.
"Apa-apaan kamu ini La, kamu ingin memujiku atau mengejekku? Tapi sepertinya kehidupan kita di sini akan lebih seru dari pada kehidupan di kastil itu. Disini jauh lebih damai padahal kita masuk disarang pencuri, apa mereka tidak akan saling mencuri barang milik anggota lain ya La?" Sania jadi penasaran.
"Entahlah, aku melihat di sini lingkungannya lebih baik. Hanya empat tahun kita berlatih disini Aku hanya berharap kita berdua tidak terbunuh, kamu harus berjanji padaku untuk tetap bertahan." kata Laluna mengacungkan jari kelingkingnya.
"Baiklah aku berjanji padamu. Kamu juga ya La." jawab Sania singkat sambil mengacungkan jari kelingkingnya juga.
Tiba-tiba dari belakang Albi datang dan melihat mereka berdua berjanji kelingking.
'Sejak kapan dia disini? Gawat apa dia mendengar pembicaraan kita?' pikir Laluna yang sangat terkejut setelah menoleh.
Laluna yang terkejut membuat dia memandang Sania lagi dan memberi kode untuk berbuat sesuatu.Mereka berdua tiba-tiba berdiri dan memandang Albi yang juga ikut berdiri, mereka berdua mendorongnya perlahan ke dinding lalu menahannya berdiri dengan dihalangi tubuh Laluna dan Sania."Ap-apa yang akan kalian lak-lakukan?" Albi terlihat sangat ketakutan."Apa yang kamu dengar barusan?"tanya Sania menatap intens mata Albi."Ti-ti-tidak ada, aku tidak mendengar apa-apa, aku hany
"Sya ... Sepertinya kita akan tidur nyenyak kali ini." Laluna bersandar di pintu sambil memandang Sania."Iya La, aku tidak menyangka. Ternyata kastil itu memang tempat penyiksaan, buktinya saja pencuri bisa hidup enak disini. Ayo masuk! Kita harus mandi." kata Sania sambil masuk ke kamar itu dan mencoba empukknya ranjang di depan matanya."Tapi kita selamanya tidak bisa di tempat ini. Setelah dua minggu ini hidup kita akan berpindah-pindah dan menggunakan kaki kita untuk berlari sampai kita bisa pulang." jelas Laluna yang akhirnya berbaring di atas ranjang."Aku tahu, kita akan mulai mencari j
Dua minggu telah berlalu, Laluna dan Sania benar-benar menjadi pencuri terbaik di angkatan itu. Segala yang diajarkan telah mereka kuasai dengan cepat. Pak Kepala juga sangat mengakui hal itu, hari kebebasan mereka ada di depan mata sekarang karena mereka sudah dipercaya untuk keluar dari gedung putih.Mereka berdandan menjadi wanita cantik saat di luar walaupun Laluna sedikit tomboy sekarang dan selalu menggunakan cadar yang berbeda bahkan topeng yang berbeda di setiap aksi dan kesempatan. Mereka selalu bermain cantik setiap menjalankan aksinya, disisi lain mereka berdua malah banyak menolong orang-orang yang kelaparan dan orang-orang miskin.Setelah tiga tahun berlalu mereka berdua berhasil menjadi penc
Sudah tiga bulan sama sekali tidak ada surat untuk para orang tua dari mereka yang dikirim menjadi pekerja di Nepal termasuk orang tua Laluna yang selalu berdoa untuk keselamatan anaknya itu."Ayah, bagaimana kabar dari anak kita? Haruskah kita bertanya kepada pak Ramonta?Aku benar-benar cemas, sudah tiga bulan tidak ada surat ataupun kabar sama sekali. Setiap bulan hanya uang yang mengalir, tapi jika anak kita terjadi sesuatu aku juga tidak akan memaafkan diriku sendiri." keluh Ibu Laluna yang terus meneteskan air mata.Ayah Laluna memeluk istrinya itu."Sabar sayang, aku yakin anak kita baik-baik saja. Dia gadis yang tangguh, wa
Pria itu ternyata adalah salah seorang tentara yang dikirim Indonesia untuk menyelidiki perdagangan manusia di Nepal. Namanya adalah Dirga.Setelah kembali dia buru-buru melihat Foto-foto yang yang di temukan di kastil itu. Dia menemukan dua Foto yang menurut penghuni kastil memilih menjadi pencuri dari pada menjadi pelacur. Dirga menemukan Foto Laluna saat berusia dua belas tahun.'Wanita ini sangat mirip dengan gadis ini, tidak salah lagi. Jika di dalam kastil itu tidak di perbolehkan membawa barang elektronik dan juga handphone apalagi terhubung melalui internet tidak mungkin pengirim surel ada di dalam kastil. Dia bisa tahu dengan mudah tentang kastil karena dia dulu pernah berada di dalam kastil, tuj
Sania menghentikan mobilnya di sebuah hutan yang banyak sekali pepohonan tinggi disana."Kamu nggak salah memilih tempat ini? Memang rumah seperti apa yang kamu beli?" Laluna penasaran."Ketika kita memiliki kekayaan melimpah aku sudah berinvestasi ke rumah ini. Ini bukan sembarangan rumah La, mungkin Gerbang Luarnya terasa seperti rumah berhantu tapi jika kamu sudah masuk ke dalam. Kamu akan betah." Sania menyingkirkan ranting kecil di sebelah gerbang yang penuh daun Kering itu.Sania menekan tombolnya dan gerbang itu terbuka.
Di gedung putih mereka benar-benar merasa kehilangan. Pak Kepala baru sadar jika mereka berdua selama ini menggunakan nama samaran."Kedua wanita itu, mereka adalah orang yang gigih dan baik hati kenapa harus terbunuh juga." Albi mengusap air matanya karena merasa sangat kehilangan di depan pak Kepala dan para pelatih juga anggota yang lain di aula sambil menonton berita.Laluna dan Sania memang dikenal dermawan, baik hati dan penuh dengan candaan. Mereka bisa tiba-tiba ceria tapi bisa tiba-tiba serius, mereka berdua selalu menjadi penolong bagi siapapun yang mengenal mereka berdua.Albi
Langit hampir gelap Laluna dan Dirga pergi kesebuah taman di dekat danau, mendengar dari masyarakat ada seperti pesta rakyat disana. Biasanya turis atau wisatawan berkunjung ke tempat ini untuk menari, menikmati makanan tradisional khas Nepal atau sekedar menikmati pemandangan perbukitan dan Danau dengan Lampu di malam hari.Laluna menggunakan handphone barunya untuk mengirimkan pesan ke Sania."San, sepertinya aku tidak aka
Keadaan Laluna sudah membaik dia sudah di perbolehkan keluar dari rumah sakit. Pemerintah Indonesia akan segera memulangkan mereka semua besok"San, maafkan aku ya! Aku membuatmu sangat khawatir." kata Laluna yang masih merasakan sakit di punggung dan perutnya itu."Kamu fokus saja dengan kesembuhanmu!Ini kedua kalinya kamu membuat jantungku hampir copot." Jelas Sania sambil mendorong Laluna menggunakan kursi roda menuju ke mobil.Dirga menghampiri Laluna dan menghentikan laju kursi roda itu. Dia memberikan Bunga yang dia beli di toko sebelah rumah sakit.Mata Laluna tiba-tiba berbinar melihat Dirga memberikan bunga itu dengan penuh perhatian."Terimakasih." Laluna tersenyumDirga sangat bahagia melihat Laluna sudah kembali tersenyum."Apakah keadaanmu sudah membaik?" tanya Dirga membelai rambut Laluna.Dengan perasaan malunya Laluna menatap antara Dirga dengan penuh kebahagiaan."Iya aku sudah membaik." jawab Laluna.
Waktu sudah menunjukkan jam tujuh mereka berangkat ke Pokhara. Laluna, Sania, Diyon, Dirga dan Namo sudah berangkat menggunakan mobil putih Laluna. Empat puluh menit kemudian mereka sampai di tempat yang di arahkan Pak Kepala. Disana tampak Pak Kepala dan Albi duduk berdampingan bersama Arsi dan pelatih Rin. mereka sudah menunggu Laluna dan juga Sania. "Kalian bertiga tunggulah di meja nomor empat, kalian boleh pesan makanan sesuka hati! Jangan lupa aktifkan headset kalian! Kami berdua akan menemui mereka." Sania dan Laluna menuju meja makan Pak Kepala. "Dirga, Namo ini baru namanya rejeki nomplok." Kata Diyon yang sedang membaca menu makanan. Dirga memukul kepalanya. "Bisa diam tidak, kita disini harus menjaga mereka berdua!" Dirga duduk dan Fokus mendengarkan pembicaraan yang terjadi disana. Pak kepala terkejut melihat kedua wanita itu datang dengan topeng seperti dulu saat awal mereka bertemu. "Silahkan duduk!" Pak Kepala me
"Lalu apa yang selanjutnya kita lakukan pak? Apakah kita harus memberikan informasi rumah ini kepada Madam Lati?" tanya Arsi."Tidak, Madam Lati tidak boleh tahu. Kita sendiri yang akan mengunjungi rumah itu. Kita harus memastikan bahwa mereka berdua memang masih hidup. Kita akan membantu Laluna dan Sania, mereka juga sudah banyak membantu kita saat masih di gedung putih ini." jawab Pak Kepala.'Kalian berdua memang gadis yang istimewa. Aku berharap kalian memang masih hidup.' Batin Pak Kepala.Sania mendapatkan akses CCTV dirumah lamanya itu. Dia ingin tahu siapa orang yang akan datang kesana dan memeriksa rumahnya. Sania juga masih memasang penyadap di seluruh ruangan."Kita tunggu siapa tamu yang akan datang ke rumah ini?" Ujar Sania sambil duduk di depan komputernya.Hari sudah menjelang malam, mereka menunggu tapi tidak ada seorang pun yang datang. Mereka semua sangat lelah dan sangat lapar.
Malam hari itu madam Lati marah besar kepada semua pengawal."Kenapa kalian semuanya tidak pecus menjaga kastil ini? Apakah kalian sudah menyelidiki siapa pria dan wanita itu?" Madam Lati berbicara dengan nada tinggi."Sudah madam, pengawal kami ada yang berhasil memotret wanita dan pria itu dan ini adalah rekaman CCTV belakang kastil." pengawal itu memberikan laptop kepada madam Lati.Madam Lati melihat foto dan video itu, sedikit mengenali postur tubuh Laluna tapi dia sendiri masih ragu.
Semua pelacur itu berteriak-teriak karena dicengkeram beberapa bodyguard."Madam ampunilah kami! Tolong biarkan kami bekerja! Kami tidak akan kabur, jangan bawa kami keruang bawah tanah!" Salah satu pelacur dari Indonesia itu memohon di kaki madam Lati tapi sepertinya madam Lati sudah bersikap anti pati.Dua puluh tiga orang wanita penghibur dari Indonesia di sekap di Ruang bawah tanah. Mereka benar-benar disiksa dan disuruh bekerja tanpa gaji.***Sania mendapatkan Informasi bahwa kastil itu yang diketahui masyarakat hanya bisnis pelacurannya saja sedangkan perbudakan dan pembunuhan di ruang bawah tanah sama sekali tidak pernah terkekspos media. Mereka juga tidak pernah melaporkan jika mengambil tenaga kerja luar negeri jadi yang terdaftar hanyalah penduduk asli Nepal sebagai pekerja disana. Menurut pemerintah bisnis itu juga sektor pariwisata jadi mereka tidak akan pernah menutup bisnis itu.
Tiba-tiba Dari arah tangga Sania naik ke atas."Apa kalian berke ..." Sania berhenti bertanya melihat posisi mereka seperti itu lalu berbalik Sania tersenyum.Mereka berdua menoleh dan bangun dari posisi itu dengan sangat canggung. Mereka salah tingkah dan bingung harus berbuat apa."A-Akku a-akan mengambil gelas lagi." Laluna turun menabrak Sania dengan langkah kaki yang begitu cepat.Sania cukup terkejut dan dia mengikutinya ke Dapur.
Langit hampir gelap Laluna dan Dirga pergi kesebuah taman di dekat danau, mendengar dari masyarakat ada seperti pesta rakyat disana. Biasanya turis atau wisatawan berkunjung ke tempat ini untuk menari, menikmati makanan tradisional khas Nepal atau sekedar menikmati pemandangan perbukitan dan Danau dengan Lampu di malam hari.Laluna menggunakan handphone barunya untuk mengirimkan pesan ke Sania."San, sepertinya aku tidak aka
Di gedung putih mereka benar-benar merasa kehilangan. Pak Kepala baru sadar jika mereka berdua selama ini menggunakan nama samaran."Kedua wanita itu, mereka adalah orang yang gigih dan baik hati kenapa harus terbunuh juga." Albi mengusap air matanya karena merasa sangat kehilangan di depan pak Kepala dan para pelatih juga anggota yang lain di aula sambil menonton berita.Laluna dan Sania memang dikenal dermawan, baik hati dan penuh dengan candaan. Mereka bisa tiba-tiba ceria tapi bisa tiba-tiba serius, mereka berdua selalu menjadi penolong bagi siapapun yang mengenal mereka berdua.Albi
Sania menghentikan mobilnya di sebuah hutan yang banyak sekali pepohonan tinggi disana."Kamu nggak salah memilih tempat ini? Memang rumah seperti apa yang kamu beli?" Laluna penasaran."Ketika kita memiliki kekayaan melimpah aku sudah berinvestasi ke rumah ini. Ini bukan sembarangan rumah La, mungkin Gerbang Luarnya terasa seperti rumah berhantu tapi jika kamu sudah masuk ke dalam. Kamu akan betah." Sania menyingkirkan ranting kecil di sebelah gerbang yang penuh daun Kering itu.Sania menekan tombolnya dan gerbang itu terbuka.